part 2

#kenangan masa lalu#

Di setiap hariku masih sama dengan rutinitas harianku. Saat aku sedang asyik membuat kalung manik-manik, terdengar dentingan mangkok dari tembok sebelah. Aku pun bersua pada ibu.

"bu diah pengen bakso. Boleh beli bakso gak?." tanyaku lirih.

"boleh, tapi bilang sama pak kumis ya. Bayarnya nanti pas sudah bayaran kerjaan ini." aku pun tersenyum sambil memanjat tembok pagar rumahku dan berteriak.

"pak kumis pesen bakso 1 ya, totalannya nanti". Kataku sambil melompat dari tembok.

"siap" sahut pak kumis dengan gelengan kepala. "emang kalau gak loncat gitu gak bisa ya dek? Gak takut apa itu kaki patah?." tanyanya heran. Yah sudah rutinitas sih untuk loncat meloncat. Karena di seberang tembok rumahku ini adalah sekolah SD negri dan banyak juga pedangang kaki lima mangkal disini. Bagi yang sudah lama mengenalku mereka tidak akan kaget. Tapi bagi yang tidak mengenalku. Mereka akan melihatku dengan mata melotot kaget.

aku hanya tersenyum sambil berkata.

"ini kan pendek pak. Cuma 2 meter. Gak mungkin kaki patah. Lagipula kalau gak loncat aku g bisa milih baksonya dong" selorohku santai.

"terus nanti gimana mau bawa baksonya?"

"ya manjat lagi dong pak. Pak kumis pegangin dulu ntar kalau aku sudah ada di atas dan turun kan bisa di sulurin" sahutku santai. Biasanya jika aku ingin beli sesuatu aku hanya akan naik ke kursi dan memesan jajanannya. Tapi karena aku juga pengen turun ya sekalian aja aku loncat. Sebenarnya kalau muter bisa tapi ya gitu, namanya muter pasti lama kan? Dan jauh.

Aku memakan baksoku dengan lahap. sudah lama sekali aku tidak makan bakso pak kumis. Entah sudah sebulan lebih pak kumis tidak lewat samping rumahku, mungkin dia mudik. Biasanya para perantau di tanah bali itu, atau kota -kota besar, kalau mudik pasti lama-lama. Aku juga heran, berapa duit ya yang di habiskan untuk mudik lebih dari sebulan. Setelah selesai makan aku kembali ke samping rumah dan menaiki kursi. Biasanya jarang sih naik kursi, tinggal panjat doang. Aku memberikan kembali mangkok dan turun. Setelah lama berkutik dengan manik-manik aku berhenti dan merentangkan badanku di lantai.

"bu diah main ya. Capek banget mata diah lihatin manik-manik mulu". Kataku lesu.

"bawa adekmu juga maen. Jangan maen sendiri, biar ibu bisa fokus sama kerjaan".

"iya bu"

keluarlah kami kedepan gang kontrakan kami. Karena aku disini yang sudah lulus smp sendiri, dan yang lain itu hanya anak-anak sd, merekalah yang menjadi teman bermain kami. Setelah lama kami bermain, tetangga sebelah rumah kami menyapa.

"diah kamu kok gak sekolah?".

"iya bu, ayah bilang gak bisa sekolah sma untuk tahun ini".

"loh kenapa?"

"gak tahu bu"

"oh gitu, ya udah kalau gitu ibu pulang dulu ya"

"iya bu" sahutku dengan senyuman

Yang baru saja menyapa itu adalah seorang manajer di sebuah PT asing yang bergerak di bidang konveksi. Aku ingat dulu saat aku masih sd aku sering sekali bermain dan belajar dengan anak bungsunya yang bernama angel. Setiap aku datang sehabis maghrib untuk bermain ataupun belajar, ibu intan tidak lupa untuk membelikan kami roti untuk makan bersama. Dan pada saat itu, bagiku yang belum pernah merasakan roti enak dan selembut itu, aku merasa senang dan bahagia.

Hot

Comments

Radin P. R.

Radin P. R.

OMG, that cliffhanger! Author, you gotta update ASAP!

2025-01-17

0

See all
Episodes

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download NovelToon APP on App Store and Google Play