4. Accident X My Bride

Hinata terus meruntuki dirinya. Bagaimana bisa dia menyerah secepat ini. Padahal selangkah lagi dia akan bisa mengorek informasi tentang sang Ayah. Namun, dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika cucu Tuan Hashirama, Namikaze Naruto tidak menyelamatkan nya tadi.

Gadis itu terdiam di kamarnya yang terasa sunyi. Wajahnya yang sendu seolah berkata bahwa dunia~nya kini terasa pilu. Kesepian ini terasa membunuhnya. Dia biasa menunggu Ayah pulang ke rumah dan menyambutnya.

Hinata mendesah lelah. Tubuhnya yang semakin kurus menunjukkan keadaannya yang tidak baik-baik saja belakangan ini. Bagaimana bisa dia makan atau tidur dengan tenang. Dia bahkan hampir putus asa dengan semuanya.

Hinata bangkit dari duduknya. Gadis itu menatap bulan dari jendela kamarnya. Setidaknya malam ini bulan tidak pergi dari sisi~nya. Dia bersinar cerah seolah menunjukkan arah kemana dia harus melangkah selanjutnya.

Gadis itu tersenyum pilu seorang diri. Bahkan saat ini, saat dia hampir putus asa. Dia tidak bisa melihat akhir dari hidup~nya. Dia hanya ingin menemukan sang ayah. Dan kembali bersama untuk waktu yang lama. Karena itu, Dia harus tetap melanjutkan hidup.

Hinata mengedarkan Pandangannya. Tatapannya terpaku pada sebuah mobil Van hitam yang tidak dia kenali. Sudah tiga hari belakangan ini dia melihat mobil itu terparkir di sana. Hinata melihat jam di dinding. Ini sudah pukul satu dini hari.

Dia kembali terduduk lesu. Dia bahkan tidak mengantuk sedikitpun.

Tubuhnya terasa lemas dan dadanya juga terasa sesak. Hinata menyadarkan dirinya ketika dia menyadari ini bukan sesak biasa. Dia mencium sesuatu yang begitu menyengat menguar di sekitarnya.

Benar!

Ada yang tidak beres di rumah ini. Itulah sebab dadanya terasa semakin sesak. Gadis itu mengeluarkan kepalanya ke jendela yang terbuka lebar menghirup udara bersih di sana. Tapi dia sadar. Dia tidak akan bisa melakukan ini semalaman. Dia harus mencari sumber dimana bau menyengat ini berasal.

Hinata keluar dari kamarnya tergesa. Bau ini semakin pekat. Ini bau Gas yang bocor yang dia yakin bersumber dari dapurnya. Dia terlalu fokus pada perasaannya sendiri hingga dia tidak menyadari ada kebocoran di sana. Bahkan dia tidak mencium dengan jelas bau itu sejak tadi.

Gadis itu menuruni tangga dengan tertatih. Bau ini semakin menyengat dan meracuni~nya. Meskipun dia telah tiba di dapur. Dia tidak mengerti bagaimana cara menghentikan kebocoran gas ini. Sementara tubuhnya mulai terasa lemas. Dan dia mulai kesulitan untuk berjalan.

Hinata memilih pergi keluar rumah. Dia berusaha membuka pintu utama berkali-kali dengan sandi yang biasa dia gunakan.

Ada apa ini?

Pintunya tidak mau terbuka. Hinata membulatkan matanya. Kini, Perasaan takut juga menjalari sekujur tubuhnya.

Apa yang terjadi!

Seseorang mengunci rumahnya dengan sengaja.

Hinata mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah yang terasa semakin menyesakkan dadanya. Rumah nya begitu sunyi. Dia bersikap waspada pada siapa saja yang mungkin ada di sana yang berniat mencelakainya. Sedangkan kedua kakinya mulai bergetar karena takut juga lemas sebab pengaruh Gas yang mulai meracuninya.

'Bruk bruk!!'

Hinata memukul pintu dengan keras. Berharap pertolongan datang dan siapa saja akan menyelamatkan nya dari situasi ini. Bau ini semakin membuatnya tidak bisa bernafas. Dan ketakutan akan kehadiran seseorang di sana manambah kecemasan~nya.

Brak! Brak! Brak!

"Se_seseorang tolong aku! A_aku terkunci di rumah ku sendiri! Ku mohon tolonglah. Siapa saja!!!" Pekik gadis itu terus memukul pintu dengan keras.

