Episode 3 Janji

Malam harinya sakura yang sudah selesai mandi, dia berdandan cantik untuk menyambut daichi yang sebentar lagi pulang. Mengenakan pakaian yang terlihat santai dan pilihan pakaiannya malam ini adalah jumpsuit oversized berwarna krem dengan celana di atas lutut yang membuatnya super nyaman.

Dia memandang dirinya di cermin sambil menyisir rambutnya yang panjang tanpa mengenakan riasan diwajahnya. Sakura adalah tipe wanita yang bisa dibilang jarang menggunakan riasan wajah, bahkan saat kekantor dia hanya menggunakan lipstik di bibirnya karena tanpa menggunakan makeup sekalipun dia tetap terlihat cantik dengan kulit wajahnya yang putih.

Diletakkannya sisir itu, dia melihat sebuah cermin besar yang terletak di sudut kamarnya, cermin yang digunakannya saat ingin melihat dirinya sepenuh badan. Dia melangkah mendekat ke cermin itu, memberhentikan langkah kakinya dan berdiri di depan cermin besar. Ditariknya bajunya keatas dan memandangi perutnya dari cermin, perlahan perutnya mulai berubah sedikit buncit dan masih tidak percaya bahwa akan ada seorang bayi di dalam perutnya itu.

"Luar biasa", kata sakura yang mengelus perutnya dengan rasa takjub.

Sepasangan tangan melingkar di pinggangnya, entah sejak kapan daichi masuk. Dia sama sekali tidak mendengar suara ketukan pintu atau hentakan sepatu daichi saat berjalan.

"Sedang apa?"bisik nya lembut di telinga sakura.

"Memperhatikan perut ku", jawab sakura.

Dia tersenyum . "Ada apa dengan perutmu, sayang?"tanya daichi yang masih memeluk sakura dari arah belakang.

"Masih tidak menyangka bahwa aku saat ini sedang hamil", kata sakura, dia sama sekali tidak menyadari saat air matanya mulai mengalir dan membasahi pipinya.

Daichi yang menyadari itu, langsung memutar sakura menghadap kearahnya.

"Hey, ushhh. Kenapa kamu menangissayang?"tanya daichi, panik.

"Tidak apa- apa. Itu hanya tangis bahagia", kata sakura.

"Sudahlah, berhenti menangis", pinta daichi. Dia membawa sakura duduk di sofa mencoba menenangkannya. Menghapus air mata yang membasahi pipinya dengan tangannya.

Ponsel yang ada disaku celananya tiba - tiba saja berdering. Keduanya sama-sama bergeming, menatap kearah sumber yang menciptakan nyaring.

"Angkatlah", kata sakura

Daichi mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya, wajahnya terlihat bingung saat tak ada nama yang tertera di layar

"Ada apa?"tanya sakura.

"No yang tidak dikenal", kata daichi, dia meletakkan ponselnya di atas meja. Enggan menjawab panggilan dari yang tidak dikenalnya

"Kenapa tidak diangkat, mungkin itu telpon penting", kata sakura.

Telepon itu kembali berdering, beberapa kali berdering membuat sakura merasa tidak nyaman dengan kebisingan itu.

Kring!!! Kring!!! Kring!!!

"Sayang, sepertinya itu benar - benar penting. Lebih baik kamu mengangkatnya", kata sakura.

"Baiklah", kata daichi yang seolah tak ikhlas melakukannya , hanya karena sakura yang memintanya.

📱Hallo".

📱Daichi.

Wajahnya terlihat tersentak, dia mengenali suara itu. Suara yang tidak asing untuknya, tapi dia merasa bingung mengapa dia meneleponnya.

📱Luna.

📱Ia, ini aku luna.

Sakura terus memperhatikan daichi yang menerima telpon di depannya, sementara daichi terlihat kurang nyaman saat luna menghubunginya.

📱Dari mana kamu mendapatkan no ku?" daichi tentu saja merasa penasaran karena dia merasa tidak pernah memberikan no ponselnya.

📱Aku bertanya kepada gena.

📱Ah, begitu. Ada apa kamu menelepon ku?" daichi terus memperhatikan sakura, dia tidak ingin terjadi ke salah pahaman nantinya, tapi sakura justru terlihat santai saja meskipun dia tahu bahwa yang menghubungi suaminya itu adalah seorang wanita.

📱Maaf aku mengganggu mu malam-malam begini. Aku hanya ingin memberitahu mu, aku ada urusan keluar kota. Jadi mungkin jika kamu jadi membawa istrimu untuk memeriksakan kandungannya denganku sepertinya tidak bisa dalam waktu minggu-minggu ini."

📱Ohhh, tidak apa-apa luna. Aku juga belum memberitahukan istriku tentang rencana ku itu".

Mendengar dirinya disebut, keningnya mengkerut. Meminta penjelasan dari daichi yang masih bertelepon, daichi hanya mengedipkan kedua matanya seolah memberikan kode bahwa dia akan menjelaskannya nanti. Lengannya memeluk sakura erat -erat ,sementara dia masih berbicara dengan wanita itu melalui sambungan telepon.

📱Aku hanya ingin mengatakan itu saja. Maaf sudah mengganggu waktu mu, daichi. Selamat malam.

📱Sama sekali tidak. Selamat malam.

Dia menurunkan ponselnya, menekan tombol end. Lalu pandangannya kembali fokus kepada sakura yang menantikan penjelasan dari suaminya itu. Daichi melepaskan dekapannya dari sakura, tersenyum hangat kepada wanita yang memandanginya dengan curiga.

"Aisss, kenapa menatap ku seperti itu?"tanya daichi , tertawa.

"Siapa luna? Aku sama sekali belum pernah mendengar namanya", tanya sakura tidak sabar.

