Fajar baru saja menyingsing. Sinar matahari pertama menembus celah-celah gubuk, menerangi wajah damai Chen Ling yang masih tertidur lelap. Demamnya telah reda, dan rona merah samar telah kembali ke pipinya.
Chen Kai berdiri, merasakan Qi di dantian-nya yang telah terisi kembali setelah semalam bermeditasi. Proses pemurnian tadi malam menghabiskan seluruh energinya, tetapi setelah berlatih 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi' selama beberapa jam, dia tidak hanya pulih sepenuhnya tetapi juga merasa fondasinya di Tahap Kondensasi Qi tingkat ketiga menjadi lebih stabil.
"Sebulan," bisiknya pada diri sendiri. Dia punya waktu sebulan sebelum hawa dingin di tubuh Ling'er kembali. Dia tidak boleh membuang waktu.
Dia mengenakan kembali jubah linen kasarnya yang kotor—meskipun tubuhnya bersih, dia harus mempertahankan penampilannya sebagai 'sampah' klan. Dia menyelinap keluar dari gubuk, membawa serta beberapa koin tembaga yang telah dia simpan dengan susah payah selama tiga tahun. Itu adalah seluruh tabungannya, cukup untuk membeli roti kukus selama seminggu.
Hari ini, dia mempertaruhkan semuanya.
Tujuannya adalah Paviliun Harta Karun Klan Chen. Itu adalah pusat perdagangan klan, tempat para murid bisa membeli pil, ramuan, senjata, dan teknik kultivasi.
Saat dia berjalan melintasi halaman luar, dia menarik perhatian seperti biasa. Para murid pelatnas yang sedang berlatih pagi menatapnya dengan jijik dan cemoohan.
"Lihat, si sampah itu keluar dari sarangnya." "Menjijikkan. Kenapa para tetua masih membiarkan dia tinggal di sini?" "Mungkin dia mau memohon sisa-sisa makanan lagi."
Chen Kai mengabaikan mereka. Kepalanya tertunduk, bahunya sedikit membungkuk, meniru sikap kalah yang telah dia tunjukkan selama tiga tahun. Tetapi di bawah rambutnya yang acak-acakan, matanya setajam elang.
Paviliun Harta Karun adalah bangunan dua lantai yang megah di dekat pusat kompleks. Bahkan dari luar, aroma herbal spiritual yang pekat tercium.
Ketika Chen Kai melangkah masuk, seorang pelayan muda yang menjaga pintu langsung menghardiknya. "Hei! Pergi kau! Ini bukan tempat untuk pengemis sepertimu. Dapur ada di belakang!"
Chen Kai mengangkat kepalanya sedikit, menunjukkan token muridnya yang terbuat dari kayu—token berkualitas terendah, yang menandakan statusnya sebagai pekerja kasar. "Aku di sini untuk membeli sesuatu."
Pelayan itu tertawa mengejek. "Membeli? Dengan apa? Kotoran di bajumu itu?"
"Cukup, Li. Biarkan dia masuk. Jika dia punya uang, kita layani. Jika tidak, usir dia." Suara yang lebih tua terdengar dari dalam. Seorang pria paruh baya yang tampak licik, Manajer Zhou, sedang menyeka meja konter.
Chen Kai masuk, mengabaikan tatapan jijik dari beberapa murid pelatnas lain yang sedang melihat-lihat. Paviliun itu penuh dengan rak-rak berisi botol giok, ramuan kering, dan senjata yang berkilauan.
Dia langsung menuju konter terendah, tempat ramuan spiritual tingkat satu dijual.
"Aku mau membeli 'Rumput Kristal Pagi'," kata Chen Kai dengan suara rendah.
Manajer Zhou mengangkat alis. Rumput Kristal Pagi adalah herbal paling dasar, digunakan untuk membuat pil pemulih Qi tingkat terendah. "Kau mau membeli itu? Kau tahu harganya, kan? Lima koin tembaga untuk satu tangkai."
Lima koin tembaga. Itu adalah harga yang sangat mahal untuk ramuan mentah berkualitas rendah. Chen Kai tahu harga pasarnya hanya tiga koin. Manajer itu jelas-jelas mengambil untung darinya.
Tanpa berkata apa-apa, Chen Kai meletakkan lima koin tembaga di atas meja. Seluruh tabungannya.
Manajer Zhou tersenyum sinis. Dia mengambil koin itu dan dengan malas mengambil tangkai Rumput Kristal Pagi yang paling layu dan kusam dari tumpukan, lalu melemparkannya ke atas meja. "Ambil dan pergi."
Chen Kai mengambil ramuan itu. Tapi dia tidak pergi.
"Apa lagi?" Manajer Zhou mulai kesal.
"Aku di sini juga untuk menjual sesuatu," kata Chen Kai.
Seluruh paviliun terhening sejenak, lalu tawa meledak. "Menjual? Hahaha!" "Apa yang mau kau jual? Kapak tumpulmu itu?"
"Berisik sekali pagi-pagi!"
