BUA 5

Alvin pikir setelah seminggu bahkan lebih, Aina tidak akan pernah lagi membahas tentang aunty cantik yang hanya Aina tau rupanya saja. Tapi Alvin salah Aina selalu antusias menjelaskan aunty cantik yang baru sekali bertemu sudah memeluknya. Alvin heran, jika Aina sudah mengerti mungkin akan Alvin katakan.

'Sayang kamu itu cantik, menggemaskan, lucu, imut. Jadi wajar kalau orang yang ketemu kamu pengennya langsung peluk dan cium.'

Tapi Aina pasti belum mengerti. Alvin jadi penasaran siapa sebenarnya aunty cantik yang menarik perhatian putrinya itu. Alvin kira satu satunya sumber yang bisa memberinya informasi yaitu kakak iparnya.

Malam ini juga Alvin langsung menuntaskan rasa penasarannya. Karena jujur saja Aina yang selalu bercerita tentang aunty cantik bahkan percaya atau tidak cerita yang disampaikan Aina selalu sama setiap menceritakan aunty cantiknya itu. Terkadang alvin bosan mendengarnya, ayolah Alvin yakin pertemuan Aina dan wanita itu tidak lama tapi kenapa bisa begitu berkesan bagi Aina? Alvin memutuskan menelpon Zia.

On the phone.

Zia : Assalamualaikum. Ada apa Vin?

Alvin : Wa'alaikumsalam. Kak abang ada?

Zia : Belum pulang Vin. Ada perlu sama abang?

Alvin : Enggak kak.

Zia : Terus?

Alvin : Duh gimana ya.

Zia : Gimana?

Alvin : Jadi gini kak. Alvin mau tanya semingu lalu waktu Aina ikut ke sekolah Azzam itu Aina ketemu sama siapa sih kak?

Zia : Hmm siapa?

Alvin : Itu kak yang kena es krim nya Aina. Yang Aina panggil aunty cantik.

Zia : Oh itu kenapa emang?

Alvin : Kakak tau?

Zia : Sekila sih kalau ketemu lagi dalam waktu dekat mungkin masih ingat. Emang ada apa Vin?

Alvin : Jadi gini kak semenjak Aina ketemu dia. Kakak percaya atau enggak Aina selalu cerita itu ke Alvin. Bahkan cerita yang sama Aina ulang ulang. Dan akhirnya Aina selalu ngerengek pengen ketemu lagi sama aunty itu. Alvin kan bingung Alvin gak tau apa apa.

Zia : Serius Aina selalu cerita tentang dia?

Alvin : Serius kak. Alvin bingung kadang dia sampai ngerengek minta ketemu aunty cantik.

Zia : Tunggu tunggu. Kalau aku gak salah namanya itu Ha.. Hanifa.. Eh bukan bukan. Hai... Hai oh Haifa iya Haifa namanya. Dia sempat ngenalin diri. Tapi ya kita gak lama ketemu, abis itu yaudah gak ada interaksi lagi kita pergi dia pergi. Gak nyangka bakal seberkesan itu ya buat Aina.

Alvin : Heran Alvin juga kak. Alvin sempet cerita ke ibu. Malah dibilang Aina itu rindu sosok ibu. Dia perempuan pasti dia juga butuh sosok perempuan. Begitu katanya.

Zia : Ya bener sih ibu bilang. Ya walau ibu, Vina dan aku suka ikut jaga Aina tapin tetep kami gak bisa 24 jam sama dia. Kayaknya kamu juga butuh pendamping Vin.

Alvin : Yeh malah ikut ikutan kayak ibu. Yaudah kak, tadi siapa namanya?

Zia : Haifa. Kenapa mau di cari?

Alvin : Iya kali bisa nyari orang cuma pakai nama. Yaudah kak makasih ya. Udah kelamaan. Bisa dimaki aku sama abang kalau istrinya aku telepon malam malam gini.

Zia : Haha ada ada ja. Yaudah aku tutup ya. Assalamualaikum.

Alvin : Waalaikumsalam.

Alvin kembali merenung.

'Haifa. Emang bisa nyari orang cuma pake nama? Alvin Alvin dipikir kota Bandung ini penduduknya cuma dua keluarga.' kata Alvin bermonolog sendiri.

'Haifa, wanita seperti apa sih kamu. Sampai sekali pertemuan dengan durasi yang singkat saja anak saya bisa begitu tertarik dengan kamu.'

Alvin masih ragu apakah ketertarikan Aina pada wanita itu benar karena Aina bisa merasakan ketulusan ati hanya karena Aina yang begitu merindukan sosok wanita yang mampu mendampinginya?

Sudahlah biar nanti Alvin pikirkan lagi siapa yang tau besok Aina sudah lupa dengan wanita itu.

Jadwal Alvin hari ini adalah mengajar di kampus.

"Assalamualaikum." ucap Alvin saat memasuki kelas.

"Wa'alaikumsalam." jawab mahasiswa/i serentak.

"Seperti yang saya jadwalkan minggu lalu, minggu ini kelas ini akan presentasi hasil penelitian 2 minggu lalu. Bagi yang saya panggil harap mempersiapkan untuk presentasi."

"Untuk yang presentasi minggu ini 10 orang. Yaitu,  Rizwan, Ahmad, Alya, Alfian, Fitriani, Haikal, Hai..." Alvin menggantung ucapannya berusaha mengingat sesuatu.

'Namanya sama.' ucap Alvin dalam hati.

"Haifa, Dini, Hisyam dan Putra. Yang saya sebutkan namanya tolong persiapkan urutan untuk kalian presentasi. Dan sisanya Minggu depan dan minggu setelahnya."

Sekarang giliran Haifa, nama yang sejak tadi menjadi perhatian Alvin.

"Haifa dari tadi pak Alvin aneh banget loh sama kamu, pas nyebutin nama kamu juga ke potong. Tetus sekarang kamu mau maju liatinnya horor banget." bisik Dinda.

"Sttt udah ah. Do'ain aku ya. Bismillah." ucap Haifa sebelum maju ke depan.

Selesai Haifa mempresentasikan hasil penelitiannya kawan kawan sekelasnya tampak kagum dan memberikan tepuk tangan. Tapi lain dengan Alvin.

"Cukup." Ucap Alvin. 

"Siapa nama kamu?" tanya Alvin.

"Haifa." jawab Haifa.

Tanpa kompromi tanpa aba aba. Alvin menyobek makalah yang Haifa berikan.

Haifa kaget, mahasiswa lainpun tak kalah kaget. Menurut kawan kawannya sesama mahasiswa tidak ada yang salah dengan penelitian yang Haifa lakukan dan hasil yang tadi di presentasikan.

Sebagai mahasiswa Haifa malu dan juga merasa tidak dihargai selama kuliah di tempat ini baru sekali ia melihat dosen berlaku demikian pada mahasiswanya. Sumpah serapah sudah terkumpul di dalam benak Haifa. Jika yang di depannya ini bukan dosen mungkin kata kata kekesalan sudah keluar dari mulutnya.

Apalagi saat Alvin menyuruh Haifa kembali ke tempatnya tanpa penjelasan apapun.

"Oke silahkan kembali. Dan silahkan untuk yang selanjutnya." ucap Alvin.

Haifa kembali ke tempat duduk. Demi Allah saat itu juga rasanya ia ingin menangis. Setelah kembali duduk Haifa langsung menundukan kepalanya di atas meja. Sungguh malu benar benar malu diperlakukan begitu di depan kelas. Dinda yang ada di sampingnya hanya bisa mengelus punggung Haifa.

Alvin tidak buta, Ia melihat itu. Walaupun memang citra Alvin bagi para mahasiswa adalah dosen yang galak, tegas, pelit nilai teoritis dll. Tapi Alvin tidak pernah berbuat seperti itu. Ini pertama kali dan mungkin terakhir. Karena sebenarnya Alvin punya alasan kenapa ia harus setega itu.

