sesampainya dirumah sakit mereka langsung menuju ke ruangan orang yang sedang ingin tiffanny temui. hingga sampai keruangan orang itu.
dia melangkahkan kakinya melihat seorang pria yang barusia 40 tahunan, kepalanya diperban mungkin cukup parah.
" nona barang-barangnya taruh dimana?" tanya rian.
" kau bereskan dan rapikan , tolong catat apa keperluannya selama dirumah sakit " jawab tiffanny.
tak lama suster pun datang untuk memeriksan keadaan pasien , fanny memundurkan tubuhnya memberi peluang pada suster itu.
" suster dimana keluarganya?" tanya fanny.
" maaf nona pasien hanya memiliki seorang putri namun masih berusia 7 tahun tidak ada orang lain selain putrinya" jawab suster itu.
" bapak ini juga membutuhkan biaya yang besar untuk biaya operasi dan perawatannya ditambah ruangan ini, kami tidak bisa melakukan apapun tanpa persetujuan keluarga karena anak beliau masih kecil" sambung suster itu.
" hmm begini saja , rian kau berikan nomor handphonemu pada suster ini. sus jika ada sesuatu yang dibutuhkan dan bapak ini sudah siuman tolong hubungi nomor itu, kelak nomor itu nomor darurat keluarganya " jelas tifaanny.
dari pintu depan dev akan masuk namun terhenti saat tahu tiffanny ada didalam dan mengatakan hal yang mustahil itu keluar dari dalam mulut tiffanny.
" aku baru tau kalau kau punya hati yang baik" gumamnnya dalam hati.
karena sesungguhnya dia tidak percaya kalau tiffanny memiliki sisi baik, dia sedikit tersenyum melihatnya.
" eh dokter dev , aku baru saja memeriksa" kata suster itu.
" iya kau boleh melanjutkan pekerjaanmu" kata dev.
diapun menghampiri pasiennya.
" bisakah kau ikut aku ? aku akan menjelaskan kondisinya " ujar dev.
tiffanny mengikuti dev dari belakang , ada rasa kecanggungan diantara keduanya apalagi saat bertemu dirumah selalu ada saja kesalahpahaman diantara keduanya.
dev membuka pintu ruangan nya dan mengizinkan tiffanny masuk.
dia duduk di kusi berhadapan dengan ricko.
" pasien menderita tumor otak dikepalanya , aku harus meminta persetujuan keluarga pasien" jelas dev.
" hmm"
" siapa pria itu?" tanya ricko.
" karyawan"
" tapi dia tidak seperti itu " ujar ricko lagi.
" OB"
tiffanny terus menjawab nya singkat hingga dev merasa kesal sendiri ia mengeluarkan surat persetujuan yang langsung ditanda tangani tiffanny.
setelah selesai tifffanny langsung keluar dari ruangan dev tanpa permisi. sedangkan dev dia menggelengkan kepalanya melihat kelakukan tiffanny.
" aku juga tidak suka berbicara pada orang tapi juga tidak seperti dirinya" desisnya.
" terima kasih sus" kata rian
suster itu segera pergi , fanny pun masuk kedalam ia menatap bapak itu.
" aku anggap ini sebagai bayaran karena kau telah menyelamatkan aku waktu itu " ucap tiffanny dalam hati.
***
tiffanny sudah berada dirumah kedua orang tuanya yang yang tidak terlalu besar namun bergaya modern. dia tinggal sendirian disana semenjak dua tahun yang lalu dia selalu tidur dirumah ini jika tidak kembali kerumah neneknya. dirinya sudah berpakaian tidur tetapi dia masih sama tidak bisa tidur dengan tenang sebelum dia mengkonsumsi obat itu.
dia lupa mengambil obat itu dari rumah neneknya, sungguh benar-benar gila ini sudah jam 3 pagi tapi kenapa dirinya masih tidak bisa memejamkan matanya.
diapun memutuskan untuk masuk kedalam kamar orang tuanya yang didalam nya sangat rapi dan tidak terlalu banyak barang.
dia memperhatikan di sekitar kamar itu , banyak sekali foto - foto dia bersama keluarganya dulu.
" aku merindukan kalian " gumamnya yang terduduk dilantai dekat pinggiran ranjang.
" tidak ada orang yang menungguku pulang lalu membuatkanku makanan seperti dulu aku pulang sekolah mama selalu menyambutku " ucapnya dalam hati.
hingga tak terasa akhirnya matanya tertutup dirinya mungkin sudah sangat lelah hingga tertidur di lantai tanpa alas apapun itu.
di kantor rian merasa tidak enak pada tiffanny ia berdiri mondar-mandir didepan ruangan tiffannny menunggunya datang dan masuk kedalam.
hingga tak lama tiffanny datang seorang diri , fanny merasa bingung kenapa raut muka rian begitu takut itu.
" ada apa?" tanyanya.
" hmm itu bu. tuan brian memberikan undangan pernikahannya " ucap rian.
" biarkan saja kenapa memangnya" kata nya yang berusaha untuk tidak terlihat sakit itu.
" tapi bu , ibu kan.."
