Aria masih duduk diam di sisi ranjang megah itu, mengenakan gaun pengantin yang kini terasa terlalu mewah untuk pernikahan tanpa cinta. Hening. Hanya suara detik jam dan napasnya sendiri yang ia dengar. Rayyan belum juga muncul sejak mereka pulang dari pesta resepsi yang dipenuhi senyum palsu dan tatapan tajam dari para tamu.
Pintu kamar akhirnya terbuka. Rayyan masuk dengan jas yang sudah dilepas sembarangan, dasinya longgar, dan kancing bajunya terbuka tiga. Napasnya beraroma alkohol tipis. Mata tajamnya menatap Aria tanpa ekspresi.
"Kau masih di sini?" ucapnya datar sambil menjatuhkan tubuh ke sofa.
Aria menahan napas. "Ini kamarku juga, kan?"
Rayyan tertawa kecil, sinis. "Kamar ini terlalu sempit untuk dua orang asing."
Kata-katanya menusuk, tapi Aria hanya mengangguk pelan. Ia sudah tahu sejak awal bahwa Rayyan adalah pria dingin yang tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi melihat langsung bagaimana suaminya menganggap pernikahan mereka seperti dagangan yang basi... tetap saja menyakitkan.
"Jangan khawatir, aku tidak akan mengganggumu," lanjut Rayyan. "Pernikahan ini cuma urusan bisnis. Kau mainkan peranmu, aku mainkan peranku. Setelah kontraknya selesai, kita bisa kembali ke dunia masing-masing."
Aria bangkit berdiri. "Kalau begitu, tetapkan aturan dari awal. Aku tidak ingin namaku tercemar karena berita-berita murahan tentang... petualanganmu."
Rayyan menoleh cepat. Sorot matanya berubah, agak tertantang. "Kau mengatur aku sekarang?"
"Aku hanya tidak mau jadi bahan gosip sebagai istri sah seorang playboy," jawab Aria tenang, meski dalam dadanya ada gejolak yang sulit ditahan.
Rayyan mendekat, langkahnya tenang namun mengintimidasi. "Berhati-hatilah, Aria. Dunia yang kau masuki sekarang... bukan dunia dongeng. Dan aku? Aku bukan pangeran berkuda putih."
Aria menatap mata Rayyan, keras kepala melawan aura dinginnya. "Aku tidak butuh pangeran. Aku cuma ingin dihargai sebagai manusia."
Untuk sesaat, mata Rayyan melembut. Tapi hanya sekejap. Ia berbalik, mengambil kunci mobil dari meja, dan pergi tanpa menoleh.
Aria berdiri sendiri di ruangan sunyi itu, mencoba menelan luka pertamanya sebagai seorang istri.
Dan malam itu, bulan bersinar terang di luar jendela. Seakan menjadi saksi bagi dua hati yang bertemu dalam ikatan, namun terpisah oleh tembok kesombongan dan masa lalu.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 50 Episodes
Comments