3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kado ulang tahun untuk Hazel
"Terima kasih atas makan malamnya pak Yusuf, semoga kerja sama kita berjalan lancar." ucap rekan bisnis Yusuf seraya berjabat tangan.
"Sama-sama pak Raffi, senang bisa berkerja sama dengan anda." balas Yusuf dengan tersenyum.
"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, salam untuk istri anda." pamit Raffi seraya berjalan menuju mobilnya.
"Baik, pasti akan saya sampaikan, hati-hati di jalan pak Raffi." Yusuf membantu menutupkan mobil milik pria paruh baya itu.
Setelah Raffi pergi, Yusuf berjalan ke arah mobilnya sendiri.
"Tuan, bukannya itu gedung Rins restoran?" Tyo menunjuk sebuah bangunan restoran yang letaknya tepat di seberang gedung restoran tempat mereka meeting beberapa saat yang lalu.
"Ya, ada apa?" tanya Yusuf datar.
"Nyonya sudah mereservasi makan malam di restoran tersebut untuk merayakan hari ulang tahunnya sejak beberapa hari yang lalu, apa anda tidak akan datang?" tanya Tyo.
"Jam berapa sekarang?" Yusuf balik bertanya.
"Jam 21.30 malam pak." balas Tyo.
"Sebentar lagi restorannya akan tutup, tidak akan sempat. Kita mampir saja ke toko kue untuk membeli kue ulang tahun untuk Hazel, setelah itu baru pulang." titah Yusuf.
"Baik tuan." patuh Tyo.
"Hazel pasti senang menerima kue ulang tahun yang aku berikan dan melupakan kemarahannya padaku." Yusuf membayangkan reaksi Hazel yang selalu terlihat senang setiap menerima pemberian darinya, walaupun barang-barang itu tidak Yusuf beli sendiri, tapi pemberian dari rekan bisnis Yusuf.
Tyo hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sang atasan yang tidak pernah mengutamakan istrinya.
"Yusuf!" Terdengar suara seorang wanita memanggil nama Yusuf.
Pria itu menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Syifa, sedang apa kau di sini?" tanya Yusuf.
"Aku sedang menemani kakakku meeting dengan klien bisnisnya, tapi di dalam sangat membosankan, jadi aku cari angin keluar. Eh siapa sangka malah bertemu denganmu." ujar Syifa apa adanya.
"Begitu ya." balas Yusuf singkat.
"Yusuf, bukannya hari ini Hazel ulang tahun? Apa kau tidak menemani dia untuk merayakannya?" tanya Syifa walau dengan hati berdenyut nyeri. Sejak pernikahan mereka dibatalkan 3 tahun lalu, perasaan Syifa terhadap Yusuf masihlah tetap sama.
"Tadi aku ada meeting penting, jadi tidak punya waktu untuk menemani Hazel, tapi aku akan segera pulang untuk memberikan kado ini untuknya." Yusuf menunjukan kado yang sudah ia persiapkan untuk Hazel pada Syifa.
"Wah, itukan kalung berlian yang pernah dipakai putri Diana. Aku dengar seseorang membeli kalung tersebut dengan harga tinggi saat lelang kemarin, aku tidak menyangka kalau orang itu adalah kau." ucap Syifa antusias. Yusuf menanggapi ucapan Syifa dengan senyuman.
"Kau pasti sangat mencintai istrimu ya? Sampai kau rela mengeluarkan banyak uang demi memberi kado ulang tahun untuk Hazel." lanjut Syifa dengan nada sedikit kecewa.
"Ah gak juga kok. Kalau aku tidak memberikan Hazel kado ulang tahun yang istimewa, nanti dia akan mengadu pada orang tuanya. Kau tahu sendirikan bagaimana ayah mertuaku, aku hanya tidak ingin bermasalah dengannya saja." ujar Yusuf.
Walaupun kata-kata Yusuf terdengar tidak peduli pada Hazel, tapi sorot matanya mengatakan berbeda. Syifa menyadari hal itu.
