NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Anna

Cinta Untuk Anna

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Shikacikiri

Anna bukan janda, aku tahu semuanya
tapi aku tak bisa mengatakan itu padanya
aku takut dia justru akan pergi dari ku setelah tahu semuanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

01

Pagi yang cerah

Suara burung berkicau membangunkan ku, burung itu hinggap di jendela, aku melihatnya langsung.

"Anna.... ! " teriak ku.

Anna datang dengan tergopoh, berdiri tepat di depan ku dengan rambut yang masih menempel rol rambut di poni nya.

"Iya Pak! " seru Anna.

Dia terengah, seolah sudah berlari jauh untuk mencapai kamar ku yang ada di samping kamarnya.

"Itu....! " seru ku seraya menunjuk ke arah burung yang masih diam bertengger, meski aku berteriak.

"Ahhh... burung! " Anna mendekati perlahan kemudian dengan mudah menangkapnya.

Aku terperanjat dari ranjang. Menjauhinya karena dia memegang burung itu di tangannya.

"Tidak... jangan dibawa kemari! " seru ku seraya menjauh dan hendak bersembunyi ke dalam kamar mandi.

"Hanya burung Pak! kenapa harus takut? " seru Anna di belakang ku, seolah sudah dekat dan hendak melempar burung itu ke tubuh ku.

Aku selalu takut dengan binatang, entah itu Anna bilang hanya seekor burung atau apapun. Aku juga tidak tahu kenapa. Apa ini efek dari aku yang dulunya terlalu dimanjakan ibu ku? atau karena trauma hari itu?

Aku masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu juga menguncinya.

"Buang dan tutup jendela nya" seru ku pada Anna.

Tapi dia tak menjawab. Aku penasaran dan membuka sedikit pintunya.

"Uwaa.....! "

Anna menyodorkan burung itu tepat di depan wajahku.

Sontak aku terkejut dan terpental ke belakang hingga sikut ku membentur wastafel.

"Aw...! " gumam ku.

Anna berlari membuang burungnya ke jendela dan menutupnya. Dia langsung berlari lagi ke arah ku, meraih tangan ku dan membantu ku untuk berdiri.

"Aduhh, maaf Pak Abel, saya ga tau kalau bapak setakut itu sama burung" ucap Anna membebel sembari membawa ku untuk duduk di ranjang.

"Aku kan sudah bilang untuk buang, kenapa kamu.... "

Aku tak bisa marah lagi, sikut ku sakit, dan ini sakit sekali. Aku juga mengendalikan nafas ku, karena kesal pada Anna.

Dengan melirik kesal ke arah wajahnya, Anna hanya fokus melihat sikut ku.

"Belum terlihat apa-apa? Apa benar-benar sakit? " tanya Anna dengan wajah polos tanpa make up, mata yang bulat dengan bulu mata yang lentik.

"Sakit" jawabku seraya memalingkan wajah darinya.

"Cckk... ckk.. besok pasti memar" ucap Anna.

Dia pergi keluar kamar meninggalkan ku. Aku hanya diam, karena tak fokus, sudah melihat wajahnya sedekat itu.

"Apa ini? Kenapa masih selalu terasa seperti ini setiap melihat wajahnya dari dekat! " gumamku.

Perlahan aku melepas piyama ku, dengan bertelanjang dada, aku berjalan pelan menuju kamar mandi. Belum sampai kamar mandi, aku sudah hendak melepas celana ku, tapi tiba-tiba pintu terbuka lagi dan aku terburu-buru memakai lagi celana, dan akhirnya terjatuh lagi.

"Awww....! " kali ini pinggang ku yang terbentur toilet.

Sakit sekali.

"Astaga! " Anna buru-buru meraih ku, dia memegangi lengan ku.

Aku terdiam, tangannya menyentuh tubuhku, langsung ke kulit ku. Jantung ku semakin berdebar, setelah tadi sempat normal saat dia pergi.

Kali ini dia memelukku, membantu ku berdiri dan memapah ku ke ranjang.

Dengan terengah dia membuatku nyaman dengan membetulkan bantal untuk menopang tubuhku. Astaga, dia terlalu dekat, pikir ku.

"Sudah... sudah cukup! " seru ku.

Anna mundur kemudian mengerutkan dahinya. Aku pikir dia akan mengatakan sesuatu tentang sikap ku yang seolah memintanya menjauh tapi...

"Anda mau punya adik lagi Pak! " ucapnya seraya bertepuk tangan sekali. Seolah itu adalah kesimpulan terbaik yang ada di otaknya.

Aku menelan saliva, dengan sedikit perasaan kesal mendengar ucapannya.

"Aku terburu-buru memakai celana karena kamu datang lagi tadi" ucapku dengan menangkup geraham ku.

