Bab 5

Tin tin...

Suara klakson mobil dari arah belakang altan membuat keduanya melihat ke sumber suara namun tidak lama deniz menurunkan kaca mobilnya.

"altan? 5 menit dari sekarang, jika lewat aku tinggal". seru deniz lalu kembali menutup kaca mobilnya.

Altan sontak berbalik melihat ayla.

Ayla yang mendengar suara dokter deniz sontak saja tubuhnya mematung dan nafasnya mendadak berhenti bahkan ia tidak mendengar suara panggilan dari altan di depannya.

'dokter deniz? '

"sudah, kamu ikut kita saja, enggak ada taksi jam segini". ujar altan sambil menarik tangan ayla.

"hei...apa yang kam...".

Brakh...

Ucapan ayla terhenti saat ia melihat siapa yang duduk di depannya.

Brakh...

Altan menutup pintu mobil setelah duduk di samping ayla.

"ayo? bukankah kamu bilang ini sudah larut? ". ujar altan saat melihat deniz yang belum memajukan mobilnya.

Deniz menggeram marah. "altan? aku bukan sopirmu di sini, duduk di depan sekarang". perintah deniz di sertai gertakkan giginya.

"aku akan ke sana setelah menjelaskan beberapa hal ke ayla karyawanku jadi ayla...ah, silakan majukan mobilnya temanku?...". perintah altan tanpa mau tahu kalau temannya sangat sangat enggan.

Ayla mengerjap ngerjap karna bingung. ia tidak tahu apa ia harus senangkah? atau sedihkah? ia tidak tahu. sedih karna seseorang yang tidak mungkin bisa ia raih.

"terserah". geram deniz dan langsung melajukan mobilnya.

"jadi ayla...".

"euhmmm...sebelum itu...aku minta maaf, tidak mempercayai anda tadi dan...terima kasih untuk tumpangannya". potong ayla karna merasa tidak enak. jika di pikir jika bukan karna ia melihat dokter deniz sungguh ia tidak akan percaya. mungkin ia percaya dokter deniz.

"ah...tidak apa apa, karyawanku banyak jadi wajar jika satu di antaranya tidak mengenalku ha ha ha". altan tertawa hambar.

Ayla tersenyum miris.

"maaf". ujarnya lagi nyaris seperti berbisik.

Altan menghentikan tawanya dan menatap ayla dengan penuh rasa bangga. bangga karna banyak pria yang menyukainya di perusahaan namun semua di tolak oleh gadis ini. salut.

"aku terima maafmu jika kamu mau menemaniku makan malam besok malam, bagaimana? ".

Ayla sontak menatap wajah altan yang duduk berhadapan dengannya.

"besok malam? ".

Altan mengangguk mantap dengan senyuman tampan di wajahnya.

"maaf, besok malam saya tidak bisa, karna ada lembur dan meeting kerja di perusahaan".

Altan hilang kata kata. jika ia bilang batalkan saja itu tidak mungkin karna ia tahu bagaimana gila gadis ini jika sudah menyangkut pekerjaan. jika dirinya yang membatalkan semua jadwalnya bukankah ia tidak profesional, karna ia yang suruh mereka untuk lembur. ugh...

"baiklah begini saja, kapan kapan jika kamu sempat traktir saya saja, saya menunggu". ucap altan sembari tersenyum tampan namun tidak membuat ayla tergoda.

"terima kasih"

"so...dimana kamu tinggal?setelah pria ini pulang kerumahnya, aku akan mengantarmu". ujar altan saat tahu arah jalan yang di ambil deniz.

Ayla lagi lagi hanya bisa mengerjap. seharusnya di kesempatan yang langka begini ia bisa puas puasin melihat wajah orang yang di cintainya tersebut namun tidak mau ketahuan sama altan direktur di perusahaan tempatnya bekerja tersebut jadinya ia hanya bisa menunduk melihat ke bawah dan sesekali melihat altan saat bicara di saat itu ia mencuri kesempatan melihat dokter deniz.

'dia tidakkan pernah tahu, bagaimana senangnya hatiku saat ini! meski jarak dia begitu dekat tapi nyatanya dia sangat jauh'.

