ATN 3~ Potret kontras

Andayani belum keluar untuk makan malam, disaat semua sudah berkumpul di meja panjang berbahan kayu jati, menyajikan berbagai menu makan malam keluarga kasepuhan ini.

Ada ketiga istri ayahanda, termasuk ibunda dengan wajah judes tak terkalahkannya, pahatan judesnya ibunda bercampur dengan dinginnya ayahanda tumplek semua di wajah kakang Bahureksa.

Ada selir paling ramah dan cantik, amih Mahiswar, dimana ayahanda memperistrinya setelah memiliki Bahureksa. Hingga akhirnya, hamilnya amih Mahiswar hampir bersamaan dengan ibunda mengandung Amar.

Lalu ada selir yang paling peduli dengan kesehatan, amih Anarawati, dimana ia seorang tenaga kesehatan lalu memiliki Wardana. Namun dari ketiga istri ayahanda itu, mereka bisa hidup rukun meski terkadang sifat otoriter ditunjukan ibunda Jembar Kasih sebagai permaisuri ningrat murni yang dijodohkan orangtua ayahanda dan orangtua ibunda.

"Ambu, tolong panggilkan ----" ibunda bicara pada ambu yang tengah menuangkan minum di gelas masing-masing anggota keluarga.

Amar bergerak mundur dari kursinya, "biar Amar yang panggil Anda, ibunda."

Reksa mendengus sumbang melihat adiknya yang menurutnya selalu cari muka. Memangnya mukanya kemana mesti dicari?

"Hm, ya.." ibunda mengangguk. Langkahnya terayun ke arah kamar sang adik bungsu.

"Nda...den ajeng Andayani..." panggil Amar seraya mengetuk pintu dengan ukiran ciri khas kasepuhan, yang bermotif bunga jalar.

"Sebentar kang, bilang ibunda dan ayahanda aku terlambat makan malam. Tugas yang harus kukerjakan masih banyak..." jawabnya tanpa mau membuka pintu kamar.

Namun Amar tak kehilangan akalnya, ia tetap berada disana, "boleh akang masuk?" tanya Amar.

"Boleh!"

Amar membuka kamar sang adik dan memang benar....penampakan yang ia temukan adalah Andayani di bawah lampu belajar kuningnya tengah berkutat dengan buku catatan dan buku paket, "duh, pr aku banyak banget kang...takut ngga selesai. Makanya ngebut dulu ini, kemaren aku lupa kerjain."

Amar tersenyum, berdiri tepat di belakang kursi Anda, "matematika." Garis bibirnya melengkung, "wahhh ini mikirnya keras banget nih, mesti dikasih amunisi dulu otaknya, takut blank di tengah jalan."

Anda mendengus geli, "kalo makan dulu justru suka langsung ngantuk."

"Kalo ngga makan dulu suka mendadak bodoh." Tukas Amar membalas memasukan kedua tangannya ke saku celana samping. Anda berhasil menoleh dengan lirikan sinis, "ih, akang ko gitu ngomongnya." dan kembali ia menatap angka-angka itu dengan mata yang hampir juling.

"Sok coba...tahan berapa lama. Biar akang bantu nanti, tapi syaratnya ikut makan malam dulu. Ibunda sudah teriak-teriak dari tadi, ngga mau liat urat leher ibunda putus kan?" tanya Amar berhasil membuat Andayani terkekeh, "bagus malah. Biar ngga teriak-teriak terus."

Hanya berselang 10 menit, Amar datang dengan Andayani, disaat mereka sudah memulai acara makan sejak tadi.

"Nah, kenapa harus disusul dulu, neng?" tanya ayahanda saat Anda mengambil duduknya di samping Amar dan amih Anarawati.

"Jangan nunda makan neng, nanti sakit. maag..." ucapnya di lengan Anda.

"Tugas aku banyak ayah, bunda, amih..."

"Sebanyak-banyaknya tugas, makan jangan sampai terlewat." Ucap ibunda.

"Iya ibunda, maaf."

Dan tak ada lagi yang bicara ketika acara makan malam berlangsung. Benar-benar hening dimana suara yang tersisa disana adalah bunyi dentingan alat makan dan kunyahan lembut. Lirikan-lirikan mata pun hanya berupa interaksi singkat saja tanpa benar-benar ada cengkrama yang terjadi. Semua patuh pada aturan yang sudah tercatat sejak lama.

