GUBUK NICK

Meski langkahnya masih tertatih-tatih, Bianca yang merasa penasaran dengan gubuk Nick, memilih untuk berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lainnya. Bianca sendiri tidak tahu Nick sedang apa dan dimana.

Biar saja!

Bianca akan pura-pura tak peduli pada pria aneh itu. Bukankah dia juga tidak peduli pada Bianca?

Bianca melangkah menuju ruang depan, dimana ada sebuah sofa dan beberapa perabotan disana. Ada jendela besar di ruangan tersebut. Bianca yang merasa penasaran jendela itu mengarah kemana, segera mendekat dan melongok ke jendela kaca tersebut.

Nick terlihat sedang kembali dari arah hutan memanggul cangkul di pundaknya.

Darimana pria itu?

Kenapa membawa-bawa cangkul?

Mencurigakan sekali.

Bianca ganti berjalan menuju ke arah pintu utama gubuk. Saat Bianca baru membukanya, angin pantai langsung terasa menerpa wajah Bianca.

Benar-benar rumah tinggal yang sempurna.

Dekat dengan pantai, menyatu dengan alam, dan jauh dari hiruk pikuk dunia. Seperti sebuah surga tersembunyi.

Andai Bianca tinggal disini bersama pria pujaan hatinya, mungkin Bianca akan berenang di pantai setiap hari, lalu bercinta dan duduk di teras setiap malam memandangi bintang yang berkelap-kelip di hitamnya langit malam.

Ouh!

Romantis sekali!

Sayangnya saat ini Bianca malah tinggal bersama seorang pria kaku yang dingin, cuek, dan tak punya rasa peduli. Misalnya Bianca membuka semua bajunya di depan Nick, kira-kira pria itu tetap akan bersikap kaku atau langsung menerjang Bianca?

Ya ampun!

Kenapa otak Bianca harus memikirkan hal-hal kotor semacam itu?

Tapi sikap Nick terlalu kaku untuk membuat seorang Bianca tertarik. Bianca juga jadi malas memikirkan dirinya bercinta dengan Nick di bawah bintang-bintang malam. Bianca benar-benar tidak tertarik pada pria kaku aneh yang sekarang sedang berdiri di depan Bianca dan melempar tatapan aneh.

Apa?

Sejak kapan Nick ada di hadapan Bianca?

"Sudah selesai yang melamun?" Tegur Nick lebih ke arah menyindir sebenarnya.

Bianca hanya memutar bola mata dan enggan menjawab sindiran dari Nick.

"Bisa kau minggir sekarang? Aku mau lewat dan kau menghalangi jalanku!" Cecar Nick melotot tajam pada Bianca.

"Tidak bisakah kau bicara dengan lemah lembut dan tidak kasar begitu!" Cebik Bianca yang masih saja berdiri di depan pintu masuk dan menghalangi jalan Nick.

Pria itu terlihat menggeram kesal.

"Kau darimana? Kenapa membawa-bawa cangkul begitu?" Tanya Bianca selanjutnya mengalihkan topik pembicaraan seraya mengendikkan dagunya ke arah cangkul yang masih tersampir di pundak kanan Nick.

"Menguburkan pilot pesawatmu," jawab Nick blak-blakan.

"Apa?"

"Kalian berdua merepotkanku saja! Kenapa juga pesawat sewaanmu itu harus tersesat di pulauku dan tidak di pulau lain?" Keluh Nick yang kini duduk di undakan yang mengarah ke teras.

Gubuk Nick ini memang berbentuk rumah panggung, dimana ada semacam tangga kecil untuk naik dan turun.

"Pulaumu? Apa maksudmu ini pulau milikmu?" Bianca sedikit bingung.

Wanita itu kini duduk di ayunan kecil yang ada di teras.

Pemandangan dari teras rumah Nick sungguh mengagumkan karena bisa langsung menatap ke lautan lepas dimana ombak bergulung-gulung dan saling berkejaran tanpa henti.

Angin pantai yang sepoi-sepoi juga tak berhenti menerpa siapapun yang duduk di teras nan asri ini.

"Ya. Pulau ini milikku. Kenapa? Kau tidak percaya?" Sahut Nick kembali dengan nada sinis.

"Apa itu artinya kau seorang pria kaya?" Tanya Bianca menebak-nebak.

Nick mendengus sebelum menjawab pertanyaan dari Bianca.

"Jika aku menjawab ya, apa kau akan langsung merayuku dan melucuti semua bajumu itu?" Cibir Nick berprasangka.

Bianca tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Nick barusan. Selain sikapnya yang kaku, otak pria ini ternyata juga berisi prasangka-prasangka buruk. Tak bisa Bianca bayangkan, betapa kelabunya hidup Nick.

"Aku tidak semurahan itu, Tuan Nick!" Ucap Bianca sinis.