Ayla menghela nafas lalu mengalihkan matanya melihat ke luar jendela.

'di pikir pikir bukankah ini jalan tempat tinggalnya? '.

Ayla mengalihkan matanya melihat deniz yang sedang fokus menyetir.

'jadi...rumahnya juga ke arah sini? '. batin ayla bertanya tanya.

Ayla kembali melihat keluar jendela dengan pikirannya kemana mana salah satunya. ayla menimang antara turun atau melanjutkan perjalanan. jika ia turun ia tidak akan bisa tahu di mana rumah dokter deniz dan jika ia tidak turun.

Entah kenapa firasatnya mengatakan kalau dokter deniz terganggu dan tidak suka kehadirannya.

Ayla menarik nafas. "euhm...pak maaf, aku turun di sini saja ya? kebetulan saya tinggal sekitar sini".

Altan yang terkejut melihat ke sekitar daerah tersebut dari kaca mobil.

"sekitar sini? benaran? ". tanya altan tidak percaya.

"ya". jawab ayla sembari tersenyum dan tidak luput dari pandangan altan.

"baiklah, katakan di mana tepatnya kamu tinggal? ". tanya altan.

Ayla dengan sigap menunjuk jalan di mana mobil tersebut bisa berhenti.

"ah maaf, disini saja". ujar ayla ke altan dan deniz meski deniz tidak merasa untuk dirinya.

"ah...kamu tinggal di antara gedung gedung tersebut?! ".

Ayla mengangguk.

"sewa? beli? maaf jika banyak bertanya".

Ayla tersenyum. "tidak apa, pak altan sudah mau memberiku tumpangan, kebetulan saya menyewa". ayla melihat deniz yang masih menampilkan raut wajah datar dan dingin.

"oh sewa ya?! tentu sangat mahal".

"sedikit". jawab ayla di sertai senyumnnya.

"pak? ". panggil ayla ke altan karna melihat mobil yang tidak berhenti.

Altan yang mengerti panggilan ayla langsung saja memerintahkan temannya deniz untuk menghentikan mobil.

Mau tidak mau deniz menghentikan mobilnya meski ia sangat sangat ingin menonjok wajah pria ini.

Brakh...

"terima kasih pak dan...".

"deniz, temanku". sambung altan sambil mengangguk anggukan kepalanya.

"ah...pak deniz, terima kasih untuk tumpangannya". ucap ayla yang pura pura tidak kenal dokter deniz.

klak...

Ayla keluar dari mobil, diikuti altan dari arah pintu lain.

"terima kasih pak". ucap ayla lagi setelah keluar dari mobil dan mendapati altan sudah berdiri di depannya.

"tidak apa, apa tempat tinggal mu masih jauh dari sini? ".

"tidak, gedung yang berada di depan tu". tunjuk ayla ke altan.

"oh baiklah, kalau begitu kamu juga sudah baik baik saja, kami pergi dulu ya?! ". ucap altan sembari membuka pintu mobil.

"ya, terima kasih sekali lagi pak dan hati hati di jalan". ucap ayla.

Ayla melihat mobil deniz yang berlalu di depan matanya hingga hilang dari belokan. ia berbalik dan melangkah dari sana dengan perasaan senang, bahagia dan juga lelah.

Setelah memarkirkan mobilnya di garasi. Deniz masuk ke dalam rumah seorang diri. Altan mendadak mendapat telpon dari luar negri kalau neneknya masuk rumah sakit jadinya dia turun di tengah jalan dan menghubungi asisten pribadinya joe untuk menjemputnya. katanya malam ini juga dia akan terbang ke jerman untuk melihat neneknya. Altan sangat sayang dengan neneknya karna itu juga dia akan menikah dengan siapapun pilihan neneknya.

anak kecil yang manja.

Kening deniz berkerut saat telinganya mendengar suara percakapan beberapa orang dari arah ruang keluarga sedangkan dirinya baru memasuki ruang tamu dan mau menaiki tangga menuju kamar tidurnya dan istrinya.

Mata deniz beralih melihat ke seorang pembantu rumahnya yang sedang melangkah ke arahnya.

"tuan sudah pulang? biar saya yang bawa". pembantu tersebut meminta tas tentengan kerja deniz untuk ia bawa ke ruang kerja tuan.

"sepertinya ada tamu, siapa?". tanya deniz ke pembantunya tersebut sambil menyerahkan tas kerjanya.

"oh...itu mama dan papa nyonya serta nyonya besar dan tuan besar dan juga nenek, kakek tuan...".

Menggertakkan gigi, deniz langsung berlalu dari pembantunya tersebut tanpa mendengar kelanjutan.

Langkah deniz berhenti saat melihat istrinya yang sedang menangis di pelukan mama mertuanya.

Deniz menggeram marah dan menggertakkan giginya. ia sengaja pindah dari rumah utama dan tinggal berdua dengan istri hanya untuk supaya tidak di ganggu oleh mereka. namun ternyata...ini sudah keterlaluan.

'aku tidak akan membiarkan ini terjadi lagi dan ceyda akan goyah'. Batin Deniz panik.

Deniz berjalan pelan ke arah beberapa manusia yang sedang berdebat di sana dan hanya memojokkan satu manusia di sana yaitu istrinya.

"CUKUP". Suara bentak deniz yang begitu keras memenuhi ruangan utama tersebut. Wajahnya memerah karna marah.

Semua pasang mata seketika melihat ke arah deniz. Tidak ada rasa terkejut atau takut pada mereka terkecuali mama deniz.

Jika mama dan papa ceyda tentu saja senang karna menantunya yang sangat menyayangi anaknya sudah pulang dan tidak di sudutkan lagi oleh nenek dan kakek deniz.

Deniz berjalan mendekat ke ceyda istrinya. Sampai di depan mertuanya. Deniz meraih tangan ceyda, menarinya lembut, membawa tubuh ceyda ke dalam pelukannya.

'seberapa lama dia sudah menangis? Kenapa tidak ada yang bilang kalau kakek datang ke rumah? '. Batin Deniz setelah beberapa saat menatap wajah ceyda yang di penuhi air mata.

"dengarkan aku ceyda! Naiklah ke atas, jangan pikirkan apapun. Tunggu aku di atas, ya?!". Rayu deniz ke ceyda setelah menghapus air mata istrinya dan menatap ceyda dengan lembut.

Ceyda melihat ke sekitarnya sebelum berucap ragu.

"tapi selim...".

Deniz menangkup wajah ceyda dengan kedua tangannya.

"dengarkan aku okay? Kamu tahu? Melihatmu menangis seperti ini, sungguh membuatku sangat menderita. Jadi aku minta padamu, naiklah ke atas dan di sini, biar aku yang tangani semuanya". Bujuk Deniz.

Ceyda diam sesaat sebelum menggeleng. Sampai kapan? Sampai kapan mereka akan terus melarikan diri seperti ini...? Tidak Deniz? Aku tidak mau kehilanganmu. Kamu duniaku, kamu segalanya untukku.

Ceyda mau akan bicara lagi sebelum suara Khaled menghentikan gerakan bibirnya.

"tidak ada yang boleh pergi dari sini!". Serunya membuat pandangan mata semua di sana tertuju padanya.

"dan kebetulan kamu sudah pulang jadi bisa kita bicarakan ini sekarang, duduklah deniz? ". Sambungnya mendongak menatap Deniz yang berdiri.

Deniz menggeram. Kedua buku tangannya terkepal erat.

"pak khaled yang terhormat. Berapa kali sudah saya bilang ke anda? Ini rumah tanggaku dan kalian tidak berhak untuk ikut campur di dalamnya". Teriak marah deniz di ujung kalimat.

Ceyda sontak mengelus tangan deniz menenangkan suaminya.

"Selim..? Dia kakekmu, nada bicara dan suaramu tidak menggambarkan dirimu cucu kami Selim?!". Suara bentakan keras datang dari satu wanita tua, yang umurnya kira kira di atas 70 tahuan. Nenek deniz, yang duduk tepat sebelah suaminya.

"dan ini kami lakukan juga untukmu, untuk kebahagian kalian". Sambungnya lagi.

Deniz tertawa sinis. "untukku? Untukku adalah rumah tanggaku yang sekarang yang tanpa kalian ganggu, itu adalah untukku nenek? Kebahagian kami? kami sangat bahagia jika kalian tidak tahu! ".

"tidak ada kebahagian dari satu rumah tangga tanpa kehadiran seorang anak deniz? Dan aku yakin istrimu sadar itu". Timpal nenek deniz tegas namun tajam.

Deniz mendengus sinis.

"buktinya kami bahagia dan sekali kami tidak butuh seorangpun anak!". Balas Deniz takkalah tajam.

"deniz? Duduklah nak? Biar kita bicarakan ini baik baik ya? ". Pinta mama deniz ketika melihat raut wajah Khaled kakek Deniz yang tidak akan membuat suasana tenang tapi sebaliknya.

Deniz yang sudah di kuasai kemarahan tentu saja tidak peduli lagi antar putih dan hitam.

"tidak ada yang perlu di bicarakan lagi ma? jawabanku akan tetap sama. Aku tidak akan pernah mau dan itu tidak akan pernah berubah".

Deniz menarik ceyda untuk pergi dari sana namun ucapan khaled menghentikan langkahnya.

" Deniz Selim Al khaled ! Cucuku satu satunya, hanya kamu satu satunya...". Khaled menjeda ucapannya dan semua yang di sana terdiam.

"jika kamu tidak memiliki anak!...Ya kamu tidak pernah mengkhatirkan dengan perusahaan dan semuanya, dari dulu kakek izinkan kamu mengikuti kemauanmu apapun itu, tidak pernah kakek larang bahkan pilihan dalam hidup. Kakek juga melarang omar untuk ikut campur begitu juga mamamu! Bukan untuk penerus perusahaan atau semua aset kakek selim? Akan tetapi, kakek tidak mau keturunan kita akan terputus dari kamu. Kakek tanya sekali lagi. Apa tidak bisa? Coba kamu pikirkan lagi dengan ceyd...".

"TIDAK, TIDAK AKAN PERNAH". Teriak deniz keras. Apa peduliku? Kenapa hidupku harus di atur atur?.

Semua terdiam. Termasuk Khaled kakeknya.

"iya benar". Suara deniz memecah keheningan. Ia berbalik menatap papa, mama, nenek serta kakeknya.

"kalian sangat takut hilang keturunan bukan? Kalau begitu kenapa papa dan mama tidak merencakan penerus yang lain saja?! ". Sinisnya dingin.

Mata mama deniz sontak saja melebar mendengar perkataan putra satu satunya. Begitu juga yang terjadi dengan mama dan papa ceyda.

"selim?!". Suara lembut dan lemah mama Deniz menegur putra nya. Sedangkan kedua matanya sudah berkaca menahan air bening yang siap tumpah. Ia menangkup wajahnya sendiri.

"Selim kamu sangat keterlaluan dengan mama mu. Orang yang sudah melahirkan mu ". Murka omar papa deniz. Memang hubungan mereka dari dulu sudah tidak baik. Deniz yang suka membangkang. Deniz yang keras kepala. Berbanding terbalik dari dirinya yang dulu. Selalu patuh dengan apa yang mama dan papanya katakan.

Jangankan merencanakan untuk menjodohkan dia dengan anak kliennya, sebelum dia menikahi ceyda. Deniz sudah lebih dulu memperingati mereka kalau dia tidak akan pernah menikah dengan wanita manapun selain kekasih hatinya, yang baginya, papa juga mama bahkan mama Deniz menyutujuinya. Sulit bagi mereka untuk mendapatkan wanita tersebut lalu berapa lama kemudian Deniz tiba tiba membawa ceyda dan mengatakan mencintainya dan akan menikahinya.

Sampai sekarang ia masih tidak percaya. Deniz sudah menikah. Karna dulu dia menolak keras hal tersebut.

Deniz masih bersikap santai tanpa sadar apa yang telah dia ucapkannya telah melukai hati kecil mamanya.

"kenapa? Tidak bisa? Kalau begitu papa atau kakek bisa menikah lag...".

