Rasanya tidak ada semangat lagi saat ini. Berada jauh dari ibu rasanya sangat sakit, lebih sakit dari pernikahan yang tidak aku inginkan ini.
Tidak butuh waktu lama, kami pun sampai didepan rumah suamiku.
Mataku terpana akan rumah yang akan aku tempati ini, rumah mewah dengan model terbaru dipadu dengan warna putih bersih serta bunga-bunga dengan berbagai warna menghiasi seisi taman.
"Hei, masuk" Seru Dayat padaku.
Aku nyengir tidak suka, memangnya aku tidak punya nama sehingga dipanggil hei. Hardik ku dalam hati.
Aku berjalan mengikutinya dari belakang. Tanpa berkata sepatah katapun.
Sesampainya didalam rumah, disana sudah ada Buk Sonia dan juga seorang wanita cantik yang umurnya terlihat lebih muda dariku.
Entah dugaan ku atau bukan, wanita itu seperti adiknya Dayat. Karena wajah mereka terlihat begitu mirip.
"Buk" Sapa ku ramah pada buk Sonia sembari menyalami punggung tangannya.
Wanita yang ada disamping Buk Sonia nampak menatapku dengan tatapan tidak suka, namun tidak membuatku berhenti untuk tetap menyalami tangan buk Sonia, karena yang muda harus selalu menghormati yang tua.
"Melly, kenalin ini Clara. Adiknya Dayat" Buk Sonia memperkenalkan anaknya, dugaan ku memang tidak pernah salah.
"Iya Buk. Kenalin aku Melly" Ucap ku dengan senyuman manis, sembari mengulurkan tanganku untuk berkenalan.
"Clara" Ucapnya, dengan masih menampakkan wajah cemberutnya. Tanpa membalas salaman ku.
"Melly, panggil saja saya mama ya!! jangan ibu lagi" Ucap Buk Sonia.
"Baik bu, ehh ma-ma" Ucap ku dengan terbata-bata.
"Ma, Aku pergi ke kamar dulu" Ucap Dayat.
Kami sontak menoleh kearah Dayat.
"Nak, bawa juga istri mu ke kamar. Dia pasti lelah hari ini" Ucap Buk Sonia.
Nampak Dayat begitu tidak bersemangat. "Jika ingin ke kamar, tinggal ikut saja" Ucapnya dengan nada sedikit kasar.
"Apa? Sekamar dengannya? Ya tuhan, aku benar-benar belum siap" Batinku.
"Melly, ikut saja dengan Dayat ya" Titah ibu mertuaku.
Bibirku begitu kelu tanpa berani menolak, sehingga aku hanya bisa tersenyum tipis, dan berlalu pergi mengikuti Dayat.
Sesampainya didalam kamar.
Tiba-tiba saja aku menjadi kaku, tidak tau harus berbuat apa. Jadi ku putuskan untuk tetap berdiri, tanpa berani berbicara. Dayat juga tidak menawarkan aku untuk duduk atau pun beristirahat.
Sudah hampir 15 menit aku berdiri, dan Dayat juga nampak tidak memperdulikan aku. Hatiku sangat sakit dan marah, apakah seperti itu cara dia memperlakukan aku sebagai istri.
"Sudah lelah berdirinya? Cepat ambilkan aku air dingin. Aku sangat haus" Titahnya.
Tentu saja lelah, bahkan sekarang menyuruhku mengambilkan air minum, dasar laki-laki tidak berperasaan. Ucap ku dengan geram dalam hati.
Namun apalah dayak ku, aku hanya seorang wanita penebus hutang.
Jika bukan karena dia suamiku, sudah aku remas-remas mulutnya itu.
Ahh, sepertinya aku harus menetralkan emosiku.
"Baik tuan" Jawabku dengan malas.
"Kamu memanggil ku apa?" Tanyanya dengan tatapan dinginnya.
"Tuan" Jawabku dengan ragu.
"Hahaha, bagus. Kamu begitu mengerti posisi mu disini" Ucapnya dengan tertawa puas disana.
Sakit bukan main, dia yang sudah berstatus sebagai suamiku seakan menghina kedudukan ku yang hanya anak orang miskin.
Aku hanya diam, dengan luka yang menggores begitu dalam. Terasa sangat sesak.
"Cepat ambilkan aku air minum, setelah itu aku akan menunjukan sesuatu padamu" Ucap nya dengan senyuman menyeringai.
Hatiku menjadi curiga, entah apa yang dia rencanakan. Tetapi hatiku selalu memikirkan malam pertama, apa dia akan melakukannya malam ini? Ya tuhan aku tidak sanggup. Ucap ku dalam hati.
Aku keluar dari kamar dengan langkah yang gontai. Membayangkan hidup ku saat ini rasanya aku ingin segera mati saja.
Ya tuhan apa yang aku pikirkan, seharusnya aku bersyukur karena masih diberi nafas hingga saat ini.
Tanpa terasa, entah sampai mana aku? Karena rumah ini terlalu besar dan ini juga pertama kalinya bagiku berada dirumah itu, aku benar-benar tidak tau dimana dapurnya.
Ku lihat, ada seorang wanita. Nampak seperti seorang pelayan, dengan pakaian khas seorang pelayan.
Aku menghampiri wanita itu, dengan niat ingin bertanya.
"Permisi" Ucap ku dengan ramah.
"Iya, ada apa nona?" Tanyanya dengan ramah.
"Saya ingin bertanya, dimana dapur disini?" Tanyaku lagi.
"Mari nona saya antar" Balas nya.
Aku pun mengikuti pelayan itu menuju dapur, dan ku ambil air minum yang ad didalam kulkas.
"Hai, Clara" Sapaku pada Clara yang juga menuju ke dapur. Namun dia hanya melihatku dengan tatapan dingin tanpa menjawab ku.
Ada apa sebenarnya dengan keluarga ini, rasanya mereka begitu aneh. Namun ku tepiskan pikiran burukku, dan bersikap tidak peduli saja.
Setelah mengambil air minum, aku segera menuju kamar Dayat.
Didalam kamar, Dayat masih duduk di kursi rodanya dengan membaca buku dengan menghadap ke balkon jendela kamarnya.
"Tuan ini air nya" Ucap ku ketika sudah sampai didekat nya.
"Hmm, duduklah" Titahnya lagi.
Aku pun duduk dibangku yang ada didekat nya dengan langkah ragu. Ini pertama kalinya bagiku berduaan bersama seorang laki-laki didalam kamar, rasanya sangat canggung dan kaku.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung,,,,,,,
Please jangan lupa vote, komen dan Like ya. 🥰🥰
Baca juga novel aku yang lainnya,
-Menikahi CEO Yang Kejam 1
-Menikahi CEO Yang Kejam 2
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Annisa Nisa
Moga Melly betah ya menghadapi suami kaya Dayat
2021-12-26
0
Aska
jitak aja kepalanya Dayat Melly klu dekil
2021-11-20
4
Novianti Ratnasari
kaya nya tuh si dayat pura2 lumpuh dech.
2021-09-25
2