Tak teresa waktu sudah menunjukkan waktu magrib.
Afifah terbangun dari tidur nya.
Segera menuju Kamar mandi, dia mengambil air wudu dan melaksanakan kewajibannya.
Setelah selesai.
Dia beranjak keluar kamar dan menuju kelantai bawah.
Terlihat Bi Ani dan sang Ibu sedang menyiapkan makan malam.
Afifah pun bergegas menuju meja makan, berniat membantu.
"Ada yang bisa Afifah bantu Bu." Ucapnya.
Sang Ibu tersenyum, melihat kedatangan Afifah.
"Semua udah siap nak, kamu duduk aja.Kita makan."
"Iya Bu, Afifah juga sudah laper, hehe." Ucap Afifah sambil duduk dan mengusap perutnya.
Kemudian mereka makan malam bersama.
Ibu Aisah terlihat lebih dulu menghabiskan makanannya.
''Oh iya Fi, ada yang mau ibu bicarakan denganmu." Lirih sang Ibu dengan suara lembutnya.
"Iya Bu, mau bicara apa?, keliatan nya serius."
Jawab Afifah dengan nada penasaran.
"Sudah, kamu habiskan dulu saja makananmu."
Afifah pun mengangguk.
"Yaudah ibu mau beresin ini dulu.''
Ibu Aisah pun beranjak dari meja makan membawa piring kotor menuju tempat pencucian piring.
Ya walau dirumah itu sudah ada Art ,tapi ibu Aisah dan Afifah sudah terbiasa selalu membereskan bekas makannya dan mencuci piring bekas mereka makan. Terlebih jika selesai makan malam, mereka pikir kasian jika harus terus mengandalkan Art karna malam hari waktu nya mereka beristirahat.
Tak lama kemudian Afifah pun menyusul sang Ibu kedapur.
"Sudah selasai makannya sayang." Ucap Bu Aisah sambil menata piring yang sudah bersih.
"Sudah Bu.'' Ucap Afifah sambil tersenyum..
Kemudian Afifah membantu sang ibu menata piring tersebut.
Setelah selesai.Mereka pun menuju ruang keluarga. Afifah menyalakan tv.
"Afifah sini Nak." Ucap sang ibu sambil menepuk sopa kosong disampingnya.
Afifah pun duduk disamping ibunya.
Ibu Aisah tersenyum kemudian ia mengelus kepala Afifah yang tertutup hijab dengan lembut.
"Gimana pekerjaan kamu?" Lirihnya
"Alhamdulillah semua nya lancar Bu, dan butik kita kebanjiran orderan gaun pengantin."
Ucap Afifah dengan tawa renyah merangkul tangan sang ibu.
"Alhamdulillah, ibu mau bicara serius sama kamu nak." Ucap Bu Aisyah.
"Bicara saja Bu, tapi kayanya serius banget Bu? Afifah jadi penasaran." Ucapnya.
"Sayang,umur kamu kan sekarang sudah matang, dan ibu rasa kamu sudah cocok menjadi seorang istri."
"Bu, tapi..." Belum saja Afifah menyelesaikan ucapannya.
"Sayang Ibu hanya menyampaikan amanat pesan terakhir Ayahmu. Persiapkan dirimu nak, karna sebentar lagi akan ada lelaki yang akan meminangmu." Ucap sang Ibu tersenyum dan lembut.
Deg..Jantung Afifah serasa berhenti, nafas terasa sesak dan badan nya melemas.
Afifah tidak bisa berkata apa pun. Matanya terlihat berkaca-kaca, dan air matanya pun lolos terjatuh.
"Afifah besok lelaki tersebut akan datang kerumah kita bersama orang tua nya, ibu harap kamu tidak mengecewakan ibu dan almarhum Ayahmu." Lirih Bu Aisyah.
Kemudian sang Ibu berajak pergi meninggalkan Afifah yang masih terlihat shock dengan pembicaraan sang Ibu.
