Setelah sampai di apartemen, kini Dinda bersih bersih ruangan yang akan di jadikan kamarnya, maklum, Faisal adalah laki laki yang super sibuk, mana sempat Ia membersihkan ruangan selain kamarnya sendiri. Bahkan Apartemen itu saja sedikit terbengkalai, di tempatinya cuma malam hari, itu pun langsung tidur, Faisal tak perduli, mau jorok juga nggak ada yang lihat termasuk Amel sang kekasih, karena Faisal tak pernah membawa pacarnya itu ke apartemen, takut khilaf.
''Kasihan juga Abang, di kota nggak ada yang urus.'' gerutunya lagi saat membuka lemari pendingin yang juga kotor, bahkan banyak barang kadaluarsa di sana yang mengharuskan Dinda untuk sabar.
Setelah makan waktu beberapa jam, kini giliran Dinda menghempaskan tubuhnya di kamar sebelum lanjut lagi untuk memasak, rencananya, karena siangnya bilang mau belanja, dari pada melamun Dinda memilih untuk memejamkan matanya.
Baru saja traveling ke angkasa belum ke langit sapitu, Dinda di kejutkan suara ketukan pintu yang membuatnya harus cepat beranjak meskipun malas karena lelahnya belum hilang.
''Abang...,'' serunya membantu Faisal membawa barang belanjaan yang begitu banyak.
''Kamu sudah masak?'' Tanya Faisal tiba tiba.
''Yeee..... Apa yang di masak coba, semua barang kadaluwarsa, apa Abang mau mati, kan belum kawin.'' membuka lemari pendingin dan merapikan semuanya.
Faisal terkekeh, ternyata Adiknya itu masih sama saja, suka menyudutkannya jika urusan cewek.
''Maksud Abang, malam ini kamu nggak usah masak, pak Heru ngundang Abang makan malam, dan Abang akan ajak Kamu juga.'' Jelasnya, karena nggak mungkin Faisal meninggalkan Dinda sendiri di rumah.
Dinda manggut manggut setuju, ''Pak Heru bos Abang?''
''Heemmm.....tepatnya Papa nya Bos Abang, karena Beliau bekerja di perusahaan lain, bukan tempat Abang kerja, orangnya sangat baik sama abang.'' berjalan menuju sofa.
Faisal menceritakan keluarga Pak Heru yang memang baik padanya, sedangkan Dinda hanya bisa menjadi pendengar setia dan makin penasaran dengan wajah wajah dalam cerita Faisal.
Setelah puas bercakap, Faisal menatap jam yang melingkar di tangannya, ternyata satu jam lagi waktu yang di tentukan untuk datang ke kediaman Heru Sudrajat.
''Kamu siap siap, bentar lagi kita berangkat.''
Jika Faisal dan Dinda semangat untuk makan malam di rumah Sudrajat, beda dengan Syntia sang menantu yang pasti akan mendapatkan hujatan, makanya Ia selalu malas jika di ajak ke sana, belum lagi mama mertuanya itu tak menyukainya dari dulu, namun cinta Alan yang bisa mempersatukan mereka.
Bukan tanpa alasan Bu Yanti membencinya, karena Bu Yanti tau siapa wanita itu dari dulu, wanita matre yang suka menghamburkan uang Alan, belum lagi Bu Yanti pernah memergokinya jalan dengan laki laki lain di luaran sana, itulah yang membuat keluarga Alan membencinya, apa lagi di tambah sekarang wanita itu mandul.
''Ayo dong Syn, nanti kita telat, dan aku nggak mau mama memojokkan aku gara gara kamu.'' ucapnya meraih lengan Syntia yang masih setia duduk di meja rias, meskipun wajahnya sudah di penuhi make up, Syntia memang malas untuk keluar.
''Iya, bentar dong.'' memasukkan ponsel mahalnya ke dalam tas, meskipun beranjak, namun wajah malasnya masih saja ngikut.
Rumah pak Sudrajat begitu ramai, bukan hanya Alan dan Faisal, Pak Heru juga mengundang kerabat dekatnya di sana.
''Wah... rumahnya mewah ya Bang, nggak ada apa apa nya sama rumah kita, padahal kalau di kampung rumah kita yang paling mewah.'' Dinda kagum saat mendapati rumah besar di depannya.
Faisal tersenyum, benar juga, semenjak Ia menjadi sekretaris Alan, Faisal mampu merenovasi rumahnya di kampung, sampai rumah pak Lurah, orang yang nomer satu saja kalah dengan rumahnya saat ini.