"Ku mohon!!! Tolong aku!!" Hinata meringis. Jantungnya hampir meledak karena merasa takut dan bau Gas yang semakin meracuni paru-paru~nya.

'Bruk!! Bruk!!'

Kekuatan tangannya melemah. Hinata hampir saja jatuh tersungkur ke lantai di rumahnya. Ketika tiba-tiba pintu itu terbuka.

Brak!!

Ada dua orang mendobrak kunci pintu dengan keras dari luar. Pintu terbuka dengan tubuh Hinata tersentak ke belakang. Kedua orang itu segera mengangkat tubuh lemah~nya yang tak berdaya. Dan Hinata kehilangan kesadarannya.

...°°°...

Hinata membuka matanya perlahan. Dia kenal bau ini. Ini salah satu bau yang dia benci. Meski bau ini tidak menyakitinya seperti bau yang terakhir kali dia hirup dulu.

Gadis itu mengedarkan pandangannya.

Dia di rumah sakit?

Pantas saja bau ini tidak asing baginya.

Dia memutar kembali ingatannya.

Benar, ada beberapa orang yang menyelamatkan nya semalam!

Hinata bangkit dari tidurnya. Dia di atas ranjang rumah sakit. Di dalam sebuah ruangan mewah dengan seorang pria tampan berjas putih duduk di sana.

'Salah satu cucu kakek? Uchiha Sasuke?'

"Kau pulih lebih cepat dari yang ku duga!"Ucap pria itu tanpa basa-basi. dia memegang sebuah cetak foto hasil lab paru-paru Hinata.

"Kenapa aku bisa ada di sini? Apa yang terjadi? Maaf Tuan Sasuke. Aku benar-benar tidak mengerti situasinya." Sahut Hinata Dengan kikuk.

Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Kejadian semalam benar-benar terasa aneh di matanya. Itu adalah sebuah tindak kejahatan yang jelas-jelas bertujuan menyakiti dirinya. Dan itu, cukup meninggalkan trauma.

"Kau tidak punya pilihan lain selain pergi dari rumah itu! Kakek sudah menyiapkan kamar untuk mu di rumah kami. Segera! Setelah kondisi mu membaik. Kau akan tinggal di rumah kami." Ucap pria itu datar seraya menulis sesuatu di atas kertas.

Hinata membulatkan matanya.

"Tidak! Aku tidak akan tinggal di rumah kalian. Aku... Harus mencari ayahku. Aku tidak akan pergi dari rumah ku! Tidak akan! Bagaimana jika ayah ku kembali dan aku tidak di sana?" Sangkal gadis itu sembari menggelengkan kepalanya dengan suara tinggi.

Sasuke menghentikan kegiatannya. Pria itu bangkit dari duduknya menghampiri Hinata dengan perlahan. Meskipun aura dingin menguar dari tatapan pria itu. Hinata tidak tergetar ataupun merasa takut. Dia harus menguatkan hatinya di sini.

"Jika kau ingin bertemu dengannya! Kendalikan dirimu dan bersikaplah seolah semua baik-baik saja! Dengan begitu. Dia akan segera mendatangi mu perlahan." Ucap Sasuke dengan suaranya yang dingin.

Pria itu berbalik kembali ke sofa dan mengambil beberapa berkas di sana.

"Seperti nya apa yang terjadi di rumah mu semalam bukan kejadian biasa." sambung pria itu lagi dengan suara tinggi."Kakek sedang menyelidikinya! Ada orang yang merencanakan hal buruk terjadi pada mu! Kau harus berterima kasih karena kakek menyuruh penjaga~nya mengawal mu di sana tiga hari belakangan ini. Sepertinya kau tidak punya pilihan lain selain pindah ke rumah kami. Setidaknya jika kau ingin tetap hidup! Semua terserah pada mu." Jelas Sasuke datar.

Apa? Seseorang merencanakan hal buruk padanya? Apa maksudnya ini? Apa sesuatu terjadi pada Ayah hingga dia juga ikut terlibat di Dalamnya?

"Tidak! Tunggu! Tolong jelaskan pada ku? Apa maksudnya? apa yang terjadi?" Hinata memohon seraya meringis.

Dia segera bangkit dari kasur nya dan menahan lengan Sasuke yang beranjak pergi. Beruntung dia masih dapat meraih pria itu karena alat infus yang tersampir di tangannya membatasi gerak geriknya.