"Maafkan ibu Afifah, ibu yakin kamu tidak bisa menerimanya, tapi Ibu percaya kamu tidak akan mengecewakan Ibu, terutama almarhum Ayahmu. Ibu tau ini sangat berat. Mas apakah yang kita lakukan ini benar, tapi hatiku sudah sedikit lega setidaknya aku sudah melaksanakan amanah mu yang terakhir kali nya, dengan menjodohkan Afifah dengan lelaki pilihanmu. Semoga kau tenang dan bahagia disana suamiku." Lirih Bu Aisah didalam hati sambil berjalan menuju kamarnya.
Sementara Afifah tak kuasa menahan tangisnya dia pun benjak pergi ke kamar nya.
Afifah membaringkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya.
"Ya tuhan, qpa yang harus aku lakukan, aku tidak mungkin menolak ke inginan orang tuaku, aku tidak ingin melihat mereka kecewa.
Tapi siapa lelaki itu, ya tuhan berikan aku jalan yang terbaik."Lirih Afifah.
Sudah sekitar 1 jam Afifah menangis.
Dia tersadar dan beranjak dari kasurnya.
Waktu menunjukan 21.00.
Afifah pun sontak membulatkan matanya iya lupa kalau iya belum solat isya.
Afifah pun segara mengambil air wudu.
Kemudian dia melaksanakan kewajibannya.
Setelah selesai, Afifah merasa hati nya sedikit damai.
Dia pun beranjak keluar kamar, menuju kamar sang ibu.
"Tok ..tok..tok..."
"Bu.." Afifah memanggil ibunya.
"Iya masuk Nak." Jawab Bu Aisyah.
Afifah pun masuk dan terlihat sang ibu sedang bersandar di ranjang tempat tidurnya.Terlihat sang ibu sedang memegang bingkai foto, foto tersebut tak lain adalah foto pernikanan Ibu dan Ayah nya.
Mata ibu Aisah terlihat sembab seperti orang habis menangis.
Afifah pun menghampiri sang Ibu. Lalu iya duduk disamping ibu nya.
Bu Aisah menyimpan kembali bingkai Poto tersebut di tempat semula.
"Belum tidur sayang?" Ucap bu Aisah tersenyum sambil mengelus bahu Afifah.
"Belum Bu belum mengantuk. Bu apa ibu menangis?" Tanya Afifah.
"Tidak sayang." Jawab Bu Aisah dengan senyum manisnya.
"Ibu hanya kangen sama almarhum Ayahmu." Ucapnya.
"Bu..."
"Iya sayang."
"Afifah mau kok menikah dengan lelaki pilihan Ibu dan almarhum Ayah, Afifah yakin ini jalan terbaik untuk Afifah. Sekarang Ibu jangan nangis ya, Afifah gak mau air mata berlian ibu ini terjatuh,Afifah sayang sama ibu." Ucapnya.
Kemudian Afifah memeluk sang Ibu dan air matanya pun kini kembali terjatuh.
Ibu Aisah pun terlihat bahagia. Lalu membalas pelukan Afifah.
"Ibu tau kamu tidak akan mengecewakan kami na. Walau pun ibu tau ini berat, kamu harus menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, tapi ibu harap suatu hari nanti kamu akan bahagia." Lirih ibu Aisah didalam hati.
Bu Aisah pun perlahan melepaskan pelukannya.
"Terimakasih nak, ibu yakin almarhum Ayah pasti senang melihat ini." Ucap Bu Aisyah.
Kamudian Afifah pun mengangguk.
"Bismillah ya Allah. Semoga keputusanku ini tidak salah. Ayah Afifah akan melaksanakan keingin Ayah. Afifah akan menerima pinangan lelaki yang ayah pilihkan. Semoga ayah selalu bahagia disana." Lirih Afifah dalam hati.
