Aisy meremas ujung bajunya, matanya mulai berkaca-kaca, meskipun sekuat tenaga ia menahan agar tidak jatuh, namun cairan bening itu lolos begitu saja, hatinya hancur berkeping-keping menyaksikan sendiri keluarga dari suaminya yang sama sekali tidak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan.
"Mami ... Papi ... sebagai seorang istri aku menolak di madu, aku tegaskan lagi apapun kondisiku, aku tidak mau di madu," ujar Aisy sambil sedikit berdiri dari duduknya.
"Kau mau melawan kami Aisy, lagian suami boleh menikah lagi tanpa restu dari istrinya," sahut Lusi dengan enteng.
"Iya Mami benar, tapi ketahuilah, jika istri pertama murka dan tidak ridho maka keberkahan dalam rumah tangga hilang Mi," ucap Aisy.
"Jangan sok menceramahi kamu sendiri saja sebagai istri kurang ikhlas kurang ridho, seharusnya kau tahu kekuranganku, ini bukan satu tahun atau dua tahun kami di suruh nunggu cucu yang tak kunjung datang, ini sudah sepuluh tahun Aisy," ucap Lusi sambil menunjukkan sepuluh jarinya dihadapan Aisy.
"Tapi Aisy bukan Tuhan Bu."
"Justru itu seharusnya kau peka, jangan keras kepala, terima saja takdirmu yang mandul itu."
"Mi stop, jangan terus-menerus menghujani Ais dengan kata-kata yang menyakitkan itu," tegur Reyhan.
"Biar istrimu sadar Rey, dia itu keras kepala sudah tahu mandul tapi tidak mau mengalah," celetuk Lusi yang sungguh-sungguh menyakitkan.
Aisy tidak tahan mendengar celetukan nyelekit yang ditunjukkan kepadanya, dan tanpa menunggu lama wanita yang mengenakan hijab krem itu langsung meninggalkan ruang keluarga yang mencengkam batinnya itu.
"Aisy tunggu!" panggil Rifat dengan suara tegas.
Aisy menoleh ke arah suara itu, tatapan Rifat benar-benar tajam seolah mengintimidasinya, namun hal itu tidak membuat Aisy berhenti langkahnya terus maju memasuki kamarnya.
Jerit tangisnya mulai mengguncang dada, selama sepuluh tahun ini ia pikir suaminya itu akan menerima kekurangannya, tapi ... semua berbeda.
"Ya Allah kenapa harus aku yang disalahkan dan kenapa harus aku yang di suruh untuk mengalah!" teriak Aisy sambil menekan dadanya yang terasa sakit.
Tangisan itu masih menemani dirinya di ruang kamar yang sunyi itu, hingga tidak lama kemudian suara pintu terdengar dan ternyata Reyhan datang dengan wajah yang begitu kusut.
"Apakah sehina itu, seorang perempuan yang tidak bisa memberikan anak? Apa sehina itu Mas, jawab!” Gertak Aisy.
Reyhan hanya terdiam, terlihat sulit untuk menjelaskan sesuatu yang terjadi saat ini. “Aisy tidak seperti itu, keluargaku butuh keturunan untuk meneruskan usahanya.”
“Lalu kau lebih memilih untuk mengorbankan aku, mengorbankan ketulusanku yang selama ini hanya untukmu Mas,” potong Aisy segera.
“Tidak seperti itu Sy?
“Lantas bagaimana jika tidak seperti itu, sepuluh tahun yang lalu aku rela melepas karirku sebagai seorang dokter semua keahlianku aku gunakan untuk menjaga kesehatan mu dan keluargamu Mas, tapi kenapa mereka semua seolah menganggap ku Aib, aku tidak pernah menyangka."
Tangis Aisy pecah tangannya bergetar seolah tidak sanggup menghadapi pahitnya kehidupan ini, kehidupan yang ia kira akan baik-baik saja ternyata membuatnya hancur berkeping-keping.
“Aku tidak akan pernah memilih orang lain meskipun orang itu diatas kamu, tapi pada kenyataannya kesetiaanku dipertaruhkan dengan kehamilan, aku bukan Tuhan Mas ...!" teriak Aisy.
Sementara itu Reyhan hanya bisa diam sambil menahan amarah yang ada di dalam hatinya, bergejolakan batin yang kontras dengan apa yang terjadi di dalam hidupnya, selama ini ia sudah berusaha menjadi suami yang baik dan setia namun desakan orang tua membuatnya harus menyakiti seorang istri.
"Ais, maafkan aku, tapi aku mohon jangan pernah pergi dari hidupku, aku sangat mencintaimu Ais," ucapnya dengan nada lembut.