"DENIS SELIM? ".

Plak...

Satu tamparan keras di sertai teriakan ke murkaan Khaled membuat suasana rumah riuh akan suara pekikan terkejut.

Nenek deniz Segera bangkit. Menenangkan suaminya. Takut hal di luar kendali bisa saja terjadi. Putranya saja bisa di hajar sampai babak belur bahkan masuk rumah sakit, hanya karna sehari bolos sekolah. Apalagi Deniz. Cucu yang dari dulu sangat tidak mematuhinya dan pernah membuat masalah.

"selim? Kamu sadar dengan kata yang baru saja kamu katakan?!". Teriak nenek selim murka. "kamu sudah melukai perasaan mamamu selim? Hanya untuk membela perasaanmu". lanjutnya lagi dengan marah.

"kalian yang meminta". Ujar deniz dingin.

"tapi tidak dengan kata kata yang kurang ajar begitu selim?!". Teriak nenek deniz murka.

Selma mama Deniz memilih diam dengan kedua tangannya menangkup wajahnya.

"kamu sudah sangat membuat kami kecewa Selim? Selma? Kita pulang. Biarkan papa yang selesaikan ini". Omar berdiri. Menarik tangan Selma lembut keluar bersamanya.

"kalian...Tetap di sini". Perintah khaled ketika melihat mama dan papa ceyda mau bangkit berdiri.

Dalam diam keduanya kembali duduk sambil melirik melihat Deniz menantunya.

Setelah hanya tinggal mereka berenam yaitu mama dan papa ceyda. Saudah dan dirinya serta ceyda dan deniz di tambah hidangan teh dan snack yang baru. Deniz dan ceyda kini sudah duduk di sofa menantikan kata kata khaled selanjutnya.

Wajah deniz terlihat dingin sedangkan wajah ceyda, mamanya terlihat sedikit takut. Takut dengan perintahnya ke Deniz yang tidak akan bisa Deniz bantah lagi.

Tak...

Suara khaled meletakkan gelas di meja kaca setelah ia meminum tehnya.

"kamu tahu selim? Jika jika kamu lupa". Khaled menjeda ucapannya menatap Deniz yang berapa di hadapannya sedangkan kakinya tersilang santai.

"aku akan mengingatkan kembali untuk mu! Dan ingatlah ini baik baik selama ada sisa nyawa di dalam tubuhmu". Tatapnya tajam dan dingin ke Deniz.

Semua di sana merasa merinding dengan aura di sana tidak menapik Deniz juga begitu.

Saudah, Nenek Deniz sontak melihat suaminya. 'jangan bilang dia...'.

"khaled...".

"Cucuku yang sebenarnya bukan hanya kamu saja. Akan tetapi ada 2 si kembar yang lain jika saja si pembuat Masalah seperti mu tidak membuat ku kehilangan mereka ". Ucapan Khaled dalam satu tarikan nafasnya sukses membuat kedua manik mata Deniz membulat terkejut begitu juga dengan ceyda, mama dan papa ceyda.

Ceyda shock. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini.

Khaled mendengus keji saat melihat gepalan tangan deniz menggupal sampai buku buku jarinya memutih.

"karna itu berilah cucuku kembali jika kamu merasa bersalah! Kamu bermain kasar jangan harap aku kakekmu membalasmu dengan lembut. Camkan itu Deniz dan persiapkan dirimu". Khaled beranjak dari sana di ikuti Saudah istrinya setelah sesaat menatap cucunya lembut.

Ia hanya bisa menghela nafas lelah. Tidak bisakah cucunya ini mengerti mereka.

Terpopuler

Comments

ERNA Wati

ERNA Wati

tata bahasa nya kurang luwes sedikit, tapi ceritanya bagus

2021-05-16

1

Endang Priya

Endang Priya

deniz terlalu arrogant..bahkan kata" pada orang tua dan kakeknya tdk si filter..biasanya se arrogant apapun seorang anak akan tunduk pada ibunya.

2021-05-10

1

Yulia Novita

Yulia Novita

kurang paham bahasanya thor

2021-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!