Sudah setengah jam Kiara datang ke apartement Devon dan dia masih terdiam ditempatnya. Duduk di sofa, sambil tangannya sesekali memencet tombol kunci pada handphone nya, matanya pun tak hentinya mengecek layar berharap ada telpon atau pesan masuk. Tadi pagi Devon mengirimnya pesan memintanya untuk datang ke apartement nya dan Kiara seperti biasa tidak pernah bisa menolak seorang Devon
"Kia". Devon yang sudah jengah karena daritadi diabaikan mencoba menarik perhatian Kiara. Devon melambaikan tangannya tapi tidak ada respon
"Kiara?". Kiara masih memandang layar handphone nya yang mati lebih menarik dari apapun disekitarnya. Devon mencoba cara lain, dia menggoyang-goyangkan tubuh Kiara mencoba membawa Kiara ke alam sadar nya. "Kiara? Hey!"
"O...Oh...Devon? Ada apa?"
"Kamu hari ini aneh". Devon memang sudah lama ingin berkata seperti itu. Bahkan semenjak sebulan lalu Kiara jadi berubah menjadi lebih pendiam dan lebih sering melamun sendiri sambil menonton layar handphone nya yang gelap. "Kamu kenapa sih?"
"Aku...nggak apa-apa". Kiara mencoba tersenyum tapi dimata Devon itu jelas palsu
"Ayolah, kenapa? Ngomong aja. Kenapa kamu jadi sering mengecek hpmu padahal dulu kamu cuek banget. Kamu menunggu pesan seseorang? Siapa? Kamu punya selingkuhan baru lagi?"
Kiara tertegun, dia tersinggung dengan ucapan Devon. Apakah dimata Devon dan orang lain, Kiara semudah itu? Gampangan? Dan bisa dengan mudahnya menambah selingkuhan begitu?
Dulu memang Kiara begitu, tapi tidak lama kok, hanya beberapa waktu setidaknya Yasmin memarahinya malam itu
Kiara bukannya tidak merasa berdosa mempermainkan hati orang tapi mau bagaimana lagi, yang penting sekarang dia sudah taubat. Sedikit
"Aku nggak punya selingkuhan lagi, Devon. Hanya kamu yang tersisa". Kiara menjawab dengan sinis. Sebenarnya Kiara malas menjawab pertanyaan Devon tadi tapi dirinya terlanjur tersinggung tapi mau bagaimana lagi
"Terus?"
"Aku menunggu Byan. Dia bilang dia bakal pulang bulan ini. Dan aku nggak mau melewatkan satupun pesan atau telpon darinya seperti tempo hari"
Kiara sempat melihat Devon terkaget dari sudut matanya. Kiara tidak tahu jelas kenapa, tapi Devon selalu memasang wajah yang tidak enak jika Kiara mulai menyebut nama Byan. Entah itu karena perasaan berdosa atau cemburu
"Oh, Byan lagi". Devon tertawa hambar. "Ayolah, Kia, dia di hutan, nggak ada sinyal. Mana mungkin Byan nelpon"
"Tapi bulan lalu aja Byan bisa menelpon, dia bahkan telpon kamu juga kan?"
"Iya, tapi itu kaya berbanding seratus kemungkinan dia telpon atau nggak". Devon mulai menggeser tempat duduknya lebih dekat dengan Kiara. "Udahlah, kenapa nggak kita nikmati waktu kita berdua? Aku menyuruh kamu untuk datang kesini bukan untuk membahas Byan sayang"
Kiara mulai merasakan tangan Devon kini ada dipinggang nya, posisi duduknya pun kiat merapat padanya
"Devon, aku mohon, bisa nggak sih kita hentikan semua ini?". Kiara mencoba melepaskan tangan Devon dipinggang nya tapi yang didapat hanya Devon yang menarik Kiara lebih dekat
"Nggak, dan kita udah membahas ini sebelumnya"
"Tapi aku benar-benar nggak tenang, aku takut Von". Kiara menunduk, dia hampir menangis. Bayangan Byan yang kesakitan karena ulahnya, bayangan Byan yang pergi meninggalkannya. Tidak, Kiara tidak siap untuk itu
"Apasih yang kamu takuti? Kita berhasil berjalan sejauh ini Kia dan kita baik-baik aja. Kamu masih dengan Byan, dan aku masih dengan Bella. Kita akan terus seperti ini jika nggak ada yang memberitahu mereka". Ya, Devon tidak tahu kalau Bella dan Yasmin sudah tahu semua kebusukan mereka. Tapi lain dengan Kiara, Kiara tahu kalau Bella dan Yasmin sudah mengetahui hal ini, makanya Kiara takut
Kiara sudah sangat merasa bersalah pada Bella, Kiara sudah merasa tidak enak pada Yasmin, Kiara sudah merasa berdosa pada Byan tapi Kiara masih tidak bisa menolak Devon
Kiara masih terdiam, mencoba mengatur kata-kata yang akan dikatakannya pada Devon. Kiara bersikukuh kalau dirinya harus mengakhiri hubungannya dengan Devon hari ini juga. Belum sempat Kiara menemukan kata yang cocok, dirinya merasakan tiupan hangat di lehernya. Perlahan-lahan jadi sedikit basah, sapuan lidah Devon dan kecupan-kecupan kecil disana berhasil mengambil alih fungsi otaknya lagi
Kiara melenguh, Kiara sadar dan dia tahu betul ini salah. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Devon perlahan-lahan dan dengan pasti mengambil handphone Kiara dari tangannya
Devon yang berhasil mengambil handphone Kiara pun memencet tombol kunci lebih lama dan memilih shutdown. "Nggak ada Byan disini Kia, yang ada hanya Devon. Lupain Byan, dan baik-baik lah pada Devon. Kamu paham?". Devon berbisik pada Kiara
***
Yasmin duduk ditempat duduk yang sudah disediakan bagi para penumpang. Sudah setengah jam Yasmin menunggu, Yasmin tahu dirinya memang berangkat lebih awal dari jadwal kedatangan kereta ke stasiun, tapi bukan itu yang dia tunggu
Tidak beberapa lama kemudian, Yasmin melihat orang itu, sahabatnya yang akhir-akhir ini menguji kesabarannya, Kiara sambil berlari-lari. Yasmin sebenarnya ingin sekali bertingkah tidak peduli atas apa yang dilakukan Kiara tapi percayalah Yasmin melakukan semua ini karena sayangnya dia terhadap Kiara yang sudah dia anggap sebagai saudara sendiri
"Lo dateng juga?". Yasmin menatap Kiara dengan tatapan sinis. "Gue pikir lo bakal sibuk sama orang yang nggak tau malu itu lagi"
"Yas, dia punya nama. Dan maaf gue terlambat. Gue semalem tidur terlalu larut malam tadi"
"Yayaya gue tau, lo pasti telah menghabiskan banyak ronde lagi sama bajingan itu! Sampai-sampai lo nggak mau diganggu dan matiin hp lo dan lagi-lagi pacar lo yang bodoh itu harus menitipkan lagi pesannya sama gue karena pacarnya yang kurang ajar itu sedang selingkuh dan berbuat yang tidak senonoh dengan orang yang bodohnya lagi dianggap sahabat. Gue terlalu males buat nyebutin nama sahabatnya itu"
Tadi malam Byan menelpon lagi, seperti biasa Byan menelpon Kiara terlebih dahulu tapi sayangnya handphone nya tidak aktif. Padahal Byan sangat ingin mendengarkan suara Kiara tapi apa hendak dikata. Akhirnya Byan menelpon Yasmin, mengabarkan kalau dirinya akan pulang besok dan meminta untuk dijemput di stasiun
Yasmin sempat menunggu Kiara pulang tapi sampai jam 1 malam pun Kiara belum menampakkan batang hidungnya, terpaksa Yasmin tidur duluan tapi tadi pagi Yasmin sempat menengok kamar Kiara, dan kamu tahu apa? Kiara tidak pulang. Alhasil Yasmin menulis note dan menempelkannya di pintu kulkas
Ya, Kiara ketiduran di apartement Devon setelah pertarungan panjangnya semalaman dan pulang kerumah pukul 09.15 pagi. Untunglah saat itu Kiara merasa haus jadi menyempatkan diri mengunjungi dapur jadi sempat melihat note yang ditinggalkan Yasmin
Byan pulang. Kalo lo masih menganggapnya pacar, datanglah jam 10 pagi di stasiun
"Yas, gue nggak sengaja mematikannya. Lagian gue sama Dev...". Belum sempat Kiara menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba mereka dikagetkan oleh sebuah suara
"Devon? Ada apa sama kamu dan Devon?". Byan, terlihat tersenyum dengan cerahnya, badannya sekarang berisi, berotot dan terlihat ketegasan di wajahnya. Byan terlihat sangat gagah
"B-Byan?". Kiara tidak sanggup berkata-kata, kenapa Byan tiba-tiba ada disini? Kapan kereta nya datang? Apa dia mendengar semuanya? Bagaimana kalau iya?
"Hai sayang. Maaf buat kamu menunggu". Byan memeluk Kiara dan mencium keningnya. Senyum masih terpasang diwajah Byan. Tapi Kiara yang terlalu kaget bahkan tidak tahu harus bereaksi seperti apa. "Kamu kenapa? Nggak seneng aku pulang?"
"Bu-bukan begitu, tapi kamu. Mana kereta nya?"
"Oh, hehe aku naik kereta keberangkatan sebelumnya. Semalem temenku memintaku buat tuker tiket, maaf karena nggak kasih tau dulu. Aku udah dateng dari dua jam yang lalu tapi tertidur dibangku sebelah sana. Hahaha". Byan tertawa kikuk sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Kemudian matanya beralih kepada Yasmin yang berdiri disamping Kiara. "Hey, Yasmin. Terimakasih udah menjaga Kiara dengan baik. Lo emang dapat diandalkan". Byan tersenyum sambil menjabat tangan Yasmin
"Gue kan udah janji Byan". Yasmin tersenyum balik
"Aku jadi pengen tau sayang, apa Devon juga menjagamu dengan baik? Bilang sama aku kalo dia sering membuatmu kesal". Seketika baik Kiara maupun Yasmin saling bertatapan. Seandainya Byan tahu yang sebenarnya terjadi. "Ngomong-ngomong ada apa sama kamu dan Devon?". Byan beralih menatap Kiara serius
"Ma-maksud kamu?". Kiara mendadak gugup, lebih gugup dari sebelumnya
"Tadi yang lagi kamu bicarain sama Yasmin?". Byan menatap Kiara curiga
Yasmin yang melihat Kiara gelagapan akhirnya buka suara. "Bukan apa-apa kok, Byan. Cuma bercanda. Lo tau kan kalo sahabat lo suka banget bermain-main?". Iya bermain perasaan juga. Yasmin memang ingin sekali Byan tahu semuanya tapi bukan saat ini. Ini masih belum tepat
"Oh, gue pikir kenapa. Maaf ya sayang aku berpikir yang nggak-nggak". Byan kembali memeluk Kiara. Dan Kiara pun hanya tersenyum kaku
Cepat atau lambat semua pasti terbongkar. Hanya butuh bukti saja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Net
ingin ku masuk ke dalam ceritanya abis itu ngomong ma byan klo pacar kau itu tukang selingkuh 😶tp sayang nya gak bisa jd saya berharap ma Yasmin aja deh 😔🙌
2021-06-01
0