"Apa? " Anna membulatkan lagi matanya.

"Kenapa kembali? " tanya ku.

"Saya ambilkan plester pereda nyeri" Anna menunjukkannya padaku.

Aku menghela, benar, itu yang ku butuhkan. Aku tidak berpikir bahwa dia hanya melakukan tugasnya sebagai asisten ku.

"Mau pakai sekarang atau anda mau mandi dulu? " tanya Anna.

"Pinggang ku terbentur toilet, mana bisa aku mandi sekarang? " seru ku, sembari kesal dan menahan sakit.

"Ohhh iya... mau dimandikan? " tanya Anna.

Jelas, pertanyaan bodoh.

Pertanyaan yang membuat siapapun akan berpikir bahwa dia akan membuatku telanjang dan memandikan ku dengan kedua tangannya.

Dan akhirnya, aku membayangkan semuanya.

"Saya panggilkan Andri? " Anna berjalan menuju pintu keluar.

Aku terbangun dari bayangan kotor ku. Bayangan Anna yang sedang memandikan ku berubah menjadi Andri, supir ku.

"Aisshhh, menjijikan! " gumamku.

Anna berbalik

"Tapi saya rasa dia sedang pergi sarapan, dia kirim pesan tadi" Anna menunjukkan ponselnya.

"Ya sudah, aku akan mandi sendiri" ucap ku seraya bangun perlahan.

Anna berlari mendekat untuk membantu ku bangun, aku menolaknya.

"Tidak perlu, pergilah! " ucapku.

Anna tertegun, cukup lama selama aku mencari. cara untuk bangun tanpa rasa sakit.

"Ku bilang pergi! " teriakku, cukup kesal dengan situasi mencari celah agar tak terasa sakit ini.

Anna pergi dan keluar dari kamar ku tanpa kata.

Aku berjuang sendiri untuk mandi. Hingga akhirnya aku bisa duduk, berendam di bathtub.

Kemudian pikiran ku tertuju pada Anna yang tadi pergi tanpa kata.

"Apa dia sedih karena aku bentak tadi? " tanya ku.

Aku ingat pertama kali dia datang ke kantor untuk melamar pekerjaan. Usianya baru 19 tahun waktu itu.

Seseorang membentaknya karena usianya terlalu muda dan sangat ngeyel untuk bisa diterima di sana.

Awalnya dia terlihat baik-baik saja. Tapi saat dia di tempat sepi, tangisnya menyeruak membuatnya terisak.

Aku berpikir, apa mungkin kali ini dia juga masih menangis seperti itu, di kamarnya?

Selalu, setelah aku berpikir, pikiran itu tetap ada dibenakku sampai akhirnya aku selesai bersiap.

Tok.. tok... tok..

Ketukan pintu Anna yang terdengar biasa saja. Aku menoleh ke arah pintu.

"Masuk! " seru ku seraya memakai jam tangan.

"Mau pakai plester sekarang Pak? " tanya Anna yang kali ini sudah rapi dan menunjukkan plester pereda nyeri di tangannya.

Aku menghela, lega dia tak merasa tersinggung dengan teriakan demi teriakan yang aku lontarkan sejak semalam.

Ahhh, ya. Semalam aku juga meneriaki nya. Wajahku menatap nya yang sedang serius menempelkan plester di sikut ku.

"Di bagian pinggang? " tanya Anna, siap dengan plester lainnya.

Aku masih menatap raut wajahnya sembari membuka kemeja ku.

"Di sini? " tanya Anna dengan meraba dan menekan sedikit.

"Aw... ! ya, yang itu sakit " jawab ku.

Lembut, dia selalu memperlakukan ku dengan lembut jika sakit.

"Sudah! " ucapnya seraya membantu merapikan kemeja ku.

Anna menatap ku yang masih menatap nya.

"Ahhh, hari ini terakhir Anda di Maldives, proyek tour bulan madu fantastic Anda sudah akan disetujui pihak hotel di sini" ucap nya.

"Kau tidak marah? " tanya ku tiba-tiba.

Lagi lagi matanya membulat.

Dan aku suka itu.

\=\=\=\=\=\=\=>>

Hai....

ini novel pertama ku

Terima kasih sudah mampir dan membaca

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

sukai dan ikuti Shikacikiri ya, biar aku semangat menulisnya

😉😉😉

kalian semua hebat!

1
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
q ksih bunga lagi pokok cpet update
kalea rizuky
iri ya lu bio aneh
kalea rizuky
q ksih bunga deh
kalea rizuky
flashback nya mana thor
ANGELBRODROIX
Wah thor, chapter sebelumnya seru banget, terus jangan berhenti disini dong
Shikacikiri: lanjut donk!
😉
Shikacikiri: lanjut donk!
😉
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!