5. Ada Kris Juga?

Pandangan Aster mengabur. Nyawanya belum terkumpul sempurna. Telinga dibisingkan oleh dering jam berbentuk apel yang ia letakkan di sudut meja. Tertutup jejeran buku-buku pelajaran.

Aster menutup mulut. "Hoam!" Ia mengambil jam mungil tersebut, sambil tangan satunya mengucek mata. Jarum jam pendek mendekati angka enam dan jarum jam panjang di angka sepuluh tepat.

Hari ini, Aster sudah pasti terlambat. Bukan itu yang dia pikirkan. Aster merasa perlu melihat tanggal di hape. Ia pun membuka laci bawah dengan kaki kanan dan menekan tombol tengah pada layar ponsel menggunakan jempol kaki.

Hari Senin, tanggal yang sama ketika tertidur di jam kosong Bu Imel. Aster mengerutkan dahi. Apa sekarang rohnya jalan-jalan ke masa lalu? Kaki Aster menendang laci frustrasi.

Aster mengusap wajah kasar. Itu artinya, Aster melanjutkan waktu di mana ia belajar sampai dini hari. Otaknya sangat lelah mengartikan semua kejadian aneh ini. Tak berminat menambah beban pikiran, Aster pun menutup buku berisi tulisan miring, lalu dimasukkannya ke dalam ransel merah. Dia harus cepat bersiap menimba ilmu.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, pikirannya masih dilanda kebingungan (lagi). Pasalnya hari ini tidak ada kelas Bu Imel, dan memang Bu Imel tidak mengajar murid kelas delapan.

Sibuk berpikir, sampai Aster tidak memperhatikan langkah sepatu menyusuri lorong sepi. Semua penghuni sudah menempatkan diri di bangku masing-masing. Dari jendela transparan, Aster melihat teman-teman fokus mendengar guru menyampaikan materi.

Aster berbelok tajam tanpa melihat kiri kanan apakah ada orang. Tubuhnya terhuyung. "Awh, lo kalau jalan pake mata dong!" hardiknya sambil memegang bahu yang terhantam sudut meja.

Dua siswa di depannya saling menatap. Laki-laki berjambul setinggi Monas tersenyum meremehkan. "Beri jalan, Dek. Kami mau lewat."

Dek?

Aster menatap tak menyangka. Baru menyadari jas yang mereka kenakan berbeda warna. Mereka memakai jas hijau, sedangkan Aster memakai jas hitam. Pemilik jas hijau hanya angkatan kelas sembilan. Ia pun terpaksa mundur sambil menahan nyeri di area sendi putar.

Dua kakak kelas tersebut bekerja sama lagi mengangkat meja beriringan. Hati-hati menghadapi tikungan sebab meja yang dipindahkan cukup panjang. Sampai di depan Aster, salah satunya berkata, "Jalan tuh pakai kaki, Bego!"

Aster membulatkan mata. Ingin rasanya mengumpat. Tangan sudah terkepal di belakang tengkuk siswa berjambul alay itu. Namun, satu pukulan tak bisa ia layangkan.

Aster memutar gagang pintu kelas dengan wajah murung. Semilir angin bercampur pengharum ruangan tidak mampu membuat pikirannya rileks. Apa lagi suasana di dalam begitu ramai. Laki-laki asyik mabar, sedangkan perempuan bergosip ria.

"Aster, ngapain di situ? Mau jadi pawang pintu lo?" seloroh Vanesa. Dia mengucir rambut dua buah seperti biasa. Tangan Aster digandeng olehnya menuju bangku paling depan nomor dua dari kanan. "Duduk!"

Aster diam saja menurut. "Lo kenapa telat? Nggak biasanya."