"Bohong Mas, jika memang kau mencintaiku tidak akan mungkin ada istri kedua, di sini sudah jelas, bahwa cintamu sudah mulai terbagi, dan kalau memang kamu menurut dengan kedua orang tuamu, maka bersiaplah kamu akan kehilangan Aisy yang sesungguhnya," cetus Aisy.
☘️☘️☘️☘️☘️
Satu Minggu kemudian di sebuah masjid ujung kota sana, Reyhan benar-benar menentang semua perkataan istrinya, dengan balutan kemeja putihnya pria itu benar-benar terlihat tampan dan tegas, namun dibalik semua itu ada rasa bersalah yang cukup besar terhadap istri pertama, Aisy.
Akad segera di mulai dengan diantar keluarga besarnya, Reyhan terlihat begitu gagah dan siap meskipun di dalam hatinya terlintas wajah Aisy yang saat ini tidak bisa hadir karena tidak diberi tahu, Pemuka agama itu mulai menjabat tangan Reyhan lalu mengucapkan ijab dan dengan tegas Reyhan menyahutinya.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Arsinta Devi Suherman Binta Binti David Suherman dengan mas kawin uang senilai 1,5 M beserta logam mulia 20 gram di bayar tunai."
Pemuka agama itu diam sejenak kemudian Mengangguk. "Sah ...."
"Sah ... Sah ...," ucap saksi pertama dan kedua yang saling bersahutan.
"Alhamdulillah."
Doa pun dipanjatkan. Suaranya lembut, menembus kalbu, seakan memohon agar pernikahan ini tak membawa dosa bagi siapa pun.
Tak lama kemudian, dua wanita paruh baya Lusi dan Yani menuntun mempelai wanita memasuki ruangan. Arsinta Devi melangkah perlahan, dengan wajah yang berseri-seri, tanpa peduli jika lelaki yang menikahinya itu merupakan suami orang.
Dengan hati yang bergetar Reyhan mulai melihat untuk pertama kalinya wanita yang sekarang tengah menjadi istri keduanya itu dengan raut yang sulit untuk diutarakan.
'Ya Allah aku benar-benar menikahi wanita pilihan orang tuaku, teruntuk Aisy maafkan aku, dan posisimu di dalam hatiku masih sama seperti dulu Sayang,' gumamnya dalam hati.
Setelah akad selesai sepasang pengantin itu di giring keluarga besar untuk keluar dari masjid, tangis haru dan kebahagian bertumpah menjadi satu, begitu juga dengan pengantin kedua yang merasa lega, akhirnya ia bisa menikah untuk menutupi sebuah hal.
'Terima kasih, Dewi Fortuna sedang berada di pihakku,' gumamnya di dalam hati.
Lusi dan Yani sudah selesai menggiring kedua pengantin itu, hingga masuk mobil, lalu keduanya mulai bercengkerama dengan besan mereka yang dianggap sepadan itu.
"Ibu Farida gimana perasaan anda ketika sudah berhasil menikahkan anak perempuan anda dengan putraku," ucap Lusi begitu jumawa. Sementara itu para suami mereka hanya tersenyum lebar seolah ikut bahagia dengan pernikahan keduanya.
"Tentunya sangat bahagia, akhirnya kita bisa jadi besan," sahut Farida.
"Semoga saja, setelah ini segera diberi momongan, soalnya aku sudah lama ingin menimang cucu," sambung Rifat.
"Itu pasti doakan saja, karena anak kaki masih muda otomatis mesin produksinya masih bagus," sahut David.
Mereka pun tertawa bersama seolah sedang mengejek istri Reyhan yang pertama yang selama ini masih belum bisa memberikan keturunan.
Mobil sudah pergi meninggalkan pelataran masjid, dan untuk pertama kalinya istri kedua di bawa ke dalam kediaman Rifat Firmansyah di saat keduanya masuk, keluarga Firmansyah menyambutnya dengan begitu mewah dan meriah, dan tanpa mereka sadari, di dalam rumah megah itu ada salah satu pembantu yang mengabadikan momen itu dan mengirimkannya potongan video dan foto kepada Aisy.
Bersambung ....
Di bab 4 akan ada perubahan ya Kak ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ayi
Kamu sudah menghancurkan hati wanita yang tulus dan lemah lembut Dirga, aku yakin suatu saat nanti kamu akan menyesal
2025-10-20
  3
Tasmiyati Yati
kabur aja Aisy laki laki gak punya pendirian
2025-10-22
  1
Wang Lee
Tunggu aja beberapa bulan lagi, pasti jadi
2025-10-22
  1