Padahal, jika di luaran...seperti cafe dan sekolah...para keturunan ningrat ini akan gacor sama halnya keluarga dari kalangan biasa. Akan melahap makanan sambil bicara, bahkan sambil berkelakar dan tertawa. Vibesnya begitu kontras.

Setelah habis dan meneguk air minumnya, ayahanda barulah angkat bicara.

"Kunjungan ke sentra batik lusa, semua anak ayahanda ikut."

Anarawati melirik begitupun Mahiswar, "oh."

"Aku?" tanya Andayani.

"Neng tidak usah kalau memang tak mau. Tapi kalau mau ikut boleh." Angguk ibunda.

"Loh, saya kira hanya bersama den bagus Reksa saja kang?" tanya amih Mahiswar.

"Somantri dan Wardana ikut juga, yayi. Termasuk Amar..." jelas ibunda.

Lirikan mata Bahureksa jelas menatap tajam pada Amar yang kini ada di depannya. Tanpa bicara apapun, namun gestur kesalnya begitu terlihat.

"Tapi ceu, Wardana sekolah." Lirih Anarawati.

"Itu makanya, kenapa saya memindahkan jam kunjungan setelah dzuhur saja, setelah anak-anak pulang sekolah, nyai." Timpal ayahanda lagi diangguki paham oleh para selirnya.

Amar menatap ayahanda dan kembali pada makanannya tak begitu peduli dengan hal itu, hanya kunjungan kerja seperti biasanya saja, dan ia sudah sering ikut ayahanda. Mengawasi dan mengecek setiap sentra usaha di bawah kepemimpinan kasepuhan termasuk biasanya yang terjauh ada di Bandung, yaitu pabrik teh.

Rumah panggung itu masih berdindingkan anyaman bambu, dan saat ini di ruang tengah, 4 bersaudara tengah duduk.

Gadis dengan mata hitam yang bening itu menelan salivanya kering, ia bisa kenyang hanya dengan meneguk air putih saja untuk saat ini membiarkan Laksmi dan Widuri melahap menu makan malam ini duluan. Sementara, ia dan Jayadi sudah terbiasa menunggu dan sisa kedua adik terkecil mereka.

"Teh." Jayadi sudah memberikan isyarat dengan mengusap perut ratanya. Tidak bisa dipungkiri ia begitu...lapar dan ya ampun...itu telurnya jangan dihabiskan, Widuri.... Clap...clap. Ia mengecap lidahnya, refleks ikut mangap ketika Widuri menyuapkan nasi. Dengan perasaan yang tak sabar, cepetan kenyang dong Wi, Mi...nasinya mau aku kuahin pake air teko ngga? Bahkan cicak-cicak yang sedang berkejaran itu lebih kenyang daripada dirinya.

"Awas lalat masuk Jay, kamu ikut mangap begitu." Cibir Sekar tertawa kecil.

Tak lama, dari dapur yang masih berlantaikan tanah itu mak sudah membawa sekeranjang singkong rebus dan masih mengepulkan asapnya, aromanya itu cukup wangi untuk perut-perut yang keroncongan.

Rambut legam nan panjangnya ia belit menjadi satu cepolan, lalu dengan lapang dada, sebagai anak yang paling besar....Sekar memilih meraih singkong itu bersama Mak, "bapak mana? Sudah makan, Mak?"

Mak menggeleng, "nanti pulang setelah isya berjamaah dari surau."

Widuri dan Laksmi sudah selesai dengan porsi yang berantakan, "kamu dan Jayadi saja yang makan. Bapak dan Mak biar singkong dan ubi saja."

Namun Sekar menggeleng, ia meraih wadah nasi yang terbuat dari anyaman bambu itu, menaruh nasi untuk Jayadi yang langsung membuat adik lelaki satu-satunya itu menjelma jadi mo nyet kelaparan, "bismillah dulu Jay..." senyum Mak.

Lantas Sekar membagi sisa nasi yang tinggal dua centong itu menjadi 3 bagian, "biar kebagian semua. Sisanya bisa dicampur singkong, kalo masih lapar."

Mak mendengus sumbang, lebih pada sedih dan terharu, "maafkan Mak, Sekar...."