Suara sombong yang familiar terdengar dari lantai dua. Chen Wei, diikuti oleh dua pengikutnya, berjalan menuruni tangga. Dia mengenakan jubah sutra baru dan tampak segar. Jelas, dia sama sekali tidak terpengaruh oleh insiden di jurang kemarin. Dia bahkan tidak tahu bahwa dua pengikutnya telah "gagal" membunuh Chen Kai.
Ketika dia melihat Chen Kai, matanya melebar karena terkejut, lalu berubah menjadi amarah. "Kau...!" Dia tidak percaya Chen Kai masih hidup. Dua bajingan itu pasti telah gagal!
"Oh, lihat siapa ini. Sampah klan kita," kata Chen Kai dengan nada datar, membalikkan kata-kata yang sering diucapkan Chen Wei padanya.
Mata Chen Wei menyipit. "Beraninya kau bicara padaku, anjing? Kau seharusnya..." Dia berhenti, sadar dia tidak bisa membicarakan soal 'Jurang Pemutus Roh' di depan umum. "Sepertinya pukulan kemarin belum cukup untuk memberimu pelajaran."
"Patriark Muda Wei," Manajer Zhou buru-buru menyapa dengan hormat. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Aku di sini untuk mengambil 'Pil Kondensasi Qi' pesananku," kata Chen Wei, mengalihkan pandangannya dari Chen Kai, seolah melihatnya lebih lama akan mengotori matanya. Dia kemudian melihat ramuan di tangan Chen Kai dan tertawa. "Apa ini? Rumput Kristal Pagi? Jangan bilang... hahaha... jangan bilang kau mencoba belajar alkimia, sampah? Kau bahkan tidak bisa berkultivasi, bagaimana mungkin kau bisa mengendalikan api alkimia?"
"Itu bukan urusanmu," kata Chen Kai. Dia berbalik ke Manajer Zhou. "Aku ingin menjual... esensi obat."
Manajer Zhou mendengus. "Esensi apa? Air kotor dari sungai?"
Chen Kai tidak menjawab. Dia pindah ke sudut paviliun yang kosong, duduk bersila di lantai, dan meletakkan Rumput Kristal Pagi yang baru dibelinya di depannya.
Semua orang mengawasinya, bingung. "Apa yang dia lakukan?" "Dia... dia mau bermeditasi?"
Di dalam benaknya, suara Kaisar Yao terdengar, penuh amarah. "Bodoh! Apa yang kau lakukan?! Kau mau menunjukkan 'Pemurnian Sembilan Esensi' di depan semut-semut ini? Teknik Kaisar ini tidak untuk dipertontonkan!"
"Aku butuh jalan masuk," pikir Chen Kai sambil menutup matanya. "Dan ini cara tercepat. Jangan khawatir, mereka terlalu bodoh untuk mengerti apa yang kulakukan. Mereka hanya akan melihat hasilnya."
Chen Kai mengabaikan tatapan semua orang. Dia meletakkan kedua telapak tangannya di atas Rumput Kristal Pagi yang layu itu.
Dia menarik napas. Dia mengaktifkan 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi'.
Wusss!
Energi spiritual di paviliun—yang jauh lebih padat daripada di gubuknya—berkumpul ke arahnya.
Para murid di sekitarnya merasakan perubahan itu. "Tunggu... ini... fluktuasi Qi!" "Dia... dia berkultivasi?"
Mata Chen Wei membelalak kaget. Dia merasakan energi itu dengan jelas. "Tahap Kondensasi Qi! Tingkat... Tingkat Tiga! Mustahil! Bagaimana ini mungkin?!"
Kemarin sampah ini jelas-jelas tidak punya kultivasi! Pasti dia menyembunyikannya selama ini!
Manajer Zhou juga terkejut, senyum sinis di wajahnya membeku.
Chen Kai tidak peduli. Dia memfokuskan Qi-nya, membentuk pusaran emas pucat di telapak tangannya, membungkus ramuan itu. Dia mengaktifkan 'Pemurnian Sembilan Esensi'.
Hsss...
Asap hitam berbau busuk keluar dari Rumput Kristal Pagi, jauh lebih banyak daripada Ramuan Embun Giok kemarin. Ramuan tingkat rendah ini penuh dengan kotoran.
Chen Kai dengan ahli memeras keluar semua kotoran itu. Kemudian dia membalik pusaran Qi-nya, menghancurkan ramuan itu, memisahkan esensinya.
WUSSS!
Aroma herbal yang jernih dan murni—jauh lebih kuat dari ramuan mentahnya—menyebar ke seluruh paviliun. Aroma itu begitu murni hingga semua orang yang menghirupnya merasa pikiran mereka jernih.
Para murid tertegun. Chen Wei mengepalkan tinjunya begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.
Chen Kai menyelesaikan segel tangan terakhir. Gabungkan!
Di telapak tangannya, cairan hijau jernih seukuran kacang kedelai terbentuk, bersinar dengan cahaya lembut.
Dia membuka matanya, wajahnya sedikit pucat karena pengerahan tenaga, tapi tatapannya tajam. Dia berdiri dan berjalan kembali ke konter.
Manajer Zhou menatap cairan di tangan Chen Kai dengan mata terbelalak. Dia tidak bisa berkata apa-apa.
