...ILMU TUJUH GERBANG ALAM SEMESTA ...
...Episode 3...
Dengan rasa gentar ki Jampalu memandang ke arah Rajawali Merah. Yang dipandang hanya tersenyum mengejek. Kemudian Rajawali Merah menunjuk ke arah Dewa Pedang Perak. Nampak sekilas dari telunjuk tangannya membias semacam embun, menandakan di balik telunjuk itu sebuah tenaga yang amat dahsyat siap terlontar.
Melihat itu, seketika Pendekar Tongkat Emas melesat ke arah Rajawali Merah.
“Maafkan kelancangan hamba, ketua. Biarkan hamba yang membereskan orang yang tak tahu diri itu. Tak perlu ketua mengotori tangan sendiri.”
Rajawali Merah pun mengangguk tersenyum. Kemudian ia duduk kembali di kursi tandunya, lalu tangannya memberi isyarat kepada pembawa tandu untuk pergi. Sang pemuda sakti itupun berlalu meninggalkan tempat itu. Sama seperti ia datang, perginya pun dibawa bagaikan terbang.
“Sebaiknya kau menyerah saja Jampalu, bergabunglah dengan kami, tentu aku jamin keselamatanmu,” bujuk ki Jaya Prana. Lelaki itu memandang iba ke arah murid keponakannya.
Sementara keadaan murid-murid perguruan Pedang Perak makin tak karuan. Setelah kepergian Rajawali Merah tanpa dikomando orang-orang Istana Lembah Neraka mulai menyerang. Walaupun menang jumlah, tak satupun anggota Istana Lembah Neraka mampu mereka lukai. Yang ada jumlah mereka yang semakin berkurang. Sehingga saat ini tinggal ki Jampalu dan 4 orang murid utamanya saja.
“Cukup!!!” perintah ki Jaya Prana. “Masih keras kepala kah kau Jampalu? Percuma kalian melawan, hanya mengorbankan nyawa sia-sia.”
Keadaan lima orang guru dan murid itu benar-benar mengenaskan. Baju putih mereka berubah warna kemerahan karena keringat bercampur darah. Nafas mereka terlihat sangat lemah. Hanya ki Jampalu yang terlihat mendingan. Walaupun yang paling tua, tapi masih mampu mengimbangi orang-orang baju hitam yang menyerangnya.
“Tak akan kami menyerah kepada iblis-blis macam kalian,” tegas ki Jampalu dengan nafas yang mulai berat. Sekilas diliatnya lima murid yang masih tersisa sudah nampak kepayahan, mungkin sebentar lagi akan tumbang kehabisan darah atau kelelahan.
“Hmm... keras kepala kau Jampalu. Baiklah, aku kabulkan keinginan kalian yang mau cepat-cepat ke akhirat,” balas ki Jaya Prana sambal menggeleng perlahan dengan nada menyesalkan. “Padri Sesat!! Aku serahkan mereka padamu. Aku dan anggota yang lain akan kembali menyusul ketua.”
“Baik Tongkat Emas! Aku memang masih ada hutang piutang dengan Dewa Pedang Perak ini hehe,” jawan Padri Sesat dari Utara yang rupanya turut serta dalam rombongan Istana Lembah Neraka yang datang.
Tak lama kemudian Pendekar Tongkat Emas bersama orang-orang berpakaian hitam lainnya meninggalkan tempat itu. Kini ki Jampalu hanya menghadapi Paderi Sesat dari Utara. Namun tetaplah sangat berat, dalam keadaan biasa saja belum tentu ia bisa menandingi Paderi tua itu, apalagi kini dalam keadaan terluka parah. Walau ia dibantu lima orang muridnya, tetap saja keadaannya tidak menguntungkan.
“Bagaimana Dewa Pedang Perak, kita lanjutkan pertarungan kita kemarin. Majulah kau bersama murid-muridmu sekalian,” ejek Padri Sesat dari Utara.
“Huh, besar sekali lagakmu. Kau sudah tahu kami tak akan sanggup lagi melawanmu hingga dengan mudah kau menghina kami,” balas ki Jampalu.
“Haha... Bersiaplah kalian mati!!” secara cepat Paderi Sesat dari Utara menerjang ke arah ki Jampalu dan murid-muridnya. Dengan susah payah mereka menghindari serangan-serangan dari lawannya yang tanpa belas kasian menyerang dengan jurus-jurus mematikan.
“Akhh...”
“Ugh…”
Dua orang murid Dewa Pedang Perak menjadi korban tendangan Paderi Sesat dari Utara. Keduanya langsung tewas dengan dada menghitam. Sedangkan yang lain bergulingan menghindari.
Dengan susah payah Dewa Pedang Perak mencoba bangkit. Keadaannya semakin memprihatinkan. Sedangkan tiga orang sisa muridnya tak mampu lagi bangkit, sesak dada yang mereka rasakan ditambah lagi tenaga mereka yang seakan telah habis membuat mereka hanya mampu berbaring mendekap dadanya masing-masing.
“Hehe… hari ini Dewa Pedang Perak akan tinggal nama, dan berakhir ditangan Paderi Sesat dari Utara hahaha,” Paderi Sesat dari Utara tertawa penuh kemenangan. Sebentar lagi seorang pendekar sakti dunia persilatan akan binasa di tangannya. Tentu hal ini akan membuat namanya semakin dikenal. Diapun melesat ke arah Dewa Pedang Perak. Telapak tangannya yang kelihatan menghitam menandakan ia sudah menggunakan pukulan beracun andalannya.
Ki Jampalu yang sudah tidak berdaya lagi hanya bisa memejamkan mata menerima takdir. Sekelebat pikiran merasa dirinya sangat bernasib malang. Apa yang selama ini diperjuangkannya semuanya telah musnah, bahkan kini nyawanya pun terancam lepas dari raga. Serangkuman angin menderu berbau busuk yang berasal dari telapak tangan si Paderi Sesat dari Utara menyerang ke arahnya. Semakin dekat rasanya kematian menghampirinya.
Bukk!!
“Ukh...”
“Huekhh…”
Beberapa saat ki Jampalu kebingungan. Pukulan Paderi Sesat dari Utara tak kunjung datang kepadanya. Malah ia mendengar suara tenaga beradu, bahkan serangkum angin lembut sempat menerpa ke arahnya. Ki Jampalu pun membuka matanya. Entah kapan datangnya, di depannya sudah ada sesosok berbaju biru muda membelakanginya. Sementara itu sekitar tiga tombak dari orang berbaju biru itu, terduduk Paderi Sesat dari Utara dengan keadaan memegang dada dan mulutnya berdarah.
“Bagaimana keadaanmu paman?”
Ternyata orang berbaju biru itu merupakan seorang pemuda yang berumur tiga puluh tahunan.
“Jaka! Syukurlah kedatanganmu tepat pada waktunya… hhh…” ki Jampalu tak kuasa lagi menahan tubuhnya. Ia pun limbung roboh dan pingsan. Sementara itu orang yang dipanggil Jaka itu dengan cepat menyambar tubuh ki Jampalu agar tidak jatuh ke tanah.
“Cempaka, bantu aku mengurus paman Jampalu, biar aku bisa membereskan Paderi Sesat itu.” Jaka memanggil seorang perempuan yang tak jauh berada di tempat itu. Rupanya kedatangan Jaka yang terkenal dengan sebutan Pendekar Halilintar itu tidak sendiri. Ia bersama Cempaka yang juga merupakan seorang pendekar digjaya yang dikenal dengan gelar Dewi Selendang Ungu.
“Baik kakang,”sahut Cempaka seraya mengambil ki Jampalu dari papahan Jaka.
Sementara itu Paderi Sesat dari Utara yang sudah pulih keadaannya sangat geram karena pekerjaannya dihalangi Jaka.
“Bocah sialan! Berani kau mencampuri urusanku. Bosan hidup kau rupanya,” bentaknya sangat marah. Tidak hanya mengomel, ia pun melontarkan biji tasbih yg menjadi senjata rahasianya. Secepat kilat benda kecil itu melesat ke arah Jaka. Ada sekitar lima biji yang dilontarkannya. Namun dengan gerakan sangat yang sangat indah, hanya sedikit memiringkan badan tanpa berpindah tempat semua biji tasbih itu mampu dihindarinya.
“Keparat! Berisi juga kau rupanya. Sebelum kucabut nyawamu, sebut dulu gelarmu biar bisa ku taruh nama di nisanmu kelak!” bentak Paderi Sesat dari Utara dengan nada mengancam.
Jaka yang sejak tadi menahan amarah melihat pemandangan yang begitu mengenaskan terjadi pada Perguruan Pedang Perak, langsung pengarahkan telunjuknya ke arah Paderi Sesat dari Utara. Seketika dari telunjuknya keluar pancaran sinar berupa halilintar yang langsung menyerang ke arah Paderi Sesat dari Utara.
Melihat serangan itu, Paderi Sesat sangat kaget, sekilas ia teringat seorang pendekar muda yang menjadi perbincangan hangat Dunia Persilatan. Namun terlambat ia menyadari, seandainya lelaki tua itu tau siapa lawannya, tentu ia akan berpikir ribuan kali untuk berhadapan langsung.
BLAR!!!
Ledakan terjadi saat halilintar yang keluar dari telunjuk Jaka mengenai tubuh Paderi Sesat dari Utara. Jangankan untuk menghindar, lelaki tua itu bahkan tak sempat menangkis. Tubuhnya terlempar sejauh lima tombak, dengan keadaan tubuh hitam gosong berasap.
“Pendekar Ha… Halilintar.” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Paderi Sesat dari Utara. Itulah kalimat terakhir yang diucapkan lelaki anggota Istana Lembah Neraka itu. Tokoh aliran sesat itupun menghembuskan nafas terakhirnya di tangan Jaka Andara si Pendekar Halilintar.
Bersambung...
...---- ILMU TUJUH GERBANG ALAM SEMESTA ----...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Ayi Hadi
top
2022-11-12
0
Aswantio Wasito
bolehlah.....lanjut thor
2022-10-20
0
aulia akbar
mantap banar, hnyr tahu nh ada novel ini.
2022-03-15
1