''Sudah kita masuk!'' ajaknya, nggak ada pesan apa apa dari Faisal untuk Dinda, karena Ia yakin kalau Dinda pasti akan bisa menjaga sikap di depan orang kaya.
Baru saja beberapa langkah, sorotan lampu mobil membuat Faisal silau dan menghentikan langkahnya, ternyata mobil bosnya yang baru saja masuk dari gerbang.
''Siapa, bang?'' Tanya Dinda saat Faisal tersenyum ke arah pria tampan yang keluar dari mobil.
''Itu bos Abang,'' bisiknya menarik tangan Dinda menghampiri Alan dan Syntia.
''Kok telat banget, bukankah tuan rumah harus menyambut tamu?" cetus Faisal yang sudah menilai seratus persen pasti mereka habis debat.
Namun kali ini Alan tak menghiraukan Faisal dan menatap Dinda yang sedikit menunduk.
''Oh.. iya kenalin, ini Dinda, adik aku.''
Syntia ikut mendekat saat Dinda mengulurkan tangannya ke arah Alan.
''Syintia,'' sambil melengos ke arah lain.
''Dinda, Bu.'' ucapnya ramah, beralih pada Alan. ''Dinda, Pak.''
Aku kan belum tua masih juga seumuran kakaknya, kenapa di panggil pak?
''Alan menerima uluran tangan Dinda setelah lepas dari genggaman Syntia.
''Ya sudah kita masuk, dari pada Nyonya Sudrajat nanti ngoceh kayak burung beo,'' ucap Alan menggandeng lengan Syntia.
''Malam Pa, Ma,'' Sapa Alan memeluk kedua orang tuanya, begitu juga dengan Cyntia.
''Malam Om, tante, Kali ini giliran Faisal yang menyapa dengan menunduk sopan.
''Ini siapa, Sal, cantik banget, pacar kamu?'' terka Bu Yanti yang belum tau kisah asmara Faisal.
Tu kan, jika wajah yang tampan ini muncul, pasti yang di cari mereka padaku pacar, kenapa bukan Ibuku atau nenekku sih?
Faisal tersenyum kecil sambil menggaruk alisnya yang tidak gatal
''Bukan Tante, Ini Adik Saya dari kampung.''
Dinda mengulurkan tangannya menyalami Bu Yanti dan Pak Heru mencium punggung tangannya.
''Dinda tante,'' ucapnya di iringi senyum manisnya, apa lagi Dinda mempunyai lesung pipit dan gigi gingsul yang melengkapi kecantikannya.
Bu Yanti tersenyum dan memeluk Dinda dengan erat bagaikan anak perempuannya sendiri.
Sedangkan pak Heru menggiring Faisal menuju meja makan, kedua orang tua Alan memang menyayangi Faisal seperti mereka menyayangi Alan, itulah yang membuat Faisal menjunjung tinggi keluarga Sudrajat.
Sedangkan Syntia yang melihatnya pun menampakkan wajah datarnya.
''Dinda umur berapa?'' tanya Lagi Bu Yanti saat mereka sudah berkumpul di meja makan, Dinda menoleh ke arah Faisal yang duduk di sampingnya, karena sang Kakak mengangguk pelan, Dinda kembali fokus menatap Bu Yanti yang menyiapkan nasi untuknya.
Dinda yang terkejut sudah mulai berkeringat, ada rasa gerogi mendominasi dengan rasa takut lengkap, tangannya sedikit gemetaran, takut jika Bu Yanti dan yang lain tak suka dengan kehadirannya.
''Delapan belas tante, baru lulus SMA.'' jawabnya singkat.
''Kesini mau kuliah?'' Tanya Bu Yanti lagi, Kali ini Dinda mengangguk tanpa suara, dia merasa menjadi pusat perhatian seluruh keluarga pak Sudrajat termasuk tuan rumah yang sedang duduk di garda terdepan.
''Cita citanya pengin jadi apa?'' tanya nya lagi, malah makin kepo dan ingin mengetahui tentang Dinda lebih dalam.
''Desainer, tante,'' jawabnya menerima piring yang sudah ber isikan nasi lengkap dengan menu makan malam nya.
Mimpi apa aku tadi siang, kenapa harus berada di antara mereka sih, ternyata berhadapan dengan orang kaya lebih mengerikan dari pada berada di depan kucing garong.
''Cocok dong, Tante juga punya butik lo, kapan kapan kita kesana, ya!" ajak Bu Yanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Retno Elisabeth
mampir thor
2023-03-22
1
༄༅⃟𝐐💞RエF,KHд.21💞
next Thor
2022-06-18
1
susi lawati
nyimak
2022-02-20
0