Di tempat lain
Hari ini, Saga kembali mengumpulkan semua staf dari berbagai bidang. Aura mencekam kembali menyelimuti ruangan, dirasakan oleh para pegawai Saga. Mereka semua merasa tegang dan khawatir.
Satu per satu laporan di meja dibaca dengan seksama oleh Saga. Ace sebagai sekretarisnya, dengan setia berdiri di samping Saga, kedua tangannya terlipat rapi di belakang. Ekspresinya tenang, tapi matanya awas mengamati setiap reaksi Saga saat membaca laporan