Sungguh potret yang berbanding terbalik dengan kehidupan ningrat.

Gadis cantik dengan bibir tipis itu menggeleng, ia tak mau larut dalam kesedihan dan keterpurukan. Ia terpaksa harus menyudahi sekolahnya yang hanya sampai SMP saja, tak melanjutkan ke tingkat menengah atas atau SLTA, segitu pun sudah dianggap berpendidikan tinggi. Ia tau sampai dimana kemampuan kedua orangtuanya. Tak mungkin lebih memberatkan. Jayadi, lelaki. Katanya....Jayadi akan lebih membutuhkan pendidikan ketimbang dirinya.

Yang membuat Mak dan bapak sakit hati adalah, Sekar Taji merupakan gadis pintar, tapi nyatanya pintar saja tak cukup. Sampai-sampai, ia sering menemukan Sekar yang mengumpulkan bekas koran yang tercecer entah itu yang sudah kusut atau memang dibuang orang, demi ia baca kabar berita yang terkandung di dalamnya, perih sekali rasanya!

Tak jarang, Sekar ikut membantunya dan sang suami yang bekerja sebagai buruh tani serabutan, dan ia sendiri buruh bantuan di sentra batik. Bukan tidak pernah mencoba melamar namun belum ada lowongan untuk itu...melainkan hanya membantu apa yang kurang jika dibutuhkan.

Bahkan ucapan tetangga teramat menyakiti hati.

Buat apa sekolah tinggi-tinggi, perempuan itu ujungnya di dapur, sumur dan kasur. Nikahkan saja, biar tidak jadi beban keluarga lagi....hidup banyak anak begitu biar ringan, Toh Sekar cantik, banyak yang mau.

"Besok Sekar coba cari peruntungan ikut latihan tari di sanggar, siapa tau terpilih jadi ronggeng kasepuhan nantinya, mak. Seperti teh Nuroh bisa bantu uang dapur, bawa uang...do'akan saja." ucapnya, untuk saat itu...pekerjaan mudah untuk perempuan ya jadi penghibur!

"Aamiin!" Jayadi mengaminkan kencang diantara kunyahannya, "semoga nanti teteh bisa jadi ronggeng terkenal, jadi bisa beliin Jayadi martabak. Kalo bisa jadi selir di kasepuhan..."

Hush! Mak langsung menegur Jayadi atas do'a anak lelakinya itu.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤS𝟎➜ѵїёяяа

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤS𝟎➜ѵїёяяа

siapa yg ngomong kayak gini... selama bukan donatur dilarang ngatur² 😕.
perempuan itu emang kodratnya di dapur , di sumur dan dikasur... tapi ilmu tetep penting.. bukan cuma laki² aja yg wajib menimba ilmu perempuan malahan lebih harus menuntut ilmu.
ibu adalah sekolah pertama bagi anak nya, ibu nya kurang pinter saat ditanya anak pasti bingung.. ibu kok bisa adek bayi ada di dlm perut ibu, cara masuknya gimana?? bukan menghina ya... ibu yg tamatan SD , SMP , SMA dan anak kuliahan pasti beda cara jawab nya, pasti lebih bijak yg ilmu nya tinggi.

jadi menuntut ilmu itu penting..
TAPI cukup disayangkan bisa sekolah karena ada dana nya justru males menuntut ilmu , nahh ini anak yg perlu dikasih paham... nikahkan aja biar dia belajar kehidupan.. salah sendiri suruh belajar depan meja gk mau

2025-11-03

7

Vike Kusumaningrum 💜

Vike Kusumaningrum 💜

Doa Jayadi terkabul, bukan jadi selir tapi jadi istri sah, padahal Bahureksa ngidam banget pengen jadiin Sekar selir. hhhhh Amar, udah mulai² ngebayangin visualnya ini otak, apakah setengil Rama 🤭🤭

2025-11-03

2

Siti

Siti

aku lahir th 80 orang tua ku keras kepala kami 9 bersaudara harus bantu kerja disawah mencari rezeki dr kebun ke kebun lain punya orang tp Alhamdulillah kl sekolah itu harus jd kami tamat SMA dan adek2 ku S1.
ditunggu lanjutannya Thor.💪👍

2025-11-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!