Sejak malam itu, rasa rindunya semakin menjadi. Ada sesuatu tentang pria itu yang belum selesai, sesuatu yang ingin ia pahami. Dan tanpa ia sadari, kalung itu bukan sekadar benda yang tertinggal tetapi tanda bahwa takdir mereka belum benar-benar berakhir.
Flo menatap dengan tatapan penuh namun ada bias kerinduan yang tak bisa ia ungkapkan, Ia tak bisa mencarinya dan tak bisa pula menghubunginya Gilhan. "Pria itu benar-benar seorang pria yang misterius, "racaunya...
Ia hanya bisa tersenyum samar dan menyalahkan dirinya sendiri atas rasa rindu yang tumbuh begitu saja, rasa rindu yang tumbuh tanpa permisi dan tanpa pernah ia tahu semua itu ternyata begitu sulit baginya untuk mengendalikan perasaan yang mana ia merasa benar-benar merasa kehilangan.
Malam itu langit tampak muram.
Hujan belum turun, tapi aroma tanah basah sudah tercium di udara.
Angin berhembus lembab, membawa kesejukan yang justru terasa menegangkan.
Gilhan berjalan perlahan di antara gelapnya gang sempit, mengenakan jaket hitam dan menutup kepala dengan Hoodie.
Langkahnya nyaris tanpa suara, tapi matanya terus waspada. Ia tahu, sejak sore tadi, ada seseorang yang mengikutinya.
Namun ada sesuatu yang lebih mendesak dari pada rasa was was itu "kalung rantai" miliknya, benda yang tanpa sengaja tertinggal di rumah Flo.
Kalung itu bukan sekadar aksesori.
Di dalamnya tersembunyi chip kecil berisi data rahasia, sesuatu yang tak boleh jatuh ke tangan siapa pun.
"Kalau mereka sampai menemukannya duluan…" Gilhan mendesis lirih, membayangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Ia berjalan, melewati, bangunan sati kebangunan yang lainny, melompat,menyusup di kegelapan, Gilhan menunggu hingga pukul dua dini hari, spau Flo benar-benar tertidur. ketika lampu-lampu rumah disekitarnya sudah padam.
Dengan langkah hati-hati, Gilhan melompati pagar belakang dan masuk melalui jalan setapak menuju teras belakang rumah Flo. Ia ingat setiap detail letak jendela dapur, celah pintu yang sedikit longgar, dan kebiasaan Flo yang selalu lupa menutup gorden pada saat malam hari.
Namun sesuatu membuatnya tertegun. Lampu ruang tengah masih menyala redup.
Dari balik tirai, ia melihat Flo tertidur di sofa, diruang tamu dengan buku terbuka di dadanya dan kalung hitam itu tergenggam di tangannya.
Hati Gilhan seketika bergetar hebat. Ia tak menyangka benda itu sudah ditemukan.
Gilhan mendekat perlahan, berniat mengambil kalung itu tanpa membangunkan sang wanita .
Namun begitu jaraknya tinggal beberapa langkah, suara gesekan logam terdengar di belakang.
"klik!"
Refleks, Gilhan memutar tubuhnya.
Di balik bayangan pohon, seseorang berdiri,sosok berjubah gelap dengan pistol terarah tepat ke arahnya.
"Jadi kau ke sini juga, Gilhan.." Suaranya dingin, datar, tapi penuh ancaman.
"Kau pikir bisa sembunyi selamanya?" Suara itu berat namun penuh dengan ancaman.
Gilhan tak sempat menjawab. Ia melompat ke sisi meja, menjatuhkan vas bunga agar menciptakan kebisingan, namun suara itu justru membangunkan Flo. Wanita itu membuka mata, terkejut melihat Gilhan di ruang tamunya dan seseorang asing mengacungkan senjata dari jendela.
"Gilhan!? Apa yang—"
"Jangan bergerak, Flo!" seru Gilhan cepat.
Ia menunduk, menarik Flo ke bawah meja, dan pada saat bersamaan peluru melesat, memecahkan kaca jendela.
Suara tembakan bergema keras di tengah malam, disusul jeritan kecil dari Flo yang ketakutan....
Gilhan memeluknya erat,tubuh Flo ,memastikan wanita itu aman di balik tubuhnya. Gilhan melirik ke arah luar jendela ,sosok hitam itu sudah menghilang ke kegelapan.
Beberapa detik hening. Hanya suara napas mereka yang terdengar berat.
Gilhan perlahan melepaskan pelukannya, menatap wajah Flo yang masih pucat.
"Maafkan Flo… aku tak bermaksud menakuti mu." katanya pelan.
"Aku hanya harus mengambil sesuatu yang tertinggal,dan itu sangat penting bagiku... Sesuatu yang bisa membahayakan mu kalau tetap di sini." katakan Gilhan sembari menatap ke arah kalung yang digenggam oleh Flo.
Flo pun menatap kalung di tangannya, lalu beralih kepada Gilhan.
"Apa... kamu bilang… benda ini berbahaya?"ucapnya dengan suara bergetar.
Gilhan mengangguk perlahan, matanya tajam namun penuh kekhawatiran.
"Ya. Dan sekarang mereka tahu kau yang memegangnya.!!" tegas Gilhan...
Malam ini hujan pun mulai turun dengan derasnya, seolah langit ingin menyembunyikan rahasia yang tersembunyi malam itu..
Flo menggenggam kalung itu lebih erat, ia sadar bahwa sejak saat ini, hidupnya tak lagi akan sama seperti hari-hari kemarin....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments