Pagi yang cerah dengan semangat yang masih membara-bara Gito siap untuk melaksanakan aktivitasnya. Gito sadar jika hubungannya dengan para guru mulai membaik kepadanya semenjak mereka diundang makan malam bersama di rumahnya. Ia pun mencoba melakukan yang terbaik kedepannya. Namun ia tetap pada pendiriannya tidak pamer kekayaan kepada siapapun.
Saat menuju ruang kelas, Gito di kagetan dengan suara yang tidak asing menyapanya dari belakang.
"selamat pagi pak Gito" ucap ibu Hila dari belakangnya
"iya pagi juga Bu" jawab Gito dengan senyuman
"pak Gito saya ada lho bawa bekal. pak Gito mau ngga? ya bantu saya habisin bekal saya. Soalnya kebanyakan lho pak, saya tadi lupa kalau saya masih diet" ajak ibu Hila dengan penuh percaya diri berharap Gito mau menerima tawarannya
"oh gitu, tapi maaf lho Bu, saya sudah bawa bekal sendiri. Tadi mama saya yang siapkan, kasihan bekal saya kalau ngga di makan. Lagian kasihan juga mama saya sudah siapin bekal saya pagi-pagi" tolak Gito dengn halus supaya tidak menyinggung ibu hila
"tau gini gue ngga nawarin tadi. gue udah bangun pagi-pagi pula masak untuk dia." benak Bu Hila yang mulai kecewa
"ya udah kalau gitu kita makan siang bareng aja pak, gimana?" tanya Bu Hila
"iya bisa kok Bu" jawab Gito, saat ini Gito memegang belum sadar jika ibu Hila mendekati dirinya.
"oke, di tunggu ya pak nanti. saya duluan ya pak" jawab Bu Hila sambil memberi senyuman.
"Yes gue berhasil" benak ibu Hila
Gito hanya membalas dengan senyuman.
saat pelajaran di mulai, Gito sangat geram melihat tingkah laku salah satu muridnya di kelas itu yaitu Gita Wirjawan. ia sangat jail, ia mengerjai teman-temannya di kelas, bermain handphone dan bahkan makan permen karet saat pelajaran berlangsung.
"Kamu yang di pojok sana siapa namamu?" tanya Gito
"saya pak?"
"saya Gita pak" jawab Gita sambil menunjuk dirinya
"Gita, kamu bisa tidak diam sebentar. kalau kamu tidak ingin belajar silahkan keluar jangan mengganggu konsentrasi teman-teman kamu yang mau belajar" ancam Gito yang sudah geram
tanpa berkata-kata Gita langsung menuju pintu dan menunjukkan jari tengahnya kepada Gito. Sambil menaikan alis sebelahnya. Sebenarnya Gita tidak memulai ulah tetapi Gita tidak suka orang lain mengganggunya makanya ia ingin balas dendam. Sebenarnya Gito tidak bermaksud mengusirnya, namun memberi peringatan.
Dengan sangat emosi Gito langsung memarahinya dan berkata
"Tunggu... Kamu mulai Minggu depan jangan pernah masuk ke kelas saya, sampai kamu membawa orang tua kamu ke hadapan saya."
"Baiklah. oh ya pak, Orang tua saya tidak akan pernah datang menghadap bapak. Jadi jangan berharap deh" jawab Gita dengan menjulurkan lidahnya semua murid pun tertawa melihat tingkah Gita yang begitu berani menjulurkan lidah kepada gurunya.
Tidak ingin terbawa emosi, Gito pun membiarkannya pergi lalu langsung membuat Pekerjaan Rumah kepada murid-muridnya.
"Baik anak-anak, jadi kalian kerjakan tugas ini dan di kumpulkan Minggu depan. Apa ada yang tidak mengerti tentang soal di atas?" tanya Gito
Dengan serentak mereka menjawab "mengerti pak"
"lain kali bagi kalian yang ingin mengikuti jejak Gita silahkan keluar sebelum memulai perjalanan. Saya tidak memaksa jika tidak ingin mengikuti kelas saya."