Aster tidak mengacuhkan pertanyaan Vanesa. "Gue ... ngimpi aneh tau nggak sih, lo? Masa nih ya, gue tuh ngimpi jadi putri bangsawan, terus... di mimpi itu gue mimpi bangun dari mimpi, tapi ini masih mimpi. Pas mimpi bangun dari mimpi, gue lagi di kelas kayak gini, terus ketiduran di mimpi dan—"

"Udah stop, stop! Gue nggak ngeh lo cerita apaan. Kasih kesimpulan aja."

"Kesimpulannya adalah ... gue ngimpi." Aster serius dengan omongannya kali ini, tetapi Vanesa belum bereaksi sama sekali.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Satu detik, dua detik. Vanesa mengibaskan tangan ke depan. "Aelah, ngimpi gitu doang! Mending lo ganti baju deh, bentar lagi olahraga."

Aster masih larut dalam kegemingan. Karena buru-buru, ia tak sempat memasukkan baju ganti ke dalam tas. "Woy! Malah bengong. Cepetan ganti baju!" Vanesa mendesaknya, lagi.

Ketua kelas datang-datang langsung menepuk jidat Aster. "Lo kenapa lemes, As? Sakit?"

"Pak Ketu, lo mau nampol orang apa ngecek suhu badan? Nggak usah sampai segitunya kali," sindir Vanesa. Si empu mengedikkan bahu tak acuh.

"Gue ... kurang tidur," jawab Aster sembari menurunkan tangan Kris. Dia canggung harus berhadapan dengan idola semua orang di kelas. Ya, Kristiano adalah bintang kelas yang bersinar sangat terang. Aster merasa cahayanya tidak berarti apa-apa kalau bersanding dengan cahaya sekuat itu.

"As, lo istirahat aja di UKS. Gue mintai izin ke guru mapel, ok?" tawarnya tersenyum lembut.

Vanesa terbatuk jaim. "Uhuk, gue nyamuk."

Hah, nyamuk? Seketika wajah Pangeran Ketujuh muncul di atas kepalanya.

Aster berterima kasih kepada Kris. Vanesa memapahnya ke ruang Unit Kesehatan Sekolah. "Mau gue temenin sampai lo tidur?"

Aster menggeleng cepat. "Oh iya. Lo bawa hape nggak? Gue suka gabut di UKS." Aster mengeluarkan jurus wajah super manis. Ia mrnampilkan senyum terindah dan kedipan mata dua kali.

"Nih, jangan buka galeri ya!" Vanesa menyerahkan benda gepeng dari daku crlana. "Oh, ya. Tadi muka sok manis lo bikin gue jijay!" ucap Vanesa sambil melet, lantas berlari ke lapangan basket. Ruang UKS dan lapangan basket memang berdampingan.

Aster dipersilahkan berbaring di kasur. Dia memilih tidur miring berteman ponsel peninggalan Vanessa. Bhaks, peninggalan. Aster bercanda. Ibu jarinya langsung mengetikkan sesuatu di kolom pencaharian.

"Kelemahan vampir". Jawaban teratas langsung terpampang di beranda. Ternyata vampir tidak suka bau menyengat dari bawang putih dan akan lenyap jika berada di bawah sinar matahari langsung. Cara lain melenyapkan vampir, yaitu dengan menghunuskan senjata tajam yang terbuat dari perak tepat ke arah jantung.

Aster tersenyum puas. Ide cemerlang sudah tersimpan rapi di kepala cantiknya. Ia mencari hal ini untuk berjaga-jaga kalau-kalau terbangun nanti bertemu lagi di mimpi yang sama, tetapi tetap saja dia berharap tidak bermimpi bangun di tempat itu lagi. Omong-omong, Aster penasaran apa yang sedang vampir itu lakukan.

Sudahlah, sekarang saatnya tidur nyenyak. Aster mematikan power ponsel, lantas memejamkan mata. Namun belum ada sedetik menutup mata, pintu kamar UKS didobrak sampai dirinya memekik dan terbangun paksa.

Alisnya bertaut melihat atap UKS berubah menjadi kelambu merah muda. Seseorang menyibak kelambu tersebut dari samping. Aster menoleh terkejut. "Kris?" pekiknya kepada laki-laki yang ia kenal sebagai ketua kelas.

"As, apa kau sakit? Seseorang dari Negeri Tabib akan segera datang." Kris memeluk Aster lumayan lama.

Aster merasakan kehangatan, dia tetap membalas pelukan itu meskipun sangat canggung. Bayangkan saja, pelukan ini berasal dari idola kelas yang diagung-agungkan guru dan teman-teman seluruh angkatan. "Bagaimana kau bisa di sini?"

"Pelayan pribadimu mengatakan kau sakit, tidak bisa mengikuti kelas. Bagaimana aku bisa di sini? Tentu saja khawatir!" jawab Kris, padahal bukan itu yang Aster tanyakan. Pertanyaan sebenarnya adalah bagaimana bisa Kris datang ke mimpi ini?

Pelukan berakhir, setidaknya setelah orang luar meminta izin untuk masuk. Tampak Sari menutup pintu sangat pelan, lalu membungkuk. "Pangeran Kelima, mereka sudah datang," lapornya.

"Biarkan mereka masuk." Kris melihat dari ekor mata. Sari sedang membuka pintu, memberi jalan bagi dua orang berpakaian serba putih. Aster melebarkan mata. Dua orang itu adalah kakak kelas yang menabraknya tadi pagi.

Jambul Monas!

Episodes
1 1. Menjadi Nona Mimpi
2 2. Jangan Gigit Saya, Pangeran
3 3. Awas! Ada Nyamuk Betina
4 4. Kesedihan Putri Aedes
5 5. Ada Kris Juga?
6 6. Didatangi Tiga Ekor Nyamuk
7 7. Matanya Aster Mau Dicongkel
8 8. Aroma yang Menggoda
9 9. Aster Galau Belum Makan
10 10. Tertangkap Pangeran Bermuka Dua
11 11. Akhirnya Jadi Putri Tumbal
12 12. Aster Bertemu dengan Ibunya
13 13. Pangeran Ketiga Semakin Glow Up
14 14. Dipanggil Pak Steven (Kelinci Percobaan)
15 15. Peringatan dan Kesepakatan
16 16. Kucingnya Minta Dicukur
17 17. Sebuah Nama, Hadiah Perpisahan
18 18. Kasihan Neneknya
19 19. Akhirnya Kris Muncul
20 20. Kakak Kelima yang Baik
21 21. Kalung Ajaib
22 22. Rupanya Pangeran Kelima Berusia ...
23 23. Aster Tidak Bisa Melihat
24 24. Cycy Imut, Tapi Kakaknya Posesif Akut
25 25. Menerima Misi dari Pak Steven
26 26. Pelatihan Tingkat Awal
27 27. Masih Pelatihan
28 28. Bunga Pertama
29 29. Tamu Tak Diundang (Pangeran Pertama)
30 30. Jangan Makan dengan Mulutmu
31 31. Nyamuk di Kamar Mandi
32 32. Ingatan Roh Aster
33 33. Pelayan Kesayangan Menghilang
34 34. Satu Gigitan Pertama untuk Pangeran
35 35. Aster Mau Pergi
36 36. Buka Mulut, A ...!
37 37. Kegabutan Pangeran Pertama
38 38. Salah Kamar
39 39. Ditusuk Beneran
40 40. Anda Bisa Menyentuh Kaki Saya
41 41. Diam-Diam Perhatian
42 42. Kembali ke Dunia Nyata?
43 43. Digigit (Lagi)
44 44. Vanessa Setia Kawan
45 45. Akhirnya ....
46 46. Kasihan Dilupakan _T
47 47. Istana Apung
48 48. Bersin Terus Sampai Mesir
49 49. Serangan Pertama
50 50. Tekanan Roh Jahat
51 51. Adik Kembar Muncul
52 52. Jangan Meniru Adikku
53 53. Poor, Aster!
54 54. Tidak Semudah itu, Ferguso :v
55 55. Kekuatan Baru Aster
56 56. Kita Saudara Kembar
57 57. Aneh Kalau Terlalu Mudah
58 58. Stupid Is Stupid, It's Fine!
59 59. Kematian Kris
60 60. Bait Syair Keempat
61 61. Dijemput Yey!
62 62. Kegagalan Adalah Keberhasilan
63 63. Gubuk Warga
64 64. Malaria Bukan DBD
65 65. Pangeranmu Lapar!
66 66. Sekilas Mimpi Nyata
67 67. Mission Uncompleted
Episodes