Daichi tertawa, lalu menarik napasnya.

"Ada apa?"tanya sakura.

"Baiklah nyonya Tama, aku akan memberitahu mu", kata daichi.

"Silakan Tuan Tama, istrimu ini sudah siap mendengar penjelasan yang akan anda berikan", kata sakura.

Daichi menggelengkan kepalanya, menahan tawa.

"Luna itu adalah teman semasa SMA ku, kebetulan kami tadi sore bertemu tidak sengaja di cafe pinggir jalan dekat kantor saat aku dan sekertaris yun sedang minum kopi disana", kata daichi.

"Baiklah, lalu?"tanya sakura, dia tahu bahwa penjelasan daichi belum selesai sampai disana.

"Kemudian kami mengobrol dan ternyata dia adalah dokter kandungan. Jadi tadi aku mengatakan kepadanya mungkin dia bisa menjadi dokter kandungan kamu. Makanya dia tadi menelpon untuk mengatakan bahwa dia ada urusan diluar kota sehingga tidak bisa memeriksakan kamu", jelas daichi.

Sakura menerima penjelasan yang diberikan daichi kepadanya, tidak ada hal yang menurutnya peru dicurigainya, komunikasi mereka hanya semata-mata membahas mengenai kehamilannya saja.

"Sayang, sepertinya kita tidak perlu mengganti dokter kandungan ku. Aku juga tidak enak dengan kak rici, dia sudah memberikan dokter yang terbaik dari rumah sakit wongdo, aneh rasanya kita harus pindah kerumah sakit lain saat keluarga sendiri memiliki rumah sakit yang juga terbaik di kota ini", kata sakura,itulah yang terpikir oleh nya, pemikiran yang masuk akal menurutnya.

Mendengar penjelasan sakura memang benar, tidak masuk akal rasanya jika mereka harus kerumah sakit lain. Dia tahu Rici Agata pasti akan memberikan dokter - dokter yang terbaik untuk menangani sakura, apalagi sakura adalah adik perempuannya satu-satunya.

"Baiklah sayang, kita akan tetap di rumah sakit wongdo dengan dokter dari awal saja yang telah menangani kamu", kata daichi.

"Hmmm, maaf sayang karena sudah menolak rekomendasi teman kamu", kata sakura.

"Tidak sayang, aku juga dari awal mengatakan kepadanya harus bertanya dulu kepada kamu. Apakah kamu bersedia atau tidak untuk mengganti dokter kandungan mu", kata daichi.

"Lebih baik kamu nanti memberitahu dia dengan pemikiran kita ini", kata sakura.

"Kamu tidak perlu memikirkannya,sayang. Semua akan baik-baik saja", jawab daichi, tersenyum.

"Sayang?"

Daichi langsung menatap sakura, penasaran mendengar nada suaranya yang terdengar berhati - hati saat memanggilnya. Sikap sakura ini sangat mudah ditebak olehnya bahwa ada sesuatu yang masih mengganjal perasaanya dan ada hal lain yang ingin ditanyakan nya.

"Bertanyalah", kata daichi.

Sakura tertawa simpul. "Dari mana kamu tahu, bahwa ada sesuatu yang ingin aku tanyakan?".

"Tentu saja aku tahu karena aku sangat mengenal, istriku", jawabnya.

"Aisss, dasar", gumam sakura, tertawa.

"Jadi apa yang sebenarnya ingin kamu tanyakan, nyonya sakura tama?"tanya daichi.

Sakura terdiam sesaat, wajahnya tampak ragu-ragu.

"Tanya saja", kata daichi yang seolah tahu dengan apa yang ada dalam pikiran wanita didepannya itu.

"Apa luna itu salah satu mantanmu saat di SMA dulu?"tanya sakura, nada suara pelan.

"Tidak!"secepat kilat dia menjawab dan membantahnya dengan wajah yang tampak sangat serius menatap sakura.

"Ahh..", jawab sakura, tanpa menatap kedua mata daichi.

Dia menarik sakura, mendekapnya kembali ke dadanya. Sakura terlihat kaget saat daichi tiba- tiba saja menariknya.

"Jangan takut", bisik nya.

"Aku tidak mengerti", kata sakura yang masih berada dalam dekapan daichi.

"Aku tidak memiliki hubungan yang dekat dengannya, bahkan dulu aku jarang berkomunikasi dengannya. Namum dari semuanya, aku hanya ingin mengatakan kepadamu nyonya Daichi Tama, tidak akan pernah ada yang mampu menggantikan kedudukan dirimu di hatiku selamanya. Aku sama sekali tidak peduli sekalipun wanita itu lebih cantik dari kamu, meskipun aku tidak yakin jika ada wanita diluar sana lebih cantik dari kamu", katanya tersenyum, diikuti sakura yang tersenyum mendengarnya.

Dia mengeratkan dekapannya kepada istrinya itu.

"Ingatlah, hanya Sakura Agata saja yang akan menjadi wanita satu-satunya di hidup seorang Daichi Tama dan hanya maut yang dapat memisahkan kita berdua", janji daichi.

Sakura hanya bisa dia mendengar daichi berbicara, hanya ada bayangan indah dibenaknya saat berada dalam dekapan daichi seperti saat ini.

"Aku tahu itu", bisik.nya ,suaranya terdengar kuat. Kedua tangannya dengar erat memeluk tubuh daichi yang besar dan kekar itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Rizal Nainggolan

Rizal Nainggolan

masih semangat menunggu

2021-05-04

0

Tinifang💞💞

Tinifang💞💞

Mantap Thor.....suka suka🤗🤗

2021-04-30

0

Dwi Harti

Dwi Harti

next..semngt ya thorr

2021-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!