Azzahra memandang pantulan wajahnya di cermin. Dengan menggenakan gamis warna hijau mint dan hijab warna senada membuat penampilannya sangat cantik sore ini.
" Masya Allah, meni geulis pisan mojang Umi teh nya." ( Masya Allah, cantik sekali anak Umi tuh, ya) Umi Rara memuji anak gadisnya itu.
" Ah, Umi ..." pipi Azzahra langsung merona mendengar pujian dari uminya itu. " Kita mau ke mana iyeu teh (ini tuh), Umi?" tanya Azzahra yang sebenarnya tidak tahu akan diajak ke mana oleh abi dan uminya.
" Mau ke acara syukuran ulang tahun pernikahan bosnya abi kamu, Ra." Umi Rara menjelaskan.
" Syukuran ulang tahun pernikahannya pakai pengajian, Umi?" tanya Azzahra lagi.
" Iya, acara pengajian sama mengundang anak-anak panti asuhan," jawab Umi Rara lagi.
" Masya Allah, bosnya abi pasti orang baik ya, Umi?"
" Kenapa kamu bisa menilai seperti itu?"
" Biasanya kalau orang kaya kalau ada acara ulang tahun begitu pasti pakai acara pesta-pesta meriah. Ini justru acara pengajian sama mengundang anak yatim. Berarti orang baik 'kan, Umi?"
Umi Rara mengelus kepala putrinya yang tertutup hijab. " Iya, Ra. Pak Prasetya itu orang baik dan rendah hati. Walaupun kaya raya tapi tidak sombong dan selalu ingat berbagi terhadap orang yang tidak mampu. Kelak kalau kamu sudah dewasa dan menjadi orang sukses, kamu bisa meneladani sifat dan sikap seperti itu ya, Ra." Umi Rara menasehati Azzahra.
" Insya Allah ya, Umi. Doakan Rara jadi orang yang rendah hati, yang selalu bersyukur akan nikmat yang Allah SWT berikan." Azzahra memeluk tubuh uminya.
" Aamiin Ya Rabbal Alamin ..." Umi Rara membalas doa anaknya.
***
Suasana rumah Prasetya Atmajaya sore ini saat ramai dengan anak-anak kecil dari panti asuhan. Bos dari abinya Azzahra itu memang tidak mengundang kolega-kolega bisnisnya. Hanya keluarga dan kerabat dekat serta tetangga sekitar yang diundang. Tak lupa Pak Kyai yang memberikan tausiah diacara pengajian itu.
Azzahra begitu kagum memandangi bangunan rumah dari bos abinya itu. Sangat luas dengan gaya Eropa klasik. Azzahra sungguh masih tidak percaya orang sekaya ini tak malu mengadakan acara yang bisa dibilang kecil untuk orang sebesar Pak Prasetya, pikirnya.
Setelah acara pengajian dan disambung dengan tausiah, kini saatnya untuk semua undangan menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh tuan rumah.
" Lu nanti mau lanjut kuliah di Jakarta, Han?" suara seseorang yang tertangkap di telinga Azzahra, saat dia membantu kesibukan di dry kitchen. Azzahra bisa melihat ada dua orang yang sedang berbincang memasuki ruangan dry kitchen. Dan betapa terkejut Azzahra saat melihat salah satu pemuda yang masuk ke ruangan dia berada saat ini adalah Yoga, kakak kelas yang pernah menolongnya beberapa hari lalu.
Prannnggg ...
Secara tidak sengaja Azzahra menjatuhkan piring pisin yang sedang dipegangnya. Hingga ada pecahan kaca yang kini menggores di punggung kakinya membuat dirinya meringis.
* Aawww ..." Azzahra melihat darah mulai keluar dari punggung kakinya.
" Astaghfirullahal adzim, kamu kenapa? Ada yang terluka?" tanya Yoga, pemuda yang membuatnya terkejut hingga menjatuhkan piring tadi.
" Kaki kamu berdarah? Kamu pindah duduk ke sebelah sana. Awas hati-hati terkena pecahan kacanya lagi." Yoga langsung mengambil tindakan saat melihat darah yang mulai keluar dari kaki Azzahra. " Bi Enjum, tolong ambilkan air hangat dan waslap atau handuk kecil. Han, tolong lu bersihkan pecahan ini, biar gada orang yang terkena lagi." Dengan gesit Yoga yang merupakan anak dari tuan rumah itu memberikan perintah.
" Baik, Den." Bi Enjum menyahuti.
" Oke." Yohan sepupu Yoga pun ikut menyahuti.
" Kamu tunggu sebentar di sini. Saya ambilkan kotak P3K dulu." Yoga bergegas mencari dan mengambil kotak P3K.
Setelah keperluan yang dibutuhkan untuk menangani luka Azzahra tersedia, Yoga langsung mengompres kaki Azzahra dengan air hangat. Membersihkan luka sayatan itu, kemudian membalut luka itu dengan perban. Semua yang dilakukan Yoga semua dikerjakan dengan sangat telaten.
Azzahra sendiri dibuat membeku sejak Yoga menyentuh dan meletakan telapak kakinya di atas paha Yoga yang duduk jongkok di depannya. Sementara detak jantungnya berdetak semakin kencang. Azzahra tak berkedip menatap kakak kelasnya itu. Dia seolah dibuat terpesona dengan perhatian yang diberikan Yoga kepadanya. "Sungguh sangat sempurna. Tidak hanya wajah yang tampan tapi juga hati yang sangat baik" Begitu Azzahra memuji sosok Yoga dalam hati.
" Sudah selesai," ujar Yoga setelah menyelesaikan tugasnya memberikan pertolongan pertama kepada Azzahra. " Eh, kamu ini murid yang kemarin pingsan, kan?" Yoga ternyata mengenali Azzahra.
Azzahra terkesiap saat Yoga akhirnya mengenalinya. Dia sudah memastikan wajahnya kini sudah merona karena malu, jika diingatkan peristiwa memalukan saat dirinya pingsan akibat lemas karena belum makan.
" Ah, e ... i-iya, Kak." Azzahra langsung diserang rasa gugup.
" Kamu kok bisa ada di sini?" tanya Yoga heran.
" Eh, i-itu karena ...."
" Rara, kamu kok lama sekali di dapurnya. Ayo cepat ikut bantu-bantu di depan sana!" Umi Rara tiba-tiba memasuki ruang dry kitchen.
" Eh, Den Yoga." Umi Rara menyapa Yoga dengan hormat saat dilihatnya Yoga ada di sana.
" Umi," Yoga menyapa balik Umi Rara. " Panggil saya Yoga saja, jangan ada embel-embelnya, Umi." Tolak halus Yoga. Karena Yoga tahu suami dari Umi Rara ini adalah orang kepercayaan papihnya di perusahaan milik Papih Prasetya.
" Iya, Den eh Yoga." Umi Rara tersipu lalu menatap Rara yang sedang duduk di depan Yoga berdiri. " Rara, kamu kenapa malah duduk, bukannya ikut bantu-bantu?" tanya Umi Rara heran.
" Hmmm, i-iya Umi." Azzahra perlahan bangkit dari duduknya.
" Kaki kamu kenapa, Ra?" tanya Umi Rara heran saat dilihatnya Azzahra agak tertatih, apalagi saat melihat ada perban yang menempel di kaki anaknya itu.
" Tadi dia kena pecahan kaca, Umi." Yoga yang masih belum beranjak dari sana menerangkan.
" Astaghfirullahal adzim, kamu hati-hati atuh, Ra. Terus sekarang gimana? Masih sakit?" tanya Umi Rara khawatir.
" Ng-nggak, Umi. Tadi sudah diobati sama Kak Yoga." Azzahra menoleh ke arah Yoga yang kini tersenyum melihat ke arahnya. Seketika membuat debaran jantung Azzahra tak juga berdetak normal.
" Aduh, makasih, Yoga. Sudah tolong Rara." Umi Rara berterima kasih.
" Ini anak Umi?" tanya Yoga kemudian.
" Iya, ini Azzahra anak bungsu Umi. Adiknya Asraf dan Aydan " Umi Rara memperkenalkan anak perempuan satu-satunya itu. " Ra, kenalin ini teh Yoga, anaknya Pak Prasetya."
" Saya sudah tahu dia tapi belum tahu nama Umi. Azzahra ini siswa baru kelas sepuluh di sekolahan Yoga, Umi." Yoga menjelaskan.
" Ah, iya benar. Umi lupa kalian itu satu sekolah, ya? Berarti kalian sudah saling ketemu di sekolahan?" tanya Umi Rara.
" Sudah, Umi. Saat orientasi siswa kemarin." Yoga kembali tersenyum seraya melirik Azzahra yang kini sedang terkesiap membelalakkan matanya seraya menggelengkan kepala. Seakan memberi kode kepada Yoga agar tidak menceritakan kejadian memalukan yang terjadi padanya, yang akhirnya mempertemukan dia dengan Yoga.
Bersambung ...
Di mana pun Yoga berada, dia selalu menjadi pribadi yang baik dan sangat perduli terhadap orang lain. Beruntungnya dirimu, Ta.❤️
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
👸 Naf 👸
Mama Tata mmg beruntung banget dapetin Papa Yoga,, suami super baik, super sabar, pengertian, rendah hati, ganteng, bonus tajir pula
2023-11-13
0
Neulis Saja
Rara kamu mah malu2in masa sampai menjatuhkan pisin saking groginya tenang dikit jgn memperlihatkan kegrogiannya ehm?
2023-09-17
0
gia nasgia
Bagaimana cewek pada nggak baper klau di depan mata paket komplit 🤭🙈
2023-08-03
0