Ruangan itu tampak ramai lalu sepi saat ia melangkah. Bisikan ejekan itu terdengar jelas di telinganya. Di masa lalu ia sangat terbiasa akan hal ini. Dan di masa ini pun itu bukan masalah besar. Ia duduk di bangku belakang. Menatap teman sebangkunya yang terlihat asik dengan laptopnya.
"Kau datang lebih awal?" sapa Nero saat Ellina baru saja duduk.
Ellina mengangguk. Nero adalah satu-satunya orang yang biasa berbicara padanya di dalam kelas. Selain itu, semua orang menjauhinya karena malu. Ia adalah kecacatan dalam jurusan IT.
Riuk keramaian kembali terdengar keras saat wajah-wajah tampan berdiri di ambang pintu. Itu adalah Alvian Raitrama D. R. dan Lykaios Canuto dari keluarga Canuto. Dua pangeran tampan ini sudah menjadi idola sejak lama. Tak ada yang mengetahui nama keluarga Alvian. Karena ia tak pernah mencantumkan kepanjangan namanya.
Lykaios duduk di bangku depan saat Alvian maju di depan kelas dan menepuk-nepukkan tangannya agar suasana tenang. Ia tersenyum semangat lalu menghidupkan laptopnya.
"Semuanya dengar. Aku telah menciptakan pertahan baru untuk keamanan akses universitas kita. Aku bertaruh tak ada satu orangpun di sini yang dapat meretasnya."
Decakan kagum itu terdengar riuh. Namun mata Ellina berkelip minat. Di masa lalu ia sangat ingat, bahwa kemampuan komputernya sangat luar biasa. Namun karena kebodohan perjodohan keluarga itu semua hancur. Kali ini ia tak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Benarkah?" jawab Ellina dengan senyum remeh. "Bagaimana jika salah seorang dari kita dapat meretasnya?"
Seluruh tatapan mengarah ke Ellina. Senyum mengejek itu tercetak jelas di setiap wajah.
"Hei, kau kecacatan kelas. Diam saja jika sudah bodoh dan tak tahu apa yang kami bicarakan."
Itu adalah suara Ariella Aldercy. Sang dewi kecantikan dari jurusan IT. Menyandang gelar gadis tercantik setelah Lexsi Larissa, adiknya.
"Mengapa kami memiliki monster hidup sepertimu di jurusan kami?"
"Ahkkk, sangat memalukan."
"Aku bahkan tak bisa berpikir saat menatap wajahnya. Sangat mengerikan!"
Itu adalah suara Valerie dan antek-anteknya. Mereka adalah pengikut Ariella yang sejati.
Mendengar itu Ellina tersenyum tipis. "Bagaimana jika salah satu dari kita dapat meretasnya?" ulangnya menatap Alvian di depan sana.
Wajah Alvian mengeras. Ia menatap Ellina sekilas. "Kupastikan tak akan ada yang dapat meretasnya. Ini adalah pertahanan tingkat tinggi."
Mendengar itu minat Ellina kian bangkit. "Ayo bertaruh." ajunya memecahkan keterkejutan. "Tentu, satu universitas boleh mengikuti ini jika mampu."
"Bertaruh?" Lykaios menatap minat. "Tak buruk. Itu dapat di coba. Jika ada yang dapat melebihi IQ Alvian dalam membobol pertahanan ini, maka aku akan bertaruh pada laptopku untuk pemenangnya."
Suara riuh itu kembali gaduh. Itu adalah laptop sang Pangeran. Sudah pasti dalam mode versi terbaru dan kecepatan yang luar biasa.
Ellina tersenyum senang. Bagus, ia tak memiliki laptop baru sekarang. Laptopnya sangat usang. Dan seluruh tabungannya tak bersisa untuk membeli laptop baru yang layak. "Menarik. Aku akan menerimanya."
Kilatan kesal terlintas di mata Alvian. "Lalu jika kau kalah, apa yang kau taruhkan?"
Ellina diam. Ia tak nemiliki apa-apa sekarang. Bukankah hidup ini masih tak adil meski ia telah hidup dua kali?
"Apa yang kau minta?"
Mesku begitu, Ellina tak gentar sama sekali. Suaranya terdengar tenang, ia sangat yakin kemampuannya belum berkurang. Meski ia tak pernah menyentuhkan jarinya pada keyboard tujuh tahun lalu. Tapi ia butuh perubahan sekarang. Di masa depan ia akan butuh pekerjaan. Dan ini bisa menjadi latihan untuknya.
Tatapan menjijikkan pada kata-kata Ellina mengundang api dalam benci. Seluruh ruangan berdecih muak pada omong kosong yang Ellina ajukan.
"Jika kau dapat meretas pertahanan yang aku ciptakan, aku juga akan memberikan laptopku. Di tambah milik Lykaios, jadi pemenangnya akan memiliki dua laptop."
