Sejak pembicaraan mengenai teori elit itu, entah kenapa selalu ada Kosa dalam kehidupan kampus Vira.
Minggu berikutnya, Kosa mengajak makan siang bersama usai kuliah dan dengan terpaksa menolaknya karena Vira beralasan bahwa dia sudah makan di kantin sebelum kuliah dimulai.
Kosa juga mengajaknya untuk ikut dalam diskusi kajian rutin mengenai politik Indonesia di ruang baca perpustakaan yang susah untuk ditolaknya.
Awalnya Vira menolak karena peminatan studinya di perbandingan politik dan bukan politik Indonesia tapi Kosa meyakinkan bahwa memahami politik Indonesia bagus untuk memperluas perspektif dalam melihat politik di negara lain. Menurut Kosa apa yang terjadi di negara lain itu tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dalam negeri.
Sepertinya Kosa juga tidak menyerah untuk hal lainnya. Ketika bertemu di tempat fotokopi kampus, dirinya ditawarkan untuk terlibat dalam penelitian di Pusat Kajian. Kosa butuh lima orang mahasiswa yang menjadi pengumpul data di Bekasi. Tugasnya hanya mengumpulkan dokumen-dokumen dan membuat kategorisasi data atas dokumen terkait DPRD Kota Bekasi. Kosa bilang butuh mahasiswa yang berdomisili di Bekasi biar mudah dan lancar kerjanya.
Vira yang memang tinggal di Bekasi masih enggan untuk memberikan jawaban. Entah kenapa dirinya memang tidak terlalu tertarik kegiatan kampus di luar kuliah, kegiatan organisasi kemahasiswaan, ikut penelitian ataupun kerja part-time. Kegiatan selingannya di kampus hanya menjadi pengurus perpustakaan di Musholla Kampus. Itu pun karena dia bisa leluasa keluar masuk perpustakaan dan membaca buku yang disukainya.
Keesokan harinya Vira bertemu kembali dengan Kosa di selasar Kampus dan menanyakan kesediaannya terlibat dalam penelitiannya.
“Lumayan Vir honornya, kalau yang ini oke nanti gue tambah penelitian yang di Kabupaten Bekasi juga. Lo bisa bayar uang kuliah sendiri,” Kosa meyakini.
Dirinya yang belum memikirkan mencari uang sendiri pun perlahan mulai tertarik. Selama ini dirinya hanya menikmati kehidupan belajar di kampus dengan buku sebagai dunianya dan kadang mendaki gunung di waktu senggangnya. Uang tidak masalah. Papahnya seorang manajer di perusahaan asing juga tidak terlalu menekannya untuk ikut berbagai kegiatan kampus.
“Baiklah Kak, insya Allah saya mau coba ikut coba. Mohon bantuan dan kerjasamanya Kak Kosa,” jawab Vira sambil membungkukkan setengah badannya.
Kosa menatapnya dengan senyum lebar dan puas
Penelitian lapangannya memang hanya satu minggu, tapi urusan dokumen, narasumber dan segala macam rapat membutuhkan waktu yang cukup banyak apalagi tim pengumpul data yang direkruit Kosa bukan cuma dari jurusan dan angkatan yang sama. Susah untuk mengatur waktu pertemuan di sela-sela kesibukan kuliah.
Satu bulan ini, Vira intensif bertemu dengan Kosa sebagai koordinator lapangan padahal biasanya hanya seminggu sekali di mata kuliahnya Mas Syahran.
Selama penelitian, Vira berhubungan dengan Bu Siska dari bagian arsip dan kesekretariatan di DPRD Kota Bekasi. Vira hanya mengumpulkan data dan membaginya berdasarkan isu yang ditetapkan oleh dosen peneliti utama. Hasil kerjaannya diserahkan ke Kosa. Tidak terlalu susah apalagi jarak dari rumahnya ke Kantor Dewan hanya memakan waktu kurang dari 30 menit.