"Baik, kalau begitu sampai ketemu Minggu depan." ujar Gito
Saat Gito berjalan ke ruang guru Gito selalu kepikiran dengan sikap Gita. Karena Gita satu-satunya murid yang berani meledeknya seperti tadi. Hal itulah yang membuat Gito ingin mencari lebih dalam tentang Gita.
sesampainya di ruang guru, Gito langsung bertemu dengan wali kelasnya Gita yaitu pak Burhan. Dan langsung menanyakan tentang Gita kepada pak Burhan.
"siang pak Burhan" ujar Gito lalu duduk di depan pak Burhan
"iya, siang juga Gito. tumben, ada apa nih?" tanya pak Burhan
"gini pak, saya mau tanya ni tentang Gita. Emang dia itu orangnya gimana sih pak?" tanya Gito
"selama ini saya belum pernah bertemu dengan keluarga Gita pak. Tetapi jika di lihat dari profil Gita, penghasilan keluarganya sangat banyak pak. Maksudnya penghasilan keluarganya hampir sebanding dengan keluarga dari Niken pak, tetapi itu data ketika Gita masuk pertama ke sekolah ini. Kalau untuk sekarang saya belum tahu pak. dia juga selalu bertingkah kalau di sekolah pak. Hal tersebut juga membuat para guru selalu kewalahan menghadapi sikapnya. Namun meskipun begitu Gita merupakan salah satu siswa yang berprestasi di bidang olahraga. Dia adalah siswa yang sangat handal bermain bulutangkis dan sering memenangkan pertandingan dalam membawa nama sekolah." ujar pak Burhan
"Dia orangnya memang begitu pak. Tapi..." ujar pak Burhan
"Tapi apa pak?" tanya Gito kebingungan
"menurut saya ya pak. Sepertinya dia memiliki masalah di keluarganya pak. itu menurut pemikiran saya ya pak, sepertinya ya kurang kasih sayang gitu pak. Saya juga sudah memikirkan ini dulu pak. Namun saya tidak berani ikut campur dalam urusan keluarga para murid pak, saya tidak ingin mengambil resiko pak. Saya juga pernah menghadapi siswa yang seperti ini, keluarga saya yang jadi korbannya pak. Karena bukan hanya sekali ini Gita membuat masalah. Saran saya ya pak, bapak jangan terlalu ikut campur urusan keluarga para murid, takutnya seperti saya" ujar pak Burhan supaya pak Gito juga berhati-hati
"dibalik kenakalannya ternyata ada penyebabnya" benak Gito
Setelah mendengar dari pak Burhan, Gito langsung kembali ke mejanya.
"baiklah pak. terimakasih banyak lho pak informasinya" ujar Gito
"iya pak. sama-sama"
"kalau ada apa-apa tanya aja pak, jangan sungkan sama saya pak" ujar pak Burhan
Gito pun kembali ke meja kerjanya, karena tidak ingin pusing memikirkan Gita, ia pun memakan bekal yang di siapkan ibunya. tidak lama setelah itu ibu Hila menghampirinya, sembari membawa bekal ibu Hila. Mereka pun makan bersama, namun pak Yudi yang melihat mereka sangat marah. Ia tidak suka ibu Hila dekat-dekat dengan pak Gito. Pak Yudi pun langsung meninggalkan mereka dan pergi ke kantin. Para guru yang melihat aksi ibu Hila sudah paham kalau ibu Hila ini selalu mendekati para guru baru. Namun mereka tidak memperdulikannya karena itu bukan urusan mereka.
Dulu ada guru baru yang baru saja mengajar di Sekolah itu selama tiga bulan lalu berhenti karena ia tidak suka ibu Hila mendekatinya padahal ibu Hila sudah tahu bahwa dirinya sudah berkeluarga. Sehingga ia berhenti mengajar di sekolah itu dan memilih mengajar di kampung halamannya, ia lebih memilih kepentingan keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sri Mulyani
ini alurnya gimana ya 🤔
2021-07-13
1
Nena Thea
S z 8 87
2021-04-14
0