Seruan kejutan kembali terdengar menyambut kata-kata Alvian. Dua laptop dan dari dua Pangeran tampan. Ini sudah pasti berkah dari surga.
Ellina tersenyum tipis. Wajahnya menunjukkan penuh minat. Ia menoleh pada pria di sampingnya. "Nero, kau menginginkan laptop siapa?"
Nero terperangah. "Kau tak bermaksud melawan mereka kan? Hentikan. Mereka dari kalangan atas. Pertahanan keamanan itu juga sudah pasti sulit di tembus. Jangan terlalu bermimpi."
"Kau tak menginginkannya?" tanya Ellina sambil memicingkan matanya. "Pinjamkan aku laptopmu. Dan saat aku menang, kau bebas memilih dari keduanya."
"Kau yakin?" tanya Nero serius. Dan Ellina hanya menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, aku lebih minat milik Alvian."
"Alvian, baiklah. Pinjamkan aku Laptopmu." Ellina menarik Laptop Nero ke hadapannya. Lalu beralih pada Alvian di depan sana. "Aku menerima tantanganmu."
Alvian tertawa sinis. Gadis ini sungguh berani. Ia tak pernah mengganggu orang sebelum ini, namun hari ini, ia tampak berbeda. Ini baru pertama kalinya, ia berbicara pada kecacatan di jurusannya. Dan gadis itu menentangnya!
"Jika kau kalah, aku ingin kau menunjukkan wajah aslimu tanpa make up! Lalu angkat kaki dari jurusan IT!" teriak Alvian membuat keputusan.
Lykaios mendelikkan matanya. Tampak tak setuju. "Apa kau gila? Make up saja sudah cukup mengganggu. Apa lagi tanpa make up. Kau ingin aku muntah?"
"Setuju!"
"Ini akan jadi tamparan untuknya. Beraninya melawan Pangeran kelas kita."
"Apa dia sudah gila? Dia tak pernah berulah sebelumnya, tapi kali ini dia cari mati!"
Seru-seruan itu terus berlanjut. Ellina tersenyum pada keinginan Alvian. Itu sangat mudah untuknya. Lagi pula, wajahnya mulai terasa berat dengan make up tebal setiap hari. Di masa lalu ia melakukan semua ini untuk suaminya. Tapi kali ini, ia tak akan melakukannya lagi. Ia lelah.
"Apa kau tak akan menyesal? Kau bisa saja tergila-gila padaku," ucap Ellina menyulut massa.
Tawa menyambut. Itu adalah kesadaran tingkat tinggi yang pertama kali ia kumandangkan. Biasanya Ellina sangat jauh dari masalah apa lagi menciptakan hal gila seperti ini.
"Apa kau waras? Aku tergila pada wajahmu! Bermimpilah sampai kau mati!" maki Alvian keras. Habis sudah kesabarannya.
"Baiklah, aku terima. Silahkan siapkan make up remover sebanyak mungkin."
Ariella dan Valerie langsung mengeluarkan make up remover dari dalam tas mereka.
"Ada di sini," ucap mereka bersamaan.
Tawa puas terdengar dari seluruh ruangan.
"Ini akan menjadi hari terakhir kecacatan sekolah!"
Itu adalah keyakinan pasti dari mereka. Namun Ellina sama sekali tak goyah. Wajahnya tetap tenang dengan tangan memegang laptop di depannya.
"Tunggu apa lagi. Aku ingin ke ruangan siar universitas. Biarkan mereka semua tahu wajah aslimu!"
Ellina bangkit dan tak keberatan. "Bersiaplah untuk laptopmu,"
Rombongan itu bergegas pada ruangan siar di universitas. Berita ini menyebar dengan cepat. Kecacatan IT VS Pangeran tampan. Itu adalah kata ucap pertama yang langsung naik kepermukaan. Menjadi sangat heboh di seluruh universitas dengan tingkat keramaian yang maksimal karena ingin menyaksikan semuanya. Ruangan itu siap merekam. Dua orang itu saling duduk berhadapan dengan laptop di hadapannya masing-masing.
"Jika kau tak menembusnya dalam waktu satu jam, maka kau harus mengangkat semua kotoran di wajahmu!"
Ellina mengangguk pada kata-kata Alvian. Ini adalah pertandingan pertama sejak tajuh tahun lalu kehidupannya. Dan ia tak akan kalah semudah itu.
"Mulai,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
elzbth34
beda banget sama yang di wp sumpah dah beda jauh bangett
2021-06-03
0
vincentia gita Kumalasari
selalu amaze ama novel2mu thor.... aq pada mu dah...
2021-02-03
0
zain akbar
jantung ku ikut maraton..makkkk
2021-01-24
4