Dari kejauhan Reva berlari kencang memasuki sebuah cafe yang sudah ramai, Reva masuk ke belakang untuk mengganti bajunya. Setelah siap dia langsung ke meja untuk melayani para tamu yang datang berkunjung.
"telat lagi Lo Rev," sapa Della teman kerja Reva.
"iya maklum, pulang sekolah ada les kejar target buat ujian sekolah, tahun ini gue lulus." Reva nyegir tersenyum manis.
"kenapa tidak izin, fokus dulu ke sekolah Lo. Kalau tidak lulus baru tahu rasa." Della langsung melangkah pergi meninggalkan Reva yang sibuk berdandan.
"sialan Lo Della, menyumpah gue tidak lulus." Cepat Reva memakai lipstik nya.
Pengunjung terus berdatangan, Reva dengan semangatnya melayani para pelanggan yang sudah dekat dengannya.
Beberapa wanita sosialita yang setiap hari bersantai di cafe tempat Reva bekerja sudah datang. Semuanya istri para pejabat yang kesepian.
"hai, tante-tante yang cantik badai," Reva menyapa mereka semua yang sangat menyukai Reva yang ramah dan heboh.
"Reva, ada cowok berondong anaknya Tante Iska baru pulang dari luar negeri, gayanya norak." Mereka mulai membicarakan salah satu teman mereka yang tidak ikut kumpul.
"gini ya Tante, kalau bagi Reva tidak peduli dia norak, jelek, brewokan, kapang, panu yang penting Manny nya banyak, pria bakal tampan jika dia mempunyai harta."
"Kamu mau jodoh kamu duda beranak tapi kaya raya." Tawa mereka melihat wajah Reva yang langsung tertawa terbahak-bahak.
"Tante, kalau duda beda ceritanya, bukan hanya harta tapi dia berpengalaman. Asik di ranjang."
"Reva!" teriakan ibu-ibu bersama membuat Reva melangkah pergi sambil tertawa.
"ini bocah masih SMA tapi cara bicara sudah seperti seorang janda." Ucap salah satu wanita yang dandanan paling menor.
Pemilik dari cafe sudah lama memperhatikan Reva yang ceria, dia sangat menyukai sosok Reva yang cantik juga baik. Reva gadis SMA yang spesial penggemarnya sangat banyak, Reva terkenal suka bergonta-ganti pacar.
***
Suara alarm membuat Reva kesal dan langsung membuangnya, cepat dia duduk cemberut. Tubuhnya sangat lelah bekerja yang pulang larut malam.
Selesai bersiap Reva melihat tudung nasi melihat sarapan, Reva menghitung jumlah telur goreng yang tersedia. Adiknya yang berjumlah 3 orang baru bangun juga, Reva hanya mengigit sedikit telur goreng dan mengambil nasi agar tidak kelaparan.
"Kak Rev, Nana di minta membeli buku untuk tugas, mau kasih tahu ibu tapi...."
"nanti kak Rev yang belikan, ini uang jajan kamu. Rajin-rajinlah sekolah lihat kedua orangtua kita dari pagi bekerja untuk mencari makan kalian harus jadi kebanggaan."
"ini kak, Aris bagi telur, Kakak hanya makan nasi." Reva mengelus kepala adik bungsunya.
Adik kedua Reva datang membanting tas nya, air matanya keluar langsung mengambil makan dan mengunyahnya.
Reva mengeluarkan uang tabungannya, memberikan ke adiknya Ratna yang dari kemarin ditagih uang sekolah.
"Ratna jangan malu hidup susah, berusahalah jika kalah harta setidaknya kita menang akhlak. Kamu harus kuat dari buli, angkat kepala kamu dan tunjukan kamu kuat walaupun dari keluarga miskin."
"terimakasih kak Reva, tapi uang sekolah Kaka."
"tenang saja, kakak mendapatkan beasiswa." Reva tersenyum kepada adiknya.
"wooww kak Reva pintar." Ucap Aris bangga.
"Beasiswa sebagai masyarakat kurang mampu, kamu bangga!" Ratna geleng-geleng kepala.
Reva tertawa melihat adiknya yang mengatakan dirinya bangga sebagai masyarakat kurang mampu, Reva bukannya bangga tapi tidak punya pilihan. Dia masih bersyukur bisa sekolah.
***
Reva berjalan pelan dengan berjongkok masuk kelasnya, dia terlambat lagi. Guru sudah mulai mengabsen siswa, saat nama Reva disebut Septi langsung menjawabnya. Reva langsung duduk di samping Septi sambil tersenyum.