"Kecuali kau yang merayuku dan ingin mengajakku bercinta, mungkin aku bisa mempertimbangkannya," imbuh Bianca lagi melempar tatapan mengejek ke arah Nick.

"Maaf, aku tidak tertarik!" Ucap Nick yang sudah beranjak dari duduknya dan menghilang dengan cepat ke dalam rumah.

****

Hari beranjak sore saat Bianca merasakan perutnya yang kembali keroncongan.

Nick belum bangun dari tidurnya.

Sejak pulang dari acara 'menguburkan pilot' tadi, Nick memang langsung membersihkan diri dan pergi tidur di atas kasur yang semalam Bianca pakai untuk tidur.

Sedangkan Bianca hanya duduk di sofa ruang depan, kadang mondar-mandir di teras, merasa bingung harus melakukan apa di gubuk Nick ini.

Ingin rasanya Bianca melihat puing pesawatnya dan mengais barang-barangnya yang mungkin saja masih ada yang selamat. Namun mengingat kondisi kakinya yang masih sakit dan langkahnya yang masih terpincang-pincang, membuat Bianca mengurungkan niatnya tersebut.

Berjalan di lantai datar saja, Bianca masih meringis-ringis. Apalagi jika harus berjalan di pasir pantai, bisa-bisa dirinya malah akan tersapu ombak dan Nick pasti akan kembali mengomel.

Pria itu hobi sekali mengomel dan berbicara ketus.

Bianca sudah kembali ke dapur dan kini wanita itu memandangi isi kulkas Nick, merasa bingung harus memasak apa. Kulkas Nick hanya berisi sayur mayur.

Kenapa tidak ada ikan atau ayam atau telur?

Tapi kalau dipikir-pikir ini memang pulau terpencil dan mungkin hanya Nick dan Bianca penghuni pulau ini.

Jadi pasti tidak ada supermarket disini.

Lalu dimana harus berbelanja jika tidak ada supermarket?

Wajar saja Nick tidak punya telur atau ayam.

Tapi Nick punya beras.

Darimana pria itu mendapatkannya?

Jatuh dari langit?

Membingungkan sekali.

Bianca akhirnya menutup kembali kulkas Nick karaena merasa bingung harus memasak apa. Bianca tidak pandai memasak, dan yang ada di kulkas hanya sayur mayur. Lucu sekali jika Bianca harus kembali memakan sayuran rebus siang ini.

"Tidak jadi memasak?" Sindir Nick yang sudah berdiri di ambang pintu dapur.

Astaga!

Membuat Bianca jantungan saja!

"Tidak ada apa-apa di kulkasmu. Bagaimana aku harus memasak?" Jawab Bianca mengendikkan bahunya.

"Banyak sayuran disana. Apa matamu buta?" Cecar Nick kembali dengan nada sinis.

Ya, ya, ya!

Sepertinya Bianca harus menyesuaikan diri dengan nada bicara Nick yang ketus dan sinis. Atau mungkin Bianca harus ikut-ikutan ketus dan sinis saat bicara dengan pria kaku itu?

"Aku tidak suka makan sayur," jawab Bianca tegas.

Wanita itu berlalu keluar dari dapur setelah sedikit menyenggol bahu Nick.

"Aku tidak akan memasak untukmu. Jika kau lapar, masaklah sendiri!" Ucap Nick setengah berseru pada Bianca.

"Aku juga tidak butuh kau masakkan!" Sahut Bianca ketus.

Wanita itu masuk ke kamar dengan langkah terseok-seok.

"Kau mau kemana? Jangan tidur di kasurku!" Gertak Nick galak.

Namun Bianca hanya acuh dan terus melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar lalu merebahkan tubuhnya ke atas kasur Nick.

Nick menyusul Bianca dengan cepat dan kini pria itu sudah berdiri di ambang pintu kamar.

"Bukankah sudah kubilang jangan tidur di atas kasurku lagi!" Teriak Nick galak.

Namun pria itu hanya menunjuk-nunjuk ke arah Bianca tanpa mendekat ke arah wanita tersebut.

"Maaf, punggungku sudah terlanjur menempel di kasurmu. Aku tidak bisa kemana-mana lagi," jawab Bianca pura-pura memejamkan matanya.

"Kau!" Nick menggeram kesal.

Dan Bianca hanya acuh dan masih terus memejamkan matanya.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SYANG GK ADA VISUAL PULAU DN GUBUKNYA NICK..

2023-05-10

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BAGUS BEE, BIAR TU SI NICK SEMBUH SAKITNYA, SEMOGA LO JDI WANITA KDUA STLH BELLE YG BSA BUAT DEKAT WANITA..

2023-05-10

0

DE'RA'S

DE'RA'S

😂😂

2022-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!