Bugh
Pintu langsung ditutup kembali dari luar.
Dugh dugh dugh.
"Buka pintunya, mas... buka, tolong buka pintunya!" Wati teriak ketakutan, ia memukul mukul pintu dengan kepalan tangannya.
Tap tap tap.
Suara langkah seseorang yang berjalan ke arahnya, membuat Wati mau tidak mau menoleh ke belakang, dengan dada yang naik turun, rasa takut menjalar di tubuhnya, keringat dingin pun kini gak bisa lari dari kulitnya yang putih mulus.
"Si- siapa di situ? Ja- jangan mendekat, ka- kalo anda mendekat, a- aku akan teriak." ancam Wat dengan tergagap di bawah gelapnya ruang tanpa pencahayaan.
Sreeek.
Di bawah gelapnya kamar, sebuah tangan, menarik lengan Wati dengan pak sa.
“Ahh sakit, lepas… apa yang akan bapak lakukan pada saya? Singkirkan tangan bapak dari lengan saya! Lepas! Bapak mau bawa saya ke mana?”
Wati terus meronta dengan tubuh bergetar takut, mencoba melepaskan diri. Dari pria yang terus menyeretnya pak sa, semakin dalam memasuki ke dalam ruang yang gelap.
Alex terkekeh, dengan nada mengejek, “Tidak usah pura pura, Wati. Lakukan saja tugas mu malam ini. Aku yakin, Hasan sudah mengatakan dengan jelas tujuan mu berada di tempat ini!”
Wati mengerutkan keningnya dalam, ‘Aku mengenali suara itu! I- itu suara …’
Bugh.
Tubuh Wati di hempaskan di atas kasur berukuran besar dengan cukup kasar.
“Akhhhh! Pak Alex, tolong biarkan saya pergi, pak!” Wati buru buru beranjak duduknya, ia beringsut mundur hingga punggungnya membentur kepala ranjang.
Alex terkekeh senang, “Bagus juga daya ingat mu, Wati! Kau masih bisa mengingat suara ku tanpa harus melihat wajah ku?”
“Saya masih bisa mengenali suara bapak! Jadi tolong biarkan saya pergi dari tempat ini, pak!” pinta Wati, mengedarkan pandangannya di bawah gelapnya ruang.
“Enak saja! Lakukan dulu tugas mu, Wati! Sesuai kesepakatan awal, jika Hasan tidak bisa memberikan uang 100 juta pada Night Club, maka sebagai gantinya… kamu yang akan bekerja di sini sebagai wanita penghibur!”
Wati menelan salivanya, lalu beringsut ke samping, mencoba turun dari atas tempat tidur usai tau tepiannya.
“Apa? Bekerja sebagai pe- penghibur? Sa- saya gak mau! Jika harus menjadi pelayan saya gak masalah! Setidaknya tidak harus menyerahkan tubuh saya pada pria hidung belang.”
“Tidak ada kata tawar menawar lagi, Wati! Tugas mu sudah mutlak. Dan aku yang akan menentukan tugas mu kedepan. Akan berakhir di ranjang pria hidung belang. Atau akan berakhir menjadi wanita ku di atas ranjang.”
Wati menajamkan indra pendengarannya, seiring langkah Alex yang menyeretnya tadi melangkahkan kaki.
“Aku yang menentukan jalan hidup ku sendiri. Dan aku menolak apa pun yang menjatuhkan harga diri ku sebagai seorang istri dari mas Hasan!”
“Harusnya kamu tinggalkan Hasan, Watii! Pria itu bahkan lebih peduli dengan kekasihnya. Dan menyerahkan mu pada ku! Apa suami seperti itu yang kamu junjung tinggi martabatnya?”
“Mas Hasan gak mungkin tega menyerahkan ku pada mu! Ini pasti hanya akal akalan mu, pak! Aku tau bapak seperti apa orangnya! Pria yang menghalal kan segala cara untuk bisa mendapatkan apa yang anda inginkan!” sentak Wati.
“Wati Wati, aku kasihan pada mu. Kau begitu setia pada Hasan, kau begitu mencintai Hasan. Tapi yang kau dapat hanya penghianatan! Tidak kah kamu ingin membalas setiap air mata, luka yang Hasan berikan pada mu?” tanya Alex dengan nada santai.
“Mas Hasan hanya sedang tersesat, dan lupa jalan pulang. Suatu saat mas Hasan akan kembali setia pada ku! Aku yakin itu pak! Bapak juga bodoh, kenapa mau di tipu 2 kali sama mas Hasan? Gak kasihan kah dengan istri bapak di rumah yang sedang menunggu bapak pulang?”
Alex terkekeh, 'Istri dia bilang? Jadi selama Wati bekerja untuk ku, dia sama sekali gak sadar kalo aku masih melajang? Astagaa sungguh di liar nurul anak ini! Pantas jika dulu Wati gak peka dengan perhatian yang aku berikan selama dia bekerja dengan ku!'
“Ahahaha, apa kau tau Wati! Hasan lebih mencintai cinta pertamanya dari pada kamu yang istrinya sendiri!”
Tak.
Kamar yang tadinya gelap gulita, kini tampak terang benderang. Wati berhasil menemukan kontak lampu dan menyalakannya. Tapi sayangnya malam itu Wati gak akan lolos dari Alex.
“Tolong biarkan aku pergi, pak!” pinta Wati dengan tatapan memohon.
“Kalo pun aku membiarkan mu pergi dari kamar ini. Apa kamu yakin, orang orang yang berada di luar kamar, akan mengizinkan mu pergi dari tempat ini? Anggap ini sebagai penjara untuk mu, Wati! Tidak ada kebebasan untuk mu!”
Grap.
“Akh lepas, menjauh dari saya, pak!”
Wati meronta saat tangan besar pria asing itu menariknya lalu memeluknya.
Tanpa rasa bersalah apa lagi kasihan pada Wati, wanita yang pernah bekerja dengannya. Alex melakukan apa yang dia inginkan.
Brugh.
Alex menghempaskan Wati ke atas ranjang.
“Kau akan jadi milik ku malam ini, Wati!”
Gumam Alex dengan suara parau menyusuri leher jenjang Wati, pria itu mengukungnya.
“Tidak, saya tidak mau. Le paskan saya, pak! Saya sudah bersuami. Kau pria gila jika masih berani menyentuh wanita bersuami, le paskan saya!” teriak Wati sembari berusaha meronta, bahkan ia mencakar lengan pria yang tengah memberikannya tanda kepemilikan di leher jenjangnya.
‘Tega sekali kamu mas Hasan, menyerahkan ku pada pria yang pernah menjadi bos kita. Kau sungguh suami kejam mas, aku membenci mu!’ Wati terisak dengan hati menjerit.
"Kau yang membuat ku gila, Wati." beo Alex, malah membenarkan perkataan Wati.
Wati hanya bisa menangis di bawah selimut.
“Pria bajingan seperti dia tidak pantas kau sebut suami, Wati! Dari pada menangis, lebih baik kau tidur! Ku pasti lelah usai melayani ku, kau butuh mengistirahatkan tubuh mu!"
"Ngomong ngomong, milik mu ternyata sempit juga, aku pikir longgar. Apa suami mu tidak pernah meminta haknya dari mu?” imbuh Alex tanpa saringan.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Rahma AR
like +iklan
2025-10-27
1
partini
OMG
2025-10-26
1
lina
aihsss
2025-10-21
1