"Sudah kamu tidur sayang, ini sudah malam
dan ingat jangan menangis.nJelek kalau menangis." Goda sang Ibu, sambil mengusap pipi Afifah yang basah.
Afifah pun tersenyum.
"Bu boleh gak Afifah malam ini tidur sama ibu?" Ucapnya.
"Tentu saja sayang, sini."
Afifah pun membenahi posisinya,dia tidur disamping sang ibu, sambil memeluk sang Ibu.
Bu Aisah tersenyum sambil mengelus bahu anaknya tersebut.
Tak lama Afifah dan ibunya pun tertidur.
*** *** ***** **
Sementara diruangan kerja yang cukup luas.
terlihat Arka masih duduk di kursi kebesarannya.
Dia mengacak-ngacak rambutnya dengan kasar dan mengusap wajah dengan kasar. Pria tersebut keliatan sangat prustasi.
Tak lama kemudian datang seseorang.
"Tumben Pak Bos masih dikantor, gak biasanya." Ucap seseorang tersebut tak lain adalah Beni, asisten Arka sekaligus sahabatnya tersebut.
Huuuhhh. Arka menghelai napas panjang.
"Kenapa luh Bos, luh sakit. Sonoh pulang istirahat. Ini udah malem Pak Bos." Ucap Beni.
Arka melihat jam mewah yang terlihat di tangannya.
22.30
"Lah luh sendiri,Kenapa masih disini Ben?" Ucap Arka.
"Ada kerjaan dikit lagi nanggung Pak Bos."
"Emm..." Ucap Arka.
"Terus Pak Bos tumben belum pulang jam segini. Biasanya juga baru menjelang sore sudah tidak keliatan batang hidung nya." Ucap Beni dengan nada sedikit mengejek.
"Sialan loh." Ucap Arka sambil melemparkan bulpoin ke arah Beni. Tapi dengan sigap Beni menangkap nya.
"Kebiasaan luh Bos, lagian luh kenapa sih, lagi ada masalah? Cerita lah sama gw." Ucap Beni.
"Ngak kok gw gak ada masalah."
"Terus?" Ucap Beni.
"Lagi males aja pulang kerumah."
"Luh berantem sama si manja itu ya, keliatan prustasi luh."
"Ngak gw sama Vina baik-baik aja, gw mau nikah Ben." Ucap Arka.
Sontak Beni pun terkejut dan menghampiri Arka.
"Luh serius mau nikah, luh gak bencana kan?luh mau nikah sama si manja itu.
Mendadak amat. Apa jangan-jangan Vina hamil lagi, waah gak beres luh Pak Bos." Ucap Beni panjang lebar.
Arka pun menggelengkan kepalanya.
"Ya ampun Ben luh ngomong udah kaya emak-emak yang lagi belanja dipasar deh. Nyerocos Mulu." Ucap Arka dengan nada kesal.
Beni pun tersenyum sambil menggaruk kepala yang tidak gatal..
"He..he..he..Sory..Sory Bos. Habis gw kaget aja gitu."
"Gw dijodohin sama orang tua gw."
Sontak Beni pun kaget.
"What? Dijodohin bukannya Om dan Tante tau kalau luh dan Vina pacaran. Bahkan kalian sudah pacaran sejak lama." Ucap Beni,Beni menatap Arka terheran.
''Gak tau gw juga gak ngerti dan gw bingung gak tau harus gimana."
"Terus si Vina tau tentang perjodohan luh." Ucap Beni.
Arka hanya menggelengkan kepala.
"Hadduhh. Bisa perang Dunia kedua ini. Mungkin lebih parah bisa-bisa perang dunia ketiga, kalau si Vina sampe tau." Pekik Beni.
"Aaaaahhhhggg." Arka berteriak.
"Gw bingung Ben harus gimana, gw cinta banget sama Vina, gw gak mungkin ninggalin dia, gw mau nikahnya sama Vina, gw gak tau harus jelasin sama dia gimana. Dan Papah akan menikahkan gw satu bulan lagi." Ucap Arka. Terlihat arka sangat prustasi.
Beni pun menepuk bahu Arka..
"Sabar Bos. memang nya wanita yang mau om Tante jodohkan itu bagaimana sih, jadi penasaran gw." Ucap Beni.
"Gak tau Ben, gw juga belum Liat."
Beni pun terlihat kaget lagi.
"What? Belum liat, tapi sebulan lagi kalian mau nikah." Ucap Beni.
"Tapi ya Bos kalau boleh gw saranin. Luh coba aja dulu pendekatan sama dia, siapa tau dia lebih waaaoow gitu dari pada si manja itu." Ucap Beni menggoda Arka.
"Apaan sih Ben, dihati gw cuman ada Vina seorang Ben.'' Ucap Arka angkuh.
"Cih..Ya kan gak salahnya dicoba Bos." Ucap Beni.
"Tau lah Ben pusing gw." Ucap Arka.
"Aduh lagian ya bos. Luh tinggal bilang aja gak mau gitu sama Om dan Tante, kalau luh gak mau dijodohin susah amat sih."
"Ben, luh kaya kagak tau Papah aja gimana, kalau gw bisa nolak, gw gak akan prustasi kaya gini." Ucap Arka, dengan ketus.
"Yaudah sih bos kalau gitu terima aja,
kaya nya gw juga lebih setuju loh sama cewek pilihan Om, dari pada si manja itu." Ucap Beni.
"Vina beni. Namanya Vina, enak aja luh gantiin nama anak orang bagus-bagus jadi si manja." Ucap Arka,dengan nada kesal, kemudian menjitak kepala Beni..
"Pletakk."
"Aduuuh sakit Pak Bos, sadis luh." Ucap Beni,sembari mengelus kepala yang di kotak Arka.
Beni memang tidak terlalu suka dengan Vina. Dia meresa kalau Vina selalu merepotkan Arka dengan tingkah manja nya. Apalagi kalau mereka berdua sedang berantem. Dunia bagaikan perang kedua, ya Beni selalu menjadi imbas nya jika Arka sedang bertengkar dengan Vina.
"Dasar Bucin." Ucap Beni pelan, tapi sauranya masih terdengar oleh Arka.
"Apa loh bilang? Luh benar-benar sudah bosan kerja disini hah." Ucap Arka dengan nada kesal.
Tapi didalam hatinya sebenernya iya becanda bicara begitu, Arka hanya menggertak beni saja.
"Iya ...Iya...Iya...Ampun Pak Bos, saya cuman becanda kok, hehe hehe." Ucap Beni.
"Sudah ah gw mau pulang." Ucap Arka sambil beranjak keluar ruangannya.
"Tunggu pak Bos, gw juga mau pulang, gw nebeng ya. Soalnya mobil gw lagi dibengkel." Ucap Beni dengan nada sedikit memelas.
Arka tidak menyahut Beni. Dia masih terus berjalan menuju lif khusus dan Beni mengekori Arka dari belakang.
"Ting." Lif terbuka dan mereka sampai ke loby, Arka dan Beni menuju mobil Arka.
Mereka pun melaju dengan kecepatan agak tinggi.
"Bos pelan-pelan napa bawa mobilnya, gw belum siap mati Bos." Ucap Beni.
Arka pun tidak menggubris ucapan Beni, Malah Arka menambah kecepatan mobilnya karna jalanan terlihat kosong mungkin karena sudah larut malam.
***
Jangan lupa like, comen and vote
Terimakasih.🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Sunarti
masih penasaran sama jodoh Fifah
2022-10-31
0
Mega Biru
kasian di jdohin ma tmennya, tar jdi musuhan Afifah ma vina
2022-03-03
0
Nurma Galih
frustasi
2021-12-18
0