"Andai Hazel tidak pernah merusak hubungan kami, pasti akulah yang menjadi istri Yusuf sekarang. Dan tentunya kalung berlian itu juga untukku!" batin Syifa nelangsa.
"Yusuf, kalung itu sangat bagus. Apa boleh aku mencobanya sebentar?" tanya Syifa.
"Tentu saja." Yusuf memberikan kalung tersebut pada mantan tunangannya.
"Kalung ini benar-benar bagus sekali, Hazel beruntung memiliki suami sepertimu." cicit Syifa seraya mengambil beberapa foto bersama kalung tersebut, lalu mengirimkannya ke sosial media.
"Haa...biasa saja. Semua suami pasti akan membahagiakan istrinya bukan?" Yusuf tertawa renyah.
***
***
"Sudah jam segini, kenapa mas Yusuf belum pulang juga ya? Apa dia masih bersama mbak Syifa? Atau jangan-jangan?" berbagai prasangka memenuhi isi kepala Hazel.
Sudah 1 jam lamanya wanita bermata biru itu menunggu kepulangan sang suami di sofa living room, namun yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Apa aku pergi sekarang saja? Aku bisa pamit pada mas Yusuf besok sekalian memberikan surat cerai." Hazel menarik covernya, menatap seisi rumah yang sudah 3 tahun ia tinggali bersama Yusuf dengan perasaan nanar.
Banyak kenangan Hazel dan Yusuf di rumah tersebut, tapi lebih banyak kenangan pahitnya.
"Selamat tinggal mas, semoga kamu bahagia tanpa aku di sisimu." Hazel menyeka air matanya yang tiba-tiba terjatuh.
Kemudian melangkah menuju pintu utama. Hazel baru akan memutar handle pintu tersebut, namun pintu itu sudah lebih dulu dibuka oleh Yusuf dari arah luar.
"Mas kenapa baru pulang?" Hazel mencium punggung tangan Yusuf.
"Aku sibuk, tidak seperti kau yang kerjanya hanya bermalas-malasan saja di rumah seharian!" balas Yusuf dengan berdusta.
Karna terlalu asik mengobrol dengan Syifa, Yusuf sampai lupa waktu. Pria itu harus berkeliling kota mencari toko kue yang masih buka demi membeli kue ulang tahun untuk Hazel. Karna itu Yusuf pulang terlambat.
"Oh sibuk ya, sibuk menemani mantan tunanganmu." kata-kata terakhir Hazel ucapkan dalam hati.
"Mau kemana kau? Kenapa membawa cover itu?" tanya Yusuf sinis, tatapannya tertuju pada cover yang dibawa sang istri.
"Aku mau menginap di rumah orang tuaku mas." balas Hazel. Nadanya terdengar tenang meskipun hatinya bergemuruh.
"Kau marah karna aku tidak menemanimu merayakan ulang tahun? Jadi kau ingin mengadu pada orang tuamu? Kekanak-kanakan sekali!" sindir Yusuf.
"Bukannya permintaan maaf karna tidak menepati janji, tapi kata-kata itu malah keluar dari mulutmu mas! Kau memang pria kejam dan dingin!" hati Hazel berdenyut nyeri.
"Kalau aku kejam dan dingin, aku tidak akan memberikan kalung ini sebagai kado ulang tahun untukmu." Yusuf mengeluarkan kado yang akan ia berikan pada Hazel dari kantong jasnya.
"Kenapa kalung ini kau berikan padaku mas? Apa mbak Syifa tidak mau menerimanya?"
Hazel sempat melihat postingan Syifa memakai kalung tersebut. Syifa menggunakan emoticon hati berwarna merah sebagai captionnya.
"Kau sudah gila ya! Kenapa aku harus memberikan kalung ini pada Syifa?!" tanya Yusuf dengan dahi mengkerut.
"Jangan tanya aku apa alasannya mas, bukankah kau lebih tahu dari siapapun!" suara Hazel bergetar, antara menahan tangis dan amarah.
Bersambung.