" menyingkirlah dan kerjakan tugasmu" tegas tiffanny.
rian segera menyingkir hingga tiffanny masuk kedalam lalu dari luar rian sudah menutup pintun itu.
dia melihat undangan berwarna merah dan elegan itu ada di mejanya , dia membaca nama brian dan agatha disana, sungguh menyakitkan sekali baginya tetapi dia harus menahan semuanya. dia berusaha bekerja seperti biasanya hingga jam 3 sore dia belum juga makan hanya terus menatap layar laptopnya.
ceklek
brian masuk membawakan makanan untuk tiffanny.
" bu makanlah dulu , ini sudah jam 3 jangan menyakiti diri mu sendiri, aku mengatakan ini sebagai seorang teman" kata rian.
" apa itu ?" tanya tiffanny.
" ada steak " jawab rian.
" tolong belikan aku makanan di restoran yang waktu kita datangi aku ingin makanan yang disana" kata tiffanny.
" tapi itu membutuhkan waktu yang lama bu , makan saja dulu ini saya akan pesankan nanti" kata rian.
" rian" ujar tiffanny yang tandanya ia tidak ingin dibantah.
" hmm baiklah saya akan pergi sekarang" kata rian.
tiffanny pun terdiam sedangkan di balik pintu rian masih berdiri.
" kau terus menyiksa dirimu untuk tegar dihadapan orang lain. brian kau sangat kejam" ucapnya dalam hati.
ini sudah jam 5 tiffanny sudah mengendai mobilnya sendiri , dia sengaja menyuruh rian untuk pergi jauh dia tidak ingin hari ini rian mengikutinya.
2 jam ia menempuh perjalanan hari sudah gelap dia sampai di sebuah pantai yang mulai sepi itu , dirinya berjalan seorang diri di hamparan pasir putih. rambutnya yang ia urai membuatnya berteberan hingga membuatnya seperti seorang model . namun kecantikan itu tidak secantik hatinya , hatinya sedang buruk dia menangis namun berusaha untuk kuat.
berjalan selama 10 menit hingga sampai di mana ia ingin tuju pantai yang berada batu besar nya , dia berdiri disana menatap ombak laut itu.
" *fanny ... aku bersimpuh dihadapanmu dibawah bulan malam yang menyaksikan ini , setelah 8 tahun kita berpacaran aku tidak ingin kau hanya sekedar menjadi pacarku , aku ingin menikahi mu aku ingin kau menjadi mililku seutuhnya . fanny ....will you marry me?" ujar brian yang memegang tangan fanny dan kotak cincin di tangannya .
fanny pun tersenyum menyaksikan kekasih yang sangat ia cintai itu melamarnya.
" yes i will" balas tiffanny.
brian langsung memasangkan cincin berlian itu ke jari manis tiffanny lalu memeluknya, mereka berpelukan satu sama lain meresapi kebahagiaan mereka. kebahagiaan yang mereka pikir akan bertahan untuk selamanya*.
mengingat semua kenangan itu , ditempat ini rasanya sangat menyesakkan baginya. air matanya tak mampu lagi untuk dia tampung hingga air mata itu menetes membasahi pipinya dia memejamkan matanya masih segar diingatannya.
" kenapa kau mengkhianatiku brian , aku sangat mencintaimu. aku berusaha untuk melupakanmu tapi aku tidak bisa hiks...hikss aku masih mencintaimu brian " isaknya .
" kenapa kau tega meninggalkan aku , kau berjanji untuk bersamaku selamanya tapi kenapa brian kenapa kau memilihnya hiks..hikss" isaknya lagi.
" *maafkan aku fan aku sudah mengkhianatimu selama ini " ujar brian.
" tapi kenapa? kenapa kau melakukannya ?" tanya faanny dengan mulut yang getir.
" karena aku tidak mencintaimu lagi aku terpaksa mau menikahimu aku takut kau malu jika aku memutuskan hubungan kita " jawab brian.
" apa artimu selama 8 tahun itu brian. apa semua kata-katamu hanya omong kosong? kau anggap aku apa ? aku begitu mempercayaimu lebih dari diriku sendiri kau tau semua apa yang aku miliki dan apa yang tidak aku miliki. tapi kau ...kau mengkhianatiku"
" aku pikir besok hari yang paling bahagia untukku juga untukmu, tapi aku salah. karena hari itu tidak pernah ada. aku memutuskan pernikahan kita kau tidak perlu mencemaskan aku brian , pergilah jika kau memang ingin bersama wanita itu " kata fanny air matanya menetes ke pipi.
brian masih tidak bisa melihat wajah fanny mungkinkah dia sangat kejam kepada wanita itu atau dirinya bahagia karena bisa bersama cintanya yang baru ?
" maaf aku minta maaf karena sudah menyakitimu " ucap brian dia hanya mampu mengatakan itu.
" tolong jangan katakan apapun pada nenekku , malam ini aku membebaskanmu dari hubungan kita. aku yang akan memberikan penjelasan pada nenek kau tidak perlu khawatir " kata tiffanny dengan tegar.
" terima kasih " ucap brian setelah itu dia meninggalkan fanny sendirian di dalam kamar itu , fanny hanya mampu menangis meratapi semua takdirnya itu*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments