Seorang laki-laki tampan sedang memandangi sebuah foto di smartphonenya. Namanya Alfarel, ia memandangi foto gadis cantik yang kira-kira berusia 17 tahun.
Dari tatapan matanya, laki-laki itu menatap foto di smartphone dengan pilu.
Rambut pendek berponi milik Alfarel menutupi matanya berulang kali oleh tiupan angin sepoi-sepoi. Saat ini ia sedang berada di balkon kamar di lantai dua sambil mata netra birunya memandang ke bawah.
Sejurus smartphonenya ia simpan di sakunya, kedua telapak tangannya menutupi wajah dan berakhir dengan mengacak rambutnya.
Kenapa begitu menyakitkan kehilangan seseorang. Aku tidak bisa terima, Alika, Alika, Alika. Kakak tidak percaya kalau kamu secepat ini meninggalkan kakak. Kakak berjanji akan membalas orang itu, kakak akan membalas Marco, kakak berjanji akan membunuhnya kalau suatu hari nanti kakak menemukannya.
Usai berseru didalam hati tangan laki-laki tampan berusia 20 tahun itu mengepal keras. Siapakah perempuan yang ada didalam foto itu?
'TOK'
'TOK'
'TOK'
Kekacauan hati laki-laki itu teralihkan dengan ketukan pintu yang membuatnya segera mengubah air mukanya.
"Masuk, tidak di kunci."
Dalam hitungan detik pintu terbuka dan memperlihatkan seorang laki-laki tampan menggunakan celemek, bisa di tebak ia merupakan asisten Alfarel.
"Maaf Al, bang Al belum makan dari tadi pagi. Bang Al ingin makan apa, akan saya masak apa yang bang Al inginkan siang ini. Kalau tidak makan pasti bang Al akan sakit."
Dengan gerakan gemoy nya, laki-laki ber celemek itu berbicara dengan sopan.
Alfarel sedikit melirik dengan matanya yang menunjukkan ia sedang tidak baik-baik saja saat ini.
"Aku akan makan di luar, Dafi. Lebih baik kamu memasak untuk dirimu sendiri."
Sambil berucap demikian Alfarel bergerak membuka lemarinya dan mengambil jaket kulit berwarna hitam lalu menggunakan jaket yang sangat pas di tubuhnya itu.
"Baik bang Al."
Sahut laki-laki yang menggunakan celemek itu yang ternyata bernama Dafi. Dafi memiliki wajah yang tampan, sayangnya ia tampak Feminim.
"Oh iya jangan lupa Daf, kalau saya belum pulang melewati jam sembilan malam. Segera menyusul."
Ucap Al sebelum langkah kakinya keluar dari rumah mewahnya.
Dafi memiringkan wajahnya dengan dahi yang mengernyit.
"Bang Al mau kemana?"
"Saya pergi ke Rose Room."
Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, Alfarel tidak ingin berlama berdiri di tempat, ia langsung berjalan menuju mobilnya. Entah mengapa Dafi malah melongo dan berdiri di tempat sambil mulutnya menganga.
Sementara di tempat lain, Xela sudah sampai di alamat yang sudah di berikan oleh Ghea. Gadis itu memandang bangunan mewah tidak bertingkat di hadapannya. Ada sedikit rasa penasaran, bangunan itu seperti sebuah cafe tetapi di terlihat jelas banyak sekali lampu mini yang terpasang di dinding berbentuk love dan disana bertuliskan Rose Room Fun Place
ROSE ROOM, tempat apa ini. Lumayan bagus, selama ini aku tidak pernah kemari. Semoga saja deh ini tempat jual kopi, aku lumayan pandai buat kopi.
Senyuman tipis menghiasi wajahnya disertai langkahnya yang perlahan masuk.
Gadis itu heran melihat kesana kemari, banyak perempuan dewasa yang menggunakan pakaian minim bersama laki-laki berdasi yang masing-masing duduk berpasangan.
Tempat apa ini. Ah, mungkin saja ini tempat khusus untuk orang-orang kaya. Semoga aku beruntung bisa dapat banyak uang.
Xela membatin, sebenarnya muncul perasaan curiga di hatinya terhadap tempat ini, namun ia berusaha berpikir positif.
"Xela."
Sapa seseorang dari sudut ruangan, orang yang Xela kenal dan yang mengajaknya untuk bertemu, siapa lagi kalau bukan Ghea.
Senyuman Ghea yang mulanya menghiasi wajah cantik berpoles dengan make up tipis kini memudar setelah pandangan matanya melihat penampilan sahabatnya, Ghea.