Soal-soal ujian sudah di bagikan, Reva hanya mengaruk kepalanya karena tidak belajar, matanya melihat ke Rama meminta jawaban, tapi Rama hanya menggakat bahunya. Meminta ke Septi sama saja bohong, otaknya di bawa Reva, ke arah Ivan sama dongo nya.
"Reva! kepala kamu mau ibu putar ke belakang." Guru pengawas menegur Reva yang celingak-celinguk.
"patah Bu!" Reva tersenyum melihat ke kertas nya.
Semua siswa melihat Reva yang suka melawan guru, dan ucapnya seakan keceplosan tapi mengundang gelak tawa.
Tangan Reva membulat keras ujian, seluruh jawabnya huruf A, Reva langsung bangkit dan menyerahkan lembar jawaban nya. Guru tercengang melihat jawaban Reva.
"Reva, kamu punya niat sekolah tidak?"
"niat Bu, makanya saya pergi sekolah, saya permisi assalamualaikum." Reva melangkah keluar, kepalanya pusing melihat soal.
Reva bersantai di taman, Rama dan lainnya menghampiri Reva yang duduk santai tidak punya beban pikir.
"Kenapa tidak belajar Rev?" Rama memulai percakapan.
"buat apa?" Reva sebenarnya sedih melihat dirinya yang sibuk bekerja dan melupakan pendidikannya.
"Rev, pendidikan penting, kurangi kerja Lo. Ini kisi-kisi Lo pelajari. Gue pergi duluan!" Rama melangkah pergi menuju mobilnya, Reva melihat seorang pria dewasa menjemput Rama.
***
Bima yang sedang mengawasi Rama, setelah lulus sekolah akan segera memimpin perusahaan LOVER, berkali-kali Bima harus keluar masuk LN demi menjaga keseimbangan perusahaan dan di terimanya Rama sebagai pemimpin yang baru.
"Kak Bim, Rama di jodohkan." Rama mengigat perjodohannya dengan seorang wanita dewasa Viana Arsen.
"serius kamu, masalah perusahaan saja masih belum stabil sekarang ingin menikah." Bima mengaruk kepalanya.
Di kantor Bima mengeluarkan banyak berkas penting, Rama harus menelan seluruh pelajaran Bima soal perusahaan.
Rama yang cerdas memudahkan Bima mengaturnya, Bima bahkan jarang tidur demi bisa membimbing Rama sesuai janjinya kepada orangtuanya.
Bima mempertahankan perusahaan LOVER hampir delapan tahun, dan mundur dari jabatannya setelah putra dari pimpinan terdahulu berusia 18tahun.
Setelah lelah bekerja Bima selalu mampir ke cafe yang tidak jauh dari rumahnya yang baru pindah, banyak mata yang memandanginya. Wajah tampan Bima yang campuran, dan gayanya yang dingin dan cuek membuat banyak perempuan mengaguminya.
Sambil bersantai Bima menyempatkan diri mengurus bisnisnya sendiri yang dia buka sejak masih muda, mata Bima melihat seorang gadis cantik berlari kencang masuk cafe melalui pintu belakang. Bima hanya menggelengkan kepalanya merasa risih dengan karyawan yang tidak bisa tepat waktu.
Banyak mata yang berbisik membicarakan Bima yang hanya duduk sendiri, beberapa wanita cantik menyapanya tapi Bima mengabaikan mereka seakan tidak pernah terlihat.
Reva melangkah mendekat mengantarkan pesanan Bima, Reva melihat Bima yang fokus melihat ke layar tabletnya.
"maaf paman, masih ada tambahan." Reva tersenyum manis tapi diabaikan.
Bima hanya menggakat tangannya meminta Reva melangkah pergi, tangan Reva langsung digenggam siap menonjok kepala Bima yang super duper cuek.
"hai Rev, pesan minuman seperti biasa." Sapa seorang pemuda seumuran Reva.
"pesan sendiri ke meja kasir, gue sibuk." Reva melangkah pergi mengabaikan para penggemarnya.
"Om sombong, sok ganteng..., tapi memang ganteng." Reva tertawa menepuk jidatnya sendiri.
***
TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA
JANGAN LUPA LIKE COMENT DAN VOTE YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments
Suky Anjalina
lagi kangen Ama Bramasta
2022-07-13
0
Suky Anjalina
ulang lagi
2022-03-10
0
Ghiry Cahaya Sufi
belum kelar disna nyambi baca disini juga
2021-10-21
0