"Manajer Zhou," kata Chen Kai, suaranya tenang. "Anda bilang Anda tertarik membeli esensi. Ini adalah 'Esensi Kristal Pagi'. Kemurnian... setidaknya sembilan puluh persen."
"Sembilan... sembilan puluh persen..." Manajer Zhou tergagap. Dia tahu 'Pil Kondensasi Qi' yang baru saja diambil Chen Wei hanya dibuat dari esensi dengan kemurnian tujuh puluh persen!
"Biar kulihat!"
Sebuah suara serak terdengar dari ruang belakang. Seorang lelaki tua berjubah abu-abu, yang rambutnya acak-acakan dan matanya merah karena kurang tidur, berjalan keluar. Ini adalah Tetua Liu, satu-satunya alkemis resmi di Klan Chen.
Dia menyambar tangan Chen Kai dan mengamati esensi itu dengan cermat. Matanya semakin lebar.
"Ini... ini... kemurniannya setidaknya sembilan puluh tiga persen!" seru Tetua Liu. Dia menatap Chen Kai seolah baru pertama kali melihatnya. "Nak... bagaimana... bagaimana kau melakukan ini? Teknik pemurnian apa ini?"
Chen Kai dengan tenang menarik tangannya. "Maaf, Tetua. Itu adalah rahasia yang saya temukan secara kebetulan. Pertanyaannya adalah, apakah paviliun tertarik untuk membelinya?"
"Tentu saja kami tertarik!" bentak Tetua Liu, sebelum Manajer Zhou bisa berbicara. "Satu tetes esensi dengan kemurnian ini... bernilai setidaknya... tiga koin perak!"
Tiga koin perak! Itu sama dengan tiga ratus koin tembaga!
Chen Kai telah mengubah lima koin tembaga menjadi tiga ratus dalam waktu kurang dari lima belas menit.
Seluruh paviliun gempar.
"Sampah itu... seorang alkemis?" "Tiga koin perak! Ya Dewa!"
"Tunggu!" teriak Chen Wei, wajahnya memerah karena marah dan iri. "Tetua Liu, dia pasti mencurinya! Sampah ini tidak mungkin bisa memurnikan ramuan! Dia menipu Anda!"
Tetua Liu menatap Chen Wei dengan dingin. "Patriark Muda, apakah kau buta? Aku, dan semua orang di sini, melihatnya memurnikan ramuan mentah berkualitas rendah itu dengan mata kepala kita sendiri! Apakah kau mempertanyakan penilaianku?"
Chen Wei terdiam, tetapi matanya memancarkan niat membunuh pada Chen Kai.
Chen Kai mengabaikannya. "Tiga koin perak," katanya kepada Tetua Liu. "Harga yang pantas. Tapi aku tidak hanya di sini untuk menjual ini."
"Oh?" Tetua Liu sekarang sangat tertarik.
"Aku bisa membuat lebih banyak," kata Chen Kai. "Jauh lebih banyak. Tapi aku kehabisan uang untuk membeli bahan mentah. Namun, jika paviliun mau menyediakan bahan mentah berkualitas rendah yang tidak terjual..."
Mata Tetua Liu berbinar. Dia mengerti maksud Chen Kai. Klan Chen memiliki banyak sekali tumpukan ramuan berkualitas rendah yang tidak bisa digunakan dan hanya membusuk di gudang.
"Maksudmu..."
"Anda berikan saya bahan mentahnya," kata Chen Kai. "Saya akan memurnikannya menjadi esensi berkualitas tinggi. Kita bagi keuntungannya. Katakanlah... 50-50?"
"70-30!" bentak Tetua Liu. "Kami 70, kau 30! Kami mengambil risiko!"
"40-60," balas Chen Kai dengan tenang. "Saya 60. Anda hanya menyediakan bahan yang tidak berguna. Saya menyediakan teknik yang tak ternilai."
"Kau...!" Tetua Liu ingin marah, tapi dia melihat esensi di tangan Chen Kai. Kemurnian setinggi itu... dia sendiri tidak bisa mencapainya!
"Baik! 50-50!" seru Tetua Liu. "Kesepakatan!"
Dia melemparkan sebuah kantong kecil berisi koin perak ke Chen Kai—pembayaran untuk esensi pertama—dan sebuah token giok.
"Ini adalah token alkemis paviliun," kata Tetua Liu. "Bawa ini. Datanglah ke ruang alkimia pribadiku sore ini. Kita akan bicarakan detailnya. Jangan sampai terlambat!"
Chen Kai menangkap kantong dan token itu. Dia mengangguk.
Tanpa melihat Chen Wei yang wajahnya sudah seperti ingin meledak, Chen Kai berbalik dan berjalan keluar dari Paviliun Harta Karun.
Dia pergi dengan kantong penuh uang dan, yang lebih penting, sebuah aliansi baru.
Dia telah membuktikan nilainya. Sampah yang dulu hanya bisa membelah kayu, kini telah menjadi alkemis yang sangat dibutuhkan oleh klan.
Langkah pertama dari balas dendamnya telah dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments