Senja merentangkan tangannya ke atas. Menyambut harinya dengan semangat. Aroma menyenangkan menjadi senior sudah terasa sejak berangkat tidur semalam.
Rasanya menyenangkan tidak lagi menjadi junior. Orang bilang, masa menengah atas paling menyenangkan itu di kelas sebelas. Dimana kita sudah memiliki banyak teman. Tidak lagi terintimidasi karena menjadi junior terbawah. Dan belum di pusingkan dengan ujian dan segala penunjangnya.
Saking senangnya, hari ini Senja tidak perlu di teriaki oleh ibunya untuk bangun dan berangkat sekolah. Bahkan saat Tiara memasuki kamar putri bungsunya, anak itu sudah rapi dengan seragam dan tengah menguncir kuda rambut panjangnya. Rambut yang selama ini bertahan panjang hanya karena paksaan dari orang tua dan kedua abangnya.
Bagi Senja yang seorang pecinta basket dan ilmu beladiri. Rambut panjang terlalu merepotkan. Tapi menjadi wanita satu-satunya selain sang ibu, tentu ia harus cantik juga dong.
Karena meski tomboy. Ia juga masih memiliki rasa tertarik dengan lawan jenis. Dan ingin terlihat menarik dan di inginkan juga.
"Pagi everybody..." seru Senja dengan senyum cerah saat sampai di meja makan. Tak lupa ciuman manis di pipi untuk seluruh anggota keluarga termasuk kedua abang yang sangat menyayanginya.
"Gitu dong dek. Kan mama seneng lihatnya. Pagi-pagi nggak bikin mama marah-marah cuma buat bangunin kamu aja." ujar Tiara yang tengah menyendokan nasi goreng untuk sang suami.
Senja cemberut tapi tak menanggapi ucapan ibunya. Karena memang seperti itu adanya.
"Abang Farri ganteng banget deh hari ini." puji Senja pada abang sulungnya. Menopang dagu menatap Farri yang duduk di sebelah kanannya dengan senyum termanis.
"Terimakasih adek abang tersayang. Tapi maaf ya, hari ini abang ada meeting pagi. Jadi nggak bisa nganter adek sekolah." ujar Farri dengan mengusap lembut rambut adiknya yang terkuncir rapi. Tahu maksud sang adik. Apa lagi jika tidak ingin di antar sekolah.
Selama ini jika sang ayah-Alvaro yang mengantar Senja sekolah. Gadis itu selalu malu karena selalu mendapat cium di depan umum. Anak SMA mana yang di antar ayahnya masih mendapat ciuman di dahi. Apa lagi ia terkenal tomboy. Malu lah.
Untuk itu gadis itu lebih suka jika di antar kedua abangnya.
Senja mendesah kecewa. Padahal biasanya sang abang selalu menuruti keinginannya. "Kalau bang Vindra?" tanya gadis itu beralih menatap kakaknya yang lain yang duduk di sebelah kirinya.
"Abang juga ada kuliah pagi, dek. Di antar papa dulu ya?" ucapan Vindra dengan cubitan pelan di pipi sang adik.
Vindra sama persis dengan sang ayah. Hanya hangat dan penuh senyuman jika tengah berkumpul dengan keluarganya. Jika di luar sana, pria berumur 26 tahun itu akan menjadi pria dingin.
Cebikan kesal gadis itu berikan untuk keduanya. "Kenapa sibuknya barengan gini sih bang? gantian apa. Biar aku ada yang anter."
"Papa kan bisa antar, dek." sela Alvaro yang sedari tadi menggeleng geli melihat anak bungsunya merayu kedua kakaknya.
"Tapi papa janji ya, nggak cium-cium lagi. Malu paaahhh kalau di sekolah."
Alvaro menunjukan raut pura-pura sedih. Kedua putranya sudah terkekeh.
"Kenapa harus malu sayang? dikasih cinta yang begitu besar kok malu." tegur Tiara.
Senja menunduk dengan bibir mengerucut dan bergumam. "Kalau di rumah sih, adek juga nggak masalah mah. Tapi kalau di sekolah malu lah."
"Masa kelakuan kaya harimau, tapi masih di belai kaya kucing." imbuhnya dengan gumaman lebih lirih.
"Makanya jangan kebanyakan berantem dong, dek. Abang aja yang cowok ngga pernah berantem di sekolah dulu. Masa kamu yang cewek malah bar-bar banget." kembali teguran dari sang ibu terdengar.
"Abang yang mana? bang Farri juga suka bikin onar." bela Senja tak mau di salahkan sendiri. Membuat Farri yang tengah meminum susu hangat tersedak.
"Abang kan cowok dek. Abang juga nggak pernah kena skors." seru pria itu tidak terima setelah mengelap bibirnya dengan tissu.
Meski ia biang onar tapi buka langganan dipanggil bagian kesiswaan atau kepala sekolah. Paling hanya pulang dengan wajah lebam sehabis berantem. Dan ia tidak ingin adik manisnya mengikuti jejak dirinya.
"Tapi aku berantem juga kan nggak pernah cari gara-gara duluan bang. Adek bukan trouble maker."
Tiara hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar perdebatan anak-anaknya. Mungkin karma untuknya yang dulu sering membuat mommy Shevi pusing dengan kenakalan dirinya saat SMA. Membuat ia kini juga merasakan hal yang sama. Dan dari anak perempuannya juga.
"Paapaaa... Adek beliin motor aja deh pah. Biar bisa berangkat sendiri." rayunya dengan tatapan puppy eyes.
"Enggak!" seru Tiara tidak mengizinkan. Meskipun putrinya tomboy. Tetap saja Senja anak perempuan yang harus ia jaga. Ia tidak ingin terjadi sesuatu dengan anak perempuan satu-satunya itu. "Kalau adek, ingin naik motor. Nebeng aja sama Bas."
Ayah dan kedua abangnya mengangguk setuju.
"Bas kan bareng sama Jingga, mah. Aku mau naik dimana? masa di knalpot."
"Ya sesekali gantian kamu yang bareng, gitu lho dek." Farri menimpali.
Senja menggeleng. "Jingga kan nggak ada yang anterin bang. Papanya kerja. Mamanya kan nganterin adik-adiknya. Masa aku mau egois minta ikut sama Bas, padahal Jingga yang lebih butuh." meskipun sebenarnya ia juga ingin sesekali berangkat bersama sahabatnya itu.
"Kalau aku kan ada abang Farri dan Vindra yang gantengnya tiada tara." ucap gadis itu memeluk lengan kedua abangnya dengan sayang.
"Ya udah yuk, berangkat! kalau kita berangkat sekarang, abang masih ada waktu buat anterin kamu." Farri berdiri memakai jas-nya. Membuat sang adik bersorak dan mencium pipi abangnya itu sebelum pamit pada anggota keluarga yang lain.
Jarak sembilan tahu antara Senja dan kedua kakak kembarnya, membuat kedua kakaknya begitu menyayangi dan menjaganya.
Tidak ada rasa iri pada Farri dan Vindra ketika melihat Senja lebih mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Karena mereka juga melakukan hal yang sama. Bahkan tak jarang kekasih mereka memilih mundur karena tidak tahan dengan kedua kembar itu yang lebih mengutamakan adik mereka.
"Pulangnya abang yang jemput." Vindra berucap sebelum kedua saudaranya berlalu.
Senja mengacungkan ibu jarinya pada abangnya itu. Memang seperti itu biasanya. Jika Farri yang mengantar, Vindra yang akan menjemput. Begitu juga sebaliknya. Membuat ketiganya begitu dekat dan saling menyayangi. Membuat Alvaro dan Tiara bangga memiliki ketiganya. Malaikat pelengkap hidup mereka.
"Jadi pengen nambah, kan. Biar masih ada yang mau di manja papanya." ucap Alvaro begitu ketiga anaknya sudah pergi semua.
Tiara terkekeh. "Apa sih papa ini? sekarang sudah saatnya papa hanya memanjakan mama. Karena anak-anak yang semakin beranjak dewasa." padahal si bungsu masih begitu manja jika di rumah. Hanya di luar saja pura-pura tidak mau dimanja.
*
*
*
Gimana pendapat kalian tentang cerita kali ini?
Tinggalin komen kalian ya.. Jangan lupa jempolnya juga 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Riska Wulandari
kayaknya seru sih...
2022-08-26
1
Sulastri Sulastri
mantep
2022-03-14
1
Sri Widjiastuti
keluarga manis&hangat
2022-03-09
1