Sepasang mata sedang mengawasi Rose dan James. Laki-laki yang memakai jas hitam mengikuti mobil porsche sejak keluar dari rumah hingga menuju ke restoran. Ya, laki-laki itu adalah Wilson Harris.
Wilson membuntuti wanita yang menolak jabatan tangannya bukan tanpa tujuan, dia berencana mendekati Rose karena wanita itu adalah calon pewaris di Perusahaan A-more.
Perusahaan A-more merupakan salah satu perusahaan besar di kota X. Wilson berniat mengambil alih Perusahaan A-more melalui Rose.
Wilson mengeluarkan handphone dari kantong jas, dia menelepon seseorang dengan nama D.U di layar ponselnya.
"Selidiki pria yang ada dalam foto. Aku sudah mengirimkan foto lewat email."
Wilson keluar dari restoran, dia menuju parkiran mobil dan pergi dari tempat itu. Wilson tidak ingin ketahuan sedang membuntuti Rose.
Sementara itu James dan Rose sedang memilih menu makanan, James tampak syok melihat harga yang tertera di buku menu.
"Rose... ini serius harganya segini? 1 piring doang bisa seharga 1juta lebih?" tanya James dengan wajah panik.
"Pesan aja, hari ini aku yang traktir." jawab Rose yang masih sibuk memilih menu.
James merasa ragu, dia memilih makanan yang paling murah.
"Aku makan ini aja." ucap James sembari menunjuk salah satu menu yang ada di buku.
"Terus?" tanya Rose.
"Itu aja udah cukup." jawab James berbohong.
Rose menaikkan alisnya, "Mana mungkin segitu aja cukup. Biar aku yang pesenin aja deh." ucap Rose.
"Mas, saya mau pesan." Rose mengangkat sebelah tangan, memanggil pelayan.
Pelayan mendatangi meja Rose, "Silahkan Non..."
"Saya mau pesan set makanan yang paling laris di sini untuk 2 orang." ucap Rose sambil tersenyum ramah.
"Silahkan di tunggu, akan saya siapkan dulu makanan nya." jawab pelayan.
"Rose, makanan di sini kan mahal banget, ngak nanya dulu harganya?" tanya James dengan wajah cemas.
"Rapopo... aku bayarnya pakai kartu kredit punya Papa. He he..." jawab Rose nyengir.
"Enaknya punya bokap tajir..." ucap James dengan wajah iri.
Tidak lama kemudian makanan di hidangkan, James hampir meneteskan air liur saat melihat makanan di depan matanya.
"Wow... baru kali ini aku lihat lobster sebesar ini. Gila...!" kata James sambil melebarkan matanya.
"Udah, makan dulu. Kebanyakan ngomong ntar dingin makanan nya." kata Rose yang telah mulai memasukkan makanan ke dalam mulut.
Rose memang sudah kelaparan sejak pagi, rasa lapar bertambah saat melihat makanan kesukaannya. Rose sangat menyukai lobster laut yang segar, apalagi jika di masak dengan sedikit minyak jaitun.
Tidak butuh waktu lama, makanan di meja sudah habis semua, hanya menyisakan piring-piring kosong.
"Bill nya ya Mas." ucap Rose pada seorang pelayan di sampingnya.
Pelayan itu kembali dengan membawa kertas bill di tangannya. "Ini bill nya, Non."
James membelalakkan matanya saat melihat tagihan yang berjumlah 9jutaan. "Wow, gila... ini mah jajan ku selama tiga bulan." benak James.
Rose membuka tas kecil yang tergantung di bahunya, dia menyerahkan sebuah kartu kredit kepada pelayan.
"Maaf Non, kalau pakai kartu kredit harus langsung bayar di kasir. Karena kartunya mesti pakai pin." ucap pelayan dengan sopan.
"Oh.... Kalau gitu saya langsung ke kasir aja ya. Terima Kasih Mas." ucap Rose.
Rose mengantri untuk membayar bill makanan. Di depan Rose, ada seorang laki-laki sedang mengantri. Laki-laki itu memiliki tubuh nyaris sempurna dengan wajah tampan yang luar biasa. Tinggi laki-laki itu sekitar 185 cm dengan bahu lebar dan kulit putih.
Semua mata menuju ke wajah laki-laki itu, dia terlihat tidak nyaman oleh tatapan dari para wanita yang seolah ingin melahapnya. Namun beda dengan Rose, gadis itu sibuk bermain handphone di tangannya sembari menunggu antrian.
"Tit... Tit...!"
"Maaf Tuan, apa ada kartu lain? kartu ini tidak dapat digunakan di sini." ucap kasir kepada laki-laki tampan itu.
Laki-laki itu mengambil kartu lain dari dompet, dia menyerahkan kartu kepada kasir. "Coba kartu ini."
"Maaf Tuan, kartu ini juga tidak bisa di gunakan di sini, atau Tuan bayar dengan uang tunai saja?" ucap Kasir.
Lelaki itu tampak bingung, di dompetnya jelas tidak ada uang tunai. Rose mendengar percakapan mereka, dia melangkah ke samping lelaki itu dan berkata kepada Kasir.
"Ini bill milik saya, sekalian bill milik Tuan ini akan saya bayar." Rose menyerahkan bill dan sebuah kartu kredit berwarna hitam kepada Kasir.
"Tunggu sebentar, akan saya proses." jawab Kasir.
"Non, tolong pin nya." ucap Kasir sambil menyodorkan mesin gesek.
"Ini bukti pembayaran, Terima Kasih dan Selamat datang kembali di lain waktu." ucap Kasir seraya menyerahkan dua lembar kertas bukti pembayaran.
"Terima Kasih." ucap Rose.
Rose melambaikan tangan ke arah James, lelaki itu segera berjalan ke tempat Rose, mereka meninggalkan restoran dan menuju tempat parkir.
"Tunggu!" lelaki tampan itu mengejar Rose hingga ke lapangan parkir. Dia menyerahkan sebuah kartu nama kepada Rose dan berkata, "Aku akan membayar mu kembali, hubungi aku nanti malam."
Lelaki itu langsung pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Rose. James melihat kartu nama itu, matanya terlihat kaget, mulutnya terbuka lebar.
"Michael Prince Hoffman!" ucap James dengan wajah panik.
Rose mengerutkan dahi, "Ada apa dengan nama Hoffman? Ngapain wajahmu kayak syok gitu?" tanya Rose tak mengerti.
"Rose, beneran kamu nggak kenal nama ini?" tanya James.
Rose mengangguk, "Iya, belum pernah dengar."
"Dia pemilik perusahaan terbesar di dunia, PT. International H.M. Orang kaya nomor satu di dunia, pokoknya dia itu udah kayak Kaisar jaman now." jelas James dengan semangat 45.
"Terus? Apa hubungannya sama kita?" tanya Rose cuek.
James mengerutkan dahi, dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. "Ah Rose mah nggak seru. Ketemu cowok ganteng, tajir, masa iya cuma gitu doang. Bukannya di ajak kenalan atau di deketin gitu." benak James.
Rose masuk ke mobil, dia malas melanjutkan obrolan tentang lelaki tampan. Cukup sudah dirinya dipermainkan oleh Wilson di masa lalu, dia tidak ingin berhubungan dengan kata cinta lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Michael berulang kali menatap layar ponsel, dia menunggu telepon dari Rose. Namun hingga menjelang pagi, wanita itu tidak menghubungi Michael.
Michael sedang sarapan bersama orang tua nya. Tatapan mata Michael masih tertuju ke layar ponsel.
Nyonya Hoffmann bertanya pada Michael, "Mike, mom perhatiin sejak tadi malam kamu lihatin layar ponsel mulu. Lagi nungguin telepon dari seseorang?"
"Kemarin ada seorang wanita yang bantu bayarin tagihan makanan, aku kasih dia kartu nama biar dia bisa nagih utang. Tapi sampai sekarang nggak ada telepon dari wanita itu." jawab Michael dengan wajah dingin nya.
"Oh ya? ada wanita yang bisa nolak Pangeran setampan anak Mom? Wanita itu pasti bukan orang biasa." ucap Nyonya Hoffmann dengan wajah penasaran.
"Paling cuma sok jual mahal." jawab Michael.
^^^BERSAMBUNG...^^^
Hai teman-teman, ini karya kedua saya. Saya sebenarnya ngak gitu paham bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi apabila banyak kesalahan dalam kalimat di karya saya, mohon di maklumi. Bantu saya perbaiki dengan komen di kolom komentar yah... Saya akan berusaha memperbaiki kata-kata yang salah 🤗🤗🤗✌
Terima Kasih... Mohon dukungan teman-teman semua, jangan lupa Vote dan Like setiap Episode 👍
dan terakhir, jangan lupa bahagia teman-teman semua 💖💕💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nana Niez
org kaya kartunya g ns digesek,, 🤣🤣🤣🤣🤣🤣lupa nomer pin palingan
2025-04-28
0
lily
masa iya gak bisa bayar makan, itu alasannya apa ,, kartunya gk bisa di proses
2024-08-20
0
Nofarahin Mohd Kamel
hebat...mantap... 👍👍👍
2024-01-26
1