"Ghea. Kok Lo seksi banget sih, sawan tau gak." tutur Xela yang sudah duduk berhadapan dengan Ghea. Xela memerhatikan penampilan Ghea dari atas sampai bawah, kaki yang di lindungi high heels berwarna kuning emas dan pakaian minim ketat berwarna kuning emas berkilauan, terlebih lagi bagian dada yang sedikit terbuka membuat perasaan Xela menjadi sangat tidak nyaman. Kecurigaan yang ia rasakan semakin besar, jangan-jangan ini tempat pekerjaan orang-orang tidak benar.
Mendadak Xela gelisah, mata bulatnya memerhatikan dua orang pria dan wanita dewasa yang masuk berdua ke sebuah ruangan.
"Xela. Kalau gak berpakaian seperti ini kita nggak akan dapat uang. Kamu juga harus ganti baju." ujar Ghea dengan tersenyum getir melihat penampilan Xela.
"Apa? nggak. Ingat Ghea lo udah milih jalan yang sesat." Xela berucap seraya mengunci dadanya dengan kedua tangannya yang di silangkan, tangannya menyilang memegang bahunya. Ia tidak ingin berpenampilan seksi seperti Ghea, menurutnya itu merupakan penyimpanan sosial, ia masih SMA dan gurunya tidak pernah mengajarkan hal tak senonoh itu.
Xela berbalik badan hendak pergi meninggalkan ruangan yang cukup indah di pandang mata meninggalkan Ghea.
"Om, itu gadis yang aku maksud. Bawa dia."
Xela menolehkan kepalanya mendengar ucapan Ghea, Ghea memanggil laki-laki berdasi yang usianya kira-kira 40 tahun ke atas yang menghampiri Ghea disaat yang sama.
Tidak disangka setelah Ghea berucap demikianlah, laki-laki yang disangka si hidung belang berbadan tegap itu akhirnya berjalan cepat ke arah Xela yang masih terpaku di tempat, ia kebingungan sehingga laki-laki hidung belang berhasil mencengkram tangan Xela dengan erat.
"Lepaskan aku, lepaskan!"
Xela memberontak dengan keras.
"Tolong aku kumohon tolong aku."
Xela sudah menangis ketakutan tetapi orang-orang disekitar malah seperti buta dan tuli, mereka sibuk bermesraan bagi yang berpasangan dan bagi yang tidak, mereka seolah tuli tidak mendengarkan suara teriakan Xela.
Dan Ghea, Ghea tersenyum sinis dan puas melihat sahabatnya di seret ke sebuah ruangan.
"Ghea tolong gue. Lo sahabat gue tega banget lakuin ini." Xela berucap demikian sambil tangannya berpegang kepada gagang pintu sementara seluruh badannya sudah berhasil masuk ke sebuah ruangan yang terlihat mewah.
Ghea tidak peduli, Ghea tersenyum sinis menyaksikan penderitaan Xela.
'BRAKK'
"Akkhh"
Pintu ruangan telah berhasil di tutup oleh laki-laki hidung belang itu. Xela melihat laki-laki itu memutar kunci pintu, sempat ia bangkit untuk merebut kunci tersebut dan memutarnya kembali agar bisa keluar, namun terlambat. Gerakan laki-laki itu lebih cepat, Xela yang sudah berhasil mendekat lalu bersikeras untuk merebut kunci pintu dari tangan laki-laki hidung belang itu. Tetapi tenaganya kalah jauh, bahkan karena bersikeras melawan laki-laki tegap itu, tangannya di cengkeram kembali dan dengan mudahnya laki-laki itu membanting tubuh Xela ke sebuah kasur besar yang sudah terpasang rapi di ruangan itu.
Oh tidak aku dijebak, tolong aku Tuhan.
Laki-laki itu memandang dirinya dari jauh.
"Kamu sangat cantik. Pasti kamu pekerja baru, bersenang-senanglah bersama ku."
Laki-laki itu dengan tidak sopannya mencolek dagu Xela.
'PLAK'
Merasa terancam dan di lecehkan, Xela menampar laki-laki tua itu.
bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
jeruk_asem
😜
2022-08-02
1
Neny Putri Julirinni
awal yang menarik
2021-07-19
1
Ria Diana Santi
Hai, Xela! Aku datang bawa 5 rate, like n favorit for your story!
Mari saling dukung Thor!
Salam hangat dari Ryu dan Riri! 🤗🤗
2021-06-05
3