Updated 67 Episodes

1
1. Menjadi Nona Mimpi
2
2. Jangan Gigit Saya, Pangeran
3
3. Awas! Ada Nyamuk Betina
4
4. Kesedihan Putri Aedes
5
5. Ada Kris Juga?
6
6. Didatangi Tiga Ekor Nyamuk
7
7. Matanya Aster Mau Dicongkel
8
8. Aroma yang Menggoda
9
9. Aster Galau Belum Makan
10
10. Tertangkap Pangeran Bermuka Dua
11
11. Akhirnya Jadi Putri Tumbal
12
12. Aster Bertemu dengan Ibunya
13
13. Pangeran Ketiga Semakin Glow Up
14
14. Dipanggil Pak Steven (Kelinci Percobaan)
15
15. Peringatan dan Kesepakatan
16
16. Kucingnya Minta Dicukur
17
17. Sebuah Nama, Hadiah Perpisahan
18
18. Kasihan Neneknya
19
19. Akhirnya Kris Muncul
20
20. Kakak Kelima yang Baik
21
21. Kalung Ajaib
22
22. Rupanya Pangeran Kelima Berusia ...
23
23. Aster Tidak Bisa Melihat
24
24. Cycy Imut, Tapi Kakaknya Posesif Akut
25
25. Menerima Misi dari Pak Steven
26
26. Pelatihan Tingkat Awal
27
27. Masih Pelatihan
28
28. Bunga Pertama
29
29. Tamu Tak Diundang (Pangeran Pertama)
30
30. Jangan Makan dengan Mulutmu
31
31. Nyamuk di Kamar Mandi
32
32. Ingatan Roh Aster
33
33. Pelayan Kesayangan Menghilang
34
34. Satu Gigitan Pertama untuk Pangeran
35
35. Aster Mau Pergi
36
36. Buka Mulut, A ...!
37
37. Kegabutan Pangeran Pertama
38
38. Salah Kamar
39
39. Ditusuk Beneran
40
40. Anda Bisa Menyentuh Kaki Saya
41
41. Diam-Diam Perhatian
42
42. Kembali ke Dunia Nyata?
43
43. Digigit (Lagi)
44
44. Vanessa Setia Kawan
45
45. Akhirnya ....
46
46. Kasihan Dilupakan _T
47
47. Istana Apung
48
48. Bersin Terus Sampai Mesir
49
49. Serangan Pertama
50
50. Tekanan Roh Jahat
51
51. Adik Kembar Muncul
52
52. Jangan Meniru Adikku
53
53. Poor, Aster!
54
54. Tidak Semudah itu, Ferguso :v
55
55. Kekuatan Baru Aster
56
56. Kita Saudara Kembar
57
57. Aneh Kalau Terlalu Mudah
58
58. Stupid Is Stupid, It's Fine!
59
59. Kematian Kris
60
60. Bait Syair Keempat
61
61. Dijemput Yey!
62
62. Kegagalan Adalah Keberhasilan
63
63. Gubuk Warga
64
64. Malaria Bukan DBD
65
65. Pangeranmu Lapar!
66
66. Sekilas Mimpi Nyata
67
67. Mission Uncompleted

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!