Cerita Tante I

Sungguh pernikahan bagai sesuatu hal yang mengerikan dalam pikiranku. Apalagi setelah kulihat sendiri apa yang dialami tanteku.

Om Johan kembali dari dinas lebih cepat dari yang dia rencanakan. Tentu saja hal ini sama sekali tidak kami perkirakan sebelumnya. Betapa marahnya Ia ketika didapatinya rumah dalam keadaan sepi. Entah karena ketakutan atau bodoh- Anggara justru menceritakan perihal kakaknya di rumah sakit.

Untungnya Aku dan Tante Yun sudah merancang alasan yang akan dia sampaikan bila suaminya pulang dan mengetahui hal ini.

"Dari mana kamu malam-malam begini? tanya Om Johan dengan wajah garangnya pada istrinya.

Seketika wajah tante pucat.

"Anu..Aku belanja keperluan rumah tadi." ujarnya gugup seraya menunjukan kantong belanjaan yang ada di jinjingannya.

"Kenapa baru belanja malam-malam begini?

"Aku baru periksa kalau keperluan dapur kita sudah banyak yang habis."

"Alasan. lalu kemana Anggi kenapa belum juga pulang? tanyanya semakin marah.

"Anu Angg .... Anggi di rumah sakit." ujar tante semakin gugup mendengar suara suaminya yang semakin meninggi.

Tiba-tiba

PLAK ...

Terdengar suara tamparan yang mendarat keras di pipi tanteku. Tangan Om Johan yang kekar dan kokoh meninggalkan bekas merah di pipi tante yang putih.

ADUH....

Tante Yun meringis pelan dan memegang pipinya yang tertampar tangan besar Om Johan, air matanya terjatuh dan isak tangis mulai terdengar dari bibirnya.

"Aku sudah peringatkan kau. Jangan sampai anak-anakku terluka atau sakit. Tugasmu menjaga mereka dengan baik!"!

"Tapi... Tapi Pa"

" Tidak ada tapi!

Kejadian seperti itu sering kali berulang. Hal yang tidak pernah diduga oleh tanteku semasa mereka masih pacaran dulu.

Masih kuingat sewaktu kedua orang itu meminta restu kakek ku untuk menikah tapi justru kakek dan keluarga besarnya menentang rencana itu.

Sampai suatu ketika Tante Yun diungsikan ke jakarta untuk tinggal bersama kami. Waktu itu ayahku ditugaskan untuk bekerja di sebuah kantor perwakilan yang terletak di pusat kota Jakarta. Kami tinggal di sebuah rumah dinas yang cukup besar. Selama diungsikan itulah rupanya diam-diam tante Yun masih menjalin komunikasi dan bertemu dengan kekasihnya itu.

Mereka intens berkomunikasi via surat yang dikirim ke alamat saudara sesusuan Ibuku..

Tante Yun adalah anak ke enam dari sepuluh bersaudara yang dua diantara mereka adalah lelaki.

Suatu ketika kedua orangtuaku yang kebingungan mencari keberadaan tante yang hampir satu minggu tidak pulang kerumah. Justru mendapati tanteku dengan kekasihnya itu ada di sebuah rumah kecil di perbatasan antara kota Jakarta dan bogor. Mereka telah menikah siri disana.

Kakek yang saat itu sangat keras perlakuannya pada anak-anaknya terutama anak gadisnya begitu murka sehingga sempat kekasih tanteku itu dipenjarakan selama seminggu. Uang dan kekuasaan yang dimiliki kakek tidak akan sulit untuk memenjarakan seorang lelaki pengangguran yang hanya anak seorang penjual sayur keliling di kampungnya.

Tante Yun yang waktu itu masih berusia enam belasan tahun tentunya masih sangat muda untuk menyandang status sebagai istri dari seorang lelaki yang sebelas tahun lebih tua darinya.

" Apa yang kau harapkan dari Johan? Kerjanya hanya berkelahi dan berkelahi. Seumur dia apa yang dia lakukan. Kerja? Tidak kan" bentak kakek ku kesal. Wajah kakek yang putih bersih seperti kebnyakan lelaki peranakan cina itu berubah memerah. Kemarahannya semakin memuncak ketika melihat anak gadisnya berlindung dibalik tubuh Johan.

" Pak. Saya mencintai Yuniarti sepenuh hati. Akan Saya buktikan saya bisa menjaga dan membahagiakan dia. " ujar Johan membela diri.