Setelah selesai perkuliahan, Alvin menutup kelasnya.

"Oke baik pertemuan minggu ini cukup sekian. Untuk minggu depan kita akan kembali dengan presentasi. Tolong semuanya mempersiapkan dengan sebaik baiknya karena saya akan menyebutkannya secara random."

"Saya tutup pertemuan minggu ini. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." jawab semua kecuali Haifa.

"Oh iya satu lagi. Untuk Haifa sekarang ikut saya ke perpustakaan lantai 3." ucap Alvin sebelum benar benar meninggalkan ruangan. Saat itu semua mata satubkelas tertuju pada Haifa.

"Haifa baik baik aja kan?" tanya Dinda.

"Aku gak apa apa kok. Aku temui pak Alvin dulu ya." pamit Haifa.

"Yaudah. Kamu hati hati yaa. Takutnya dia ngamuk ngamuk." kata Dinda.

Dengan setengah hati dan setengah tenaga Haifa mengikuti dosennya itu.

Lantai 3 perpustakan merupakan tempat yang jarang dikunjungi kecuali mahasiswa tingkat akhir yang membutuhkan referensi jurnal ataupun skripsi.

Alvin dan Haifa duduk berhadapan.

"Ada apa bapak memanggil saya? Dimana letak kesalahan saya dan apa saja yang harus saya revisi?" tanya Haifa to the point tanpa melihat Alvin.

"Siapa lengkap kamu?" tanya Alvin.

"Haifa Tazkia Shafira."

"Oke Haifa Tazkia Shafira. Sebelumnya saya minta maaf karena perlakuan saya di kelas tadi mungkin sudah membuat kamu sakit hati dan malu."

"Langsung saja ke point nya pak." ucap Haifa.

"Sebenarnya tidak ada masalah dengan makalah dan hasil penelitian kamu hanya saja..."

"Tunggu. Bapak bilang tidak ada masalah? Tapi bapak robek makalah saya di depan kelas?"

"Jangan potong ucapan saya." tegas Alvin.

"Saya melakukan itu karena saya ingin mencari alasan untuk bicara empat mata dengan kamu." ucap Alvin.

"Dengan cara tidak menghargai pekerjaan orang lain?" tanya Haifa.

"Oke saya minta maaf. Saya jamin nilai kamu di mata kuliah saya semester ini A+." jawab Alvin.

"Maaf pak. Saya tidak tertarik. Saya masih ada kelas setelah ini. Permisi. Assalamualaikum." ucap Haifa sambil sesegera mungkin meninggalkan Alvin.

"Wa'alaikumsalam." jawab Alvin pasrah.

Alvin salah ya Alvin menyadari itu. Caranya salah, seharusnya tidak dengan cara semena mena seperti itu.  Tapi rasa penasarannya untuk mencari sosok yang sering di ceritakan putrinya seakan membuat Alvin benar benar harus sesegera mungkin mencari tau. Dan rasa sayangnya terhadap Aina membuat Alvin seakan ingin mengabulkan apapun yang diminta Aina.

Cara mengetahui benar ataupun tidak jika Haifa mahasiswanya ini orang yang dimaksud Aina atau bukan hanya dengan mempertemukan keduanya.

Tapi bagaimana? Setelah ini pasti hanya ada kebencian dari Haifa untuk Alvin.

**To Be Continued...

See You Next Part**...

Terpopuler

Comments

Ida Lailamajenun

Ida Lailamajenun

yah pak duda awal berjumpa bukan kasih kesan yg baik ma Haifa malah nyobek makalah🤦kayaknya pak duda bukan tipikal cwok yg bisa ambil celah buat deketin perempuan nih klu caranya bgn gk bakal bisa dapet bunda buat Aina😂😂

2022-06-24

0

moemoe

moemoe

bego bgt..aslii

2022-04-07

0

Har Tini

Har Tini

duhhh alvian ambil tindakan seenak ny aja ga bisa tanya dulu apa bikin sakit hati haifa aja

2022-02-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!