"Rio, kau membawa makhluk ini darimana?" Ucap Sid datar pada saat melihat Kiran.
"Saya tidak tahu, pak." Sid menatap Rio tajam.
"Jadi jika kau tidak membawanya, siapa yang membawanya?" Rio mulai menunduk ketakutan, ia sadar sudah menciptakan musibahnya sendiri.
Ah tidak! Seharusnya tadi aku tidak mengandalkan Edi, sekarang gajiku pasti akan dipotong karena ondel-ondel bawaan Edi sialan ini!
"Maaf pak, Edi yang membawakan Kiran untuk di rekomendasikan menjadi sekretarismu." Jawab Rio berusaha tidak memperlihatkan ketakutannya.
"Apa? Jadi saat tadi aku meneleponmu kau berada dimana?" Nada suara Sid mulai meninggi saat mendengar apa yang di katakan Rio.
"Ta.. Tadi saya... Eh, hehe... Tadi, saya...-"
Brak
Sid menggebrak mejanya, membuat Kiran terperanjat dan ketakutan.
"Kau keterlaluan, dasar tidak berguna! Aku menyuruhmu bukan menyuruh Edi! Kenapa kau tidak pergi mencarinya sendiri!"
"Maaf pak!" Ucap Rio sambil menunduk.
"Sudahlah, tidak ada gunanya! Sekarang apa makhluk ini bisa bekerja atau tidak?!"
"Saya tidak tahu, pak."
"Tentu saja kau tidak tahu! Keluar kau sekarang!" Rio segera membungkukkan badannya memberi hormat lalu keluar dari ruangan itu diikuti Kiran.
"Hei makhluk kacamata! Kenapa kau mengikutinya?" Kiran berhenti dan berbalik.
"Pak bukankah anda tadi menyuruh kami pergi?" Sid tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Kiran.
"Ternyata Edi dan Rio tidak hanya membawa makhluk aneh, kelakuannya pun ikut aneh!" Sid kembali terkekeh.
"Aku menyuruh Rio yang pergi, bodoh! Sekarang katakan, kau bisa bekerja atau tidak?"
Kiran mengangguk.
"Bicara! Jangan hanya mengangguk, karena kau tidak bisu!" Sid berdiri, lalu mendekati Kiran.
"Maaf pak, saya bisa bekerja."
"Kau sebelumnya pernah bekerja sebagai apa? Atau belum pernah bekerja?" Tanya Sid sambil terus mendekati Kiran.
"Sebelumnya saya bekerja juga sebagai sekretaris di perusahaan xx." Jawab Kiran dengan suara gugup karena Sid sudah berada sangat dekat dengannya.
"Kau bisa bekerja dalam tekanan?"
"Bisa, pak." Jawab Kiran dengan suara yang cukup keras
"Hei makhluk kacamata! Kau tidak perlu berteriak, aku tidak tuli!"
"Maaf pak!" Kiran menggigit bibir bawahnya.
"Baik, mulailah bekerja besok! Tapi bukan berarti kau boleh pulang! Hari ini kau tanyakan pada Edi apa saja pekerjaanmu! Kau boleh keluar dari ruanganku!"
Itu artinya hari ini aku juga bekerja, bodoh! Kau pintar mengejek dan menghina orang tapi kau juga bodoh!
Kiran merutuki Sid di dalam hatinya, ia sangat kesal ketika Sid dan Rio mengatainya manekin ondel-ondel dan makhluk kacamata.
"Dasar orang aneh!" Gumam Kiran pelan.
Kiran berjalan menuju lift, saat memasuki lift ia tidak sengaja berpapasan dengan pria yang tidak asing baginya.
"Kiran! Sedang apa disini?"
"Alfi, aku sedang bekerja disini. Kau bekerja disini juga?" Pria yang di panggil Alfi itu mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Wah, akhirnya sekarang kita bertemu lagi. Kau bekerja sebagai apa disini?"
"Aku sekretaris CEO." Alfi meringis mendengar jabatan yang menjadi pekerjaan Kiran saat ini. "Ada apa? Kenapa kau meringis seperti itu?"
Alfi menoleh kesana kemari.
"Katakanlah! Kita hanya berdua di lift!" Ucap Kiran penasaran.
"Kiran, kau sudah tahu pak Sid itu seperti apa pada sekretarisnya?" Bisik Alfi ketelinga Kiran.
"Dia sangat menyebalkan, suka menghina orang seenaknya! Tapi aku tidak tahu jika masalah pada sekretaris yang menyangkut pekerjaan."
"Ternyata kau belum tahu alasan kenapa dia mencari sekretaris baru?" Kiran menggeleng.
"Kau akan tau sifatnya setelah mendengar ini, selama sebulan sekali pak Sid memecat sekretarisnya. Alasannya pun tidak masuk akal, sedikit kesalahan saja ia langsung memecatnya!" Kiran terbelalak hingga matanya memelotot sempurna.
"Apa? Memangnya kenapa?"