Sasuke menatap tangan Hinata di lengan~nya dengan tatapan dingin.

"Maaf!" Gadis itu segera melepaskan tangannya dengan kikuk. Dia tidak ingin mati penasaran dengan seribu pertanyaan di kepala~nya. Dia harus mendapatkan penjelasan.

Sasuke mengangkat ponselnya. Dia menekan nomer di sana. Pria itu tidak bicara sepatah katapun sampai telepon tersambung pada nomer tujuan. Pria itu menggeser icon Loudspeaker pada layar ponsel.

"Hallo! Siapa di sana?"

Hinata membulatkan matanya. Dia mengenal suara ini.

"Ayah!!!" Pekiknya dengan mata berkaca-kaca. Wajahnya yang bahagia menumpahkan air mata dengan tiba-tiba. Setelah beberapa hari ini dia begitu merindukan dan merasa khawatir. Akhirnya, dia dapat sedikit merasa tenang.

Gadis itu berusaha meraih ponsel Sasuke namun pria itu lebih cepat untuk segera menarik ponselnya menjauh dari Hinata.

"Sayang? Apakah itu kau? Putri ku? Hyuuga Hinata? Maaf Ayah belum bisa menghubungi mu. Aku baik-baik saja!" Sambung suara dari seberang sana.

"Ayah!!! Kau dimana? Bawa aku ikut dengan mu!" lirih gadis itu."Ku mohon!"

Hinata masih berusaha meraih ponsel Sasuke. Tapi pria itu sengaja menggeser icon merah pada panggilan tersebut. Sebelum sang Ayah menjawab permintaan Hinata. Dan sambungan teleponpun terputus.

Hinata membulatkan matanya.

"Hei!!!" Pekiknya dengan kasar."Aku harus bicara pada ayah ku. Aku harus bertanya banyak pada~nya!" protes gadis itu nyalang.

"Aku pastikan dia baik-baik saja! Jangan khawatir! Kau hanya akan menganggu pekerjaannya dengan semua rengekan mu itu!" Sahut pria itu datar.

Hinata begitu kesal hingga dia meremas tangannya dan berteriak tanpa suara pada pria itu yang kini berjalan menjauh.

"Kau bisa terus berhubungan dengan ayah mu nanti jika kau pindah ke rumah kami. Aku pastikan itu."

Kata-kata terakhir Sasuke sebelum akhirnya dia menghilang di balik pintu membuat Hinata terus memakinya dalam hati.

'Tidak berperasaan! Brengsek!'

...°°°...

"Kau sudah mengecek kondisinya? Bagaimana paru-parunya? Apa ada kerusakan? Apa dia baik-baik saja? "

Rentetan pertanyaan Tuan Hashirama di seberang telepon mengganggu kegiatan Sasuke yang sedang berjalan di lorong rumah sakit dengan tergesa. Dia punya jadwal operasi sekarang.

"Aku sibuk sekarang! Bisakah kakek bertanya soal itu nanti? Lagi pula dia baik-baik saja dan dia masih hidup hingga sekarang." Sahut pria itu sarkas.

"YAAK! Jaga bicara mu Uchiha Sasuke!" Pekik kakek kesal."Tidak bisa kah kau bersikap manis? Kau harus merubah sikap mu. Dia calon istri mu! Bersikap baiklah mulai sekarang padanya!" Ucap kakek dengan suara tinggi.

"Akan aku usahakan!" Sahut Pria itu singkat dengan suara datar. Dan dia segera menutup sambungan telepon sepihak.

Pria itu terus mendecak kesal dalam hati sejak tadi.

Kakek selalu mengganggu waktunya yang berharga! Menyusahkan!

Sasuke tidak terkejut atau merasa aneh dengan ucapan terakhir sang kakek di telepon tadi. Dia memang telah mendengar keinginan kakek untuk menjodohkan~nya dengan seseorang yang selalu kakek sebut namanya sejak beberapa tahun lalu.

Dan dia pikir dia tidak harus memikirkan dengan serius permintaan kakek. Dia benci di kekang. Dan dia tidak suka di kendalikan. Dia punya caranya sendiri untuk menjalani hidup agar tidak merasa bosan.

Sesuatu tentangnya akan segera terungkap.

To be continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!