"omong kosong. Dia anak gadisku kalau kau lelaki bertanggungjawab kau minta anakku baik-baik bukan kau bawa kabur dia."

Pamanku yang bernama Kurniadi yang ikut mencari keberadaan Tante Yuniarti meminta beberapa orang petugas kepolisian untuk menahan kekasih tante Yun.

Namun ketidaksukaan akan sosok Om Johan oleh keluargaku itu akhirnya berubah saat kakek dan nenekku mengetahui bahwa tanteku itu telah berbadan dua. Dengan keterpaksaan akhirnya Kakek bersedia memberikan restunya.

Namun tidak bagi Om Johan- penolakan yang dilakukan keluarga kami dianggap sebuah penghinaan yang selalu diingatnya. Sejak dikeluarkan dari tahanan saat itulah perlakuan kasarnya terhadap tanteku dimulai. Walau begitu Tante Yuniarti tetap mencintai suaminya walau tak jarang perlakuan kasar suaminya itu membuatnya terluka tapi ia tetap mencoba menahan air mata kepedihan yang ia rasakan demi lelaki yang dia cintai itu.

Cinta memang perlu pengorbanan tapi cinta bukan untuk dikorbankan dan mengorbankan orang lain yang kita cintai.

Aku selalu yakin dan percaya bahwa cinta yang tulus, dan kuat itu murni. Pengorbanan, penerimaan, rasa saling menghargai dan membutuhkan dalam mencintai adalah bentuk cinta sejati.

Keesokan harinya...

Aku masih sibuk membantu suster menbersihkan keringat dan ompol Anggari yang membasahi kasur pasien. Kondisi kesehatan Anggari sudah membaik- hanya saja Aku masih menunggu keputusan dokter untuk mengijinkan Anggari pulang.

Namun tiba-tiba terdengar suara ribut dari luar kamar dan tak kama pintu kamar dibuka dengan paksa.

" Mana Anakku! suara teriakan itu seperti tak asing bagiku. Ya, itu suara Om Johan. Aku yang sedang membantu Anggari menggantikan pakaiannya tiba-tiba terkejut melihat Om Johan sudah berdiri dengan wajahnya yang sangar di hadapanku.

" Kenapa kau tidak kasih tau Om kalau adikmu ini sakit Wa! Bentaknya padaku

"Maaf om. Tapi.. " jawabku terbata-bata.

" Ah sudahlah tante dan keponakannya sama saja. " hentak Om Johan lagi padaku.

Jujur ada rasa kesal dan marah mendengar ucapan Om johan tadi. Ingin Aku membalas semua ucapannya. Tapi aku masih berpikir apa yang akan terjadi nantinya pada tanteku bila Aku membalas perlakuan kasar om Johan itu.

Dokter Arman yang baru saja masuk berusaha menenangkan situasi.

"Tenang pak. Anak bapak tidak apa-apa. Hari ini dia boleh pulang, " ujarnya tenang.

Om Johan segera meminta Anggara anak lelakinya untuk membereskan semua barang milik anggari yang kebetulan kemarin sudah kupersiapkan untuk keperluan ganti sepupuku itu. Aku tak lagi bermaksud menghalangi-lagi-lagi karena aku sadar aku hanya orang yang menunpang tinggal di rumah Om Johan.

" Sabar ya bu lurah. " ujar dokter Arman sesaat setelah Om Johan dan kedua anaknya itu pergi.

" Iya dok. Maaf sebelumnya atas perlakuan paman saya tadi"

Dokter Arman tersenyum,

"oh ya, Bu lurah rumah nya dimana. Biar saya antar pulang?

" Saya tinggal bersama Om saya tadi"

Terlihat lelaki itu hanya mengangguk-anggukan kepala. " kenapa tidak tinggal memisah dari mereka? Ujarnya kemudian.

Aku terdiam sejenak mendengar saran dokter Arman. Tentu saja saran itu cukup masuk akal. bagiku. Terkadang ada rasa canggung ketika kita harus tinggal dengan keluarga yang awal hubungannya tidak terlalu dekat denganku. Walaupun hubungan pertalian darah antara aku dan Tante Yunarti istri om Johan sangat dekat tapi ketidaknyamanan pasti ada kurasakan. Terlebih dengan adanya kejadian hari ini- membuatku semakin yakin untuk keluar dari rumah tanteku.

" saya akan pertimbangkan saran pak dokter" ujarku pada dokter Arman.

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download NovelToon APP on App Store and Google Play