"Kau akan tahu nanti! Hehehe!"
"Tunggu Alfi! Tolong beritahu aku!"
Ting
Pintu lift terbuka, Alfi memasang senyum jahil pada Kiran.
"Maaf Kiran, aku tidak bisa memberitahumu sekarang. Pekerjaanku banyak, kapan-kapan saja ya aku menceritakannya?!"
"Huh, baiklah!" Kiran mendengus sebal.
"Selamat bekerja Kiran!" Ucap Alfi sambil berlalu meninggalkan Kiran yang masih menatapnya dengan kesal.
"Apa maksudnya, dasar tidak jelas!" Kiran merutuki Alfi.
Entah kenapa Karin merasa hatinya semakin berdebar mendengar perkataan Alfi.
"Bagaimana?" Tiba-tiba Edi sudah berada di sisi Kiran, membuatnya terkejut.
"Aku diterima!" Teriak Kiran, langsung menepuk punggung Edi tanpa aba-aba.
"Sudah kuduga. Congrats, Kiran!"
"Selamat datang di SAR Entertainment Group! Selamat bersabar!" Sahut Alfi tiba-tiba dari arah ruangan kerjanya.
"Terima Kasih, aku pasti... Eh, apa? Bersabar? Maksudmu?"
Alfi tersenyum lembut.
"Besok saat kau sudah bekerja, kau pasti akan mengerti maksudku apa."
"Apa? Aku tidak mengerti, jangan menakut-nakuti aku!" Kiran menatap Edi dan Alfi lekat-lekat.
"Tidak usah takut. Kau cukup mengasah hatimu saja agar lebih sabar, karena..." Edi melemparkan pandangan sedetik ke arah lift khusus CEO, lalu merendahkan suaranya dan berbisik.
"Bos kita ini sangat galak. Misterius. Dingin, menyaingi cold box penyimpanan ikan di pelabuhan."
"Pak Sid galak sekali, ya?"
"Itulah alasan kenapa sekretarisnya tidak ada yang betah. Setiap bulan pasti resign atau dipecat. Dia seperti monster berdarah dingin."
Edi dan Alfi saling melempar pandang.
"Kalian gila! Artinya aku masuk ke lubang singa!" Sungut Kiran.
"welcome to the hell." Edi tertawa terpingkal-pingkal, diikuti Alfi.
"Maksud kalian apa? Aku tidak mengerti!" Kiran kembali menatap Edi dan Alfi bergantian.
"Selamat datang, Kirana Putri Farella. Mulai besok, hidupmu akan berubah!" Lagi-lagi Edi menumpahkan tawanya.
"Tenang saja, jangan khawatir! Tidak akan seburuk gambaran Edi, Masalahnya hanya satu, pak Sid itu..."
"Tidak punya hati!" Edi memotong ucapan Alfi. Wajah Karin pias seketika.
"Sudah! Tidak boleh seperti itu!" Alfi berpaling pada Kiran. "Pak Sid galak, itu saja!" Alfi menenangkan Kiran.
"Intinya kau akan mengerti besok!" Edi tersenyum pada Kiran.
Tiba-tiba tanpa ada yang menduga, pintu lift di tempat mereka membuka forum terbuka. Dari dalam muncul sosok Sid. Tubuhnya yang terlihat jangkung membuat Kiran ketakutan.
"Ada apa ini?! Sejak kapaj kantor ini berubah jadi pasar kaget?! Edi, Alfi! Aku menggaji kalian untuk bekerja, bukan untuk rapat politik! Jika kalian masih ingin bekerja disini, ikuti peraturan yang berlaku!" Suara Sid tegas dan dingin.
"Iya pak, maaf." Edi dan Alfi menjawab serempak, dan langsung berjalan menuju tempat masing-masing meninggalkan Kiran sendirian di hadapan Sid.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Sid berjalan meninggalkan kantor. Tanpa menoleh pada Kiran sedikitpun.
Ya Tuhan, bagaimana ini? Bagaimana bisa Edi membawaku ke kantor yang seperti neraka ini? Dasar Edi sialan!
Kiran menggigit bibir bawahnya, mencoba meyakinkan hatinya agar bisa kuat untu menghadapi pekerjaan dan bos yang di sebut galak itu.
"Kau kuat Kiran! Kau pasti bisa menghadapi bos dan pekerjaanmu itu! Lagipula dia juga manusia, pasti memiliki hati juga!" Gumam Kiran percaya diri, lalu berjalan meninggalkan kantor itu karena pekerjaan yang menantang itu akan dimulai besok.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Tum Morang
baru baca saja aku sudah ngakak di buat nya.... makasih thor,,, ceritamu lucu, sedihku jadi hilang... 😂😂😂😂😂😂😂😂
2021-07-03
1
Ainun Nafisyah
dasar edi,temen g da akhlak,,, 😅😅
2021-03-17
3
pinnacullata pinna
percaya diri ya
btw aku mampir Dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏
2021-03-08
1