Tapi terkadang susah ketika menghadapi anggota Dewan yang sibuk luar biasa. Sudah janji dengan staf ahlinya tapi bisa dibatalkan begitu saja. Bahkan tak jarang, Vira harus mengejar anggota Dewan dan staf ahlinya saat hari liburnya ini sampai ke dapil-nya karena sudah masuk masa reses. Capek namun lumayan menyenangkan untuk Vira
Selama sebulan penelitian berlangsung kehidupan Vira mulai banyak berubah. Kosa memperkenalkan dirinya dengan beberapa temannya yang juga aktivis kampus seperti Danu, Pras yang dipanggil Bokep dan Kimmy yang juga terlibat dalam penelitian ini.
Kosa tidak menjelaskan lebih detail posisi para temannya itu dalam penelitian ini. Vira hanya tahu bahwa dirinya berhubungan dengan Kosa seorang saja.
Vira juga mengenal beberapa mahasiswa lintas angkatan dan jurusan yang sering kumpul bersama Kosa seperti Kak Juna yang suka menulis di majalah kampus. Dirinya yang selama ini hanya berkutat dengan buku kuliah sepertinya mendapatkan sebuah pencerahan baru di dunia kampus. Pembicaraan tidak lagi hanya sekedar teori ataupun penelitian tetapi juga hal-hal lain seputar gosip di kampus.
“Kerjaan lo bagus Vir," ucap Kimmy ketika berkumpul untuk wejangan akhir penelitian dan tanda tangan penerimaan honor.
"Tapi nanti kalo dicross-check ada yang salah, elu harus balik lagi ya dan itu gak dibayar lagi transportnya karena sudah include sama yang kemarin,” terang Kimmy lagi sambil mengatakan bahwa honornya akan ditransfer ke rekening masing-masing.
“Siap Kak, tolong saya diberitahu kalau ada kesalahan atau kekurangan datanya ya!”
"Eh, tapi gue salut sama elu Vir. Elu itu kan direkrut terakhir dan gak pengalaman lagi. Koq bisa sih Kosa percaya sama elu,” timpal Danu yang berada di sebelah Kimmy.
“Benar itu Vir. Maaf aja ya Vir, awalnya gue sanksi pas Kosa masukin nama lu. Semua susunan tim pengumpul data itu sudah fix eh, malah dia ngerombak seenaknya gitu. Bikin repot sih tadinya tapi ya gak nyangka juga hasilnya bagus,” ungkap Kimmy.
Vira tersenyum ketika ternyata Kak Kimmy mengungkapkan soal keikutsertaannya dalam penelitian ini. Terus terang saja kalau dirinya pun tidak tahu mengapa bisa diajak oleh Kosa.
“Kosa gak nembak elu kan Vir?” sergah Kimmy.
“Kayaknya si Vira bukan tipenya Kosa deh,” ujar Danu terus terang sehingga membuat muka Vira memerah dan terdiam.
Entah kenapa suasana menjadi agak panas. Sepertinya dirinya menjadi gerah dan ingin pamit keluar dari ruang pusat kajian ini.
Tetiba Kosa masuk ruangan dan menepuk pundak Kimmy.
“Urusannya honornya kelar kan Kim? Jangan lupa buat gue tambahin lima persen, pajak orang ganteng,” canda Kosa kepada Kimmy yang dibalas dengan mulut manyun Kimmy.
"Eh, ada elu Vir, ntar kita ketemuan ya di Takor sama tim pengumpul data lainnya. Jam satu ini, jangan lupa," ucap Kosa ke arah Vira.
“Gue sama Danu gak diajak? Bokep sekalian Kos, biar ramean dikit. Ntar bon makannya gue masukin jadi laporan keuangan biar elu kagak rugi,” ujar Kimmy sembari mengedipkan mata ke arah Kosa.
“Kuy lah, tapi ntar elu lapor ke Mas Syahran ya! Bungkusin sate kambing lah biar gak komplain.” Kosa tertawa lebar.
Sesampainya di Takor, kantin kebanggaan kampus berlogo Makara jingga ini, mereka mengambil dua meja depan belakang. Kantin masih tidak terlalu ramai membludak.
Jam satu ini adalah jam mahasiswa masih di kelas karena kelas berakhir jam setengah dua dan mulai kembali jam dua siang. Ada beberapa kelas yang memang selesai jam satu namun tidak banyak. Para pegawai juga sudah selesai makan siang karena istirahat mereka sudah dari jam 12 siang sampai jam satu ini.
Vira duduk di sebelah Melati yang sama-sama tim pengumpul data. Tidak disangka Kosa mengambil tempat duduk di depan Vira yang kemudian diikuti oleh Danu yang duduk di samping Kosa.
“Kalian makan apa? tanya Kosa ke Vira dan Melati.
Sudah pesan?”
“Sudah Kak, tadi kita pesan nasi pecel sama es teh manis,” sahut Melati yang kemudian dianggukkan Vira.
“Belum bayar kan? Nanti disatuin aja struknya sama Kimmy, biar gampang buat laporannya,” ujar Kosa sambil senyum ke arah Danu yang tertawa nyengir.
Makanan yang dipesan sudah datang. Kosa ternyata memesan nasi Imbi dan Danu memesan soto ayam. Tidak terlihat Kimmy dan tim pengumpul data lainnya memesan apa karena posisi mereka ada di belakang Kosa dan Danu.
“Vir, minggu depan itu deadline perbaikan makalah kelompok. Sudah dikerjakan?” tetiba Kosa bertanya dengan mulut penuh saat mereka makan.
“Eeeh, belum Kak,” jawab Vira dengan agak malu.
“Sebaiknya pertimbangkan masukan gue dulu. Elu bisa ganti teori dan tetap menggunakan data kelembagaan partai yang sudah ada atau elo tetap pakai teori Mosca tapi fokus di hegemoni partai. Lo cari data baru lagi."
"Saran gue sih mending ganti teori aja biar gampang. Elo pasti punya bukunya SP Varma tentang teori elit, gampang lah,” ujar Kosa lagi sambil makan nasi imbi, jajanan khas kampusnya ini.
“Oh, iya Kak, nanti saya diskusikan dulu dengan Santi dan Aldo, sahut Vira dengan menyebut nama teman kelompoknya itu meskipun dirinya yakin toh dia sendiri yang akan mengerjakan perbaikannya.
“Eh Vir, cobain deh nasi imbinya, tumben si Mang Kosim, koq enak banget bikinnya,” Kosa menyodorkan sendok berisi nasi dengan topping suwiran ayam, bakso, sosis dengan sayuran berbumbu tepat di depan mulutnya.
Vira terkejut. “Eh, gak usah Kak, ini masih ada koq makanan saya.” Vira berusaha menolaknya. Dirinya kaget setengah mati dengan adegan barusan.
“Coba dulu, ntar lo pasti kaget rasanya bisa seenak ini. Beneran, gue gak bohong.” Kosa keukeuh menyodorkan sendoknya di depan mulut Vira.
Karena tidak ingin memperpanjang urusan tolak menolak, akhirnya Vira membuka mulutnya dan menerima suapan dari Kosa.
Aaah, ternyata rasanya biasa saja, seperti nasi imbi yang biasa dia makan, rutuknya dalam hati meski dia justru tersenyum simpul saat memandang Kosa yang kemudian sibuk kembali memakan nasi imbinya.
Vira tidak menyadari, bukan hanya Melati dan Danu yang kaget melihat kejadian ini tapi ada banyak mata tidak percaya yang memperhatikan dan mengawasi mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
eaaaaaa
lucu deh babangqu, Kosa Kata...
eh....
😃
2024-01-31
0
Nadia Nadia
nyimak dulu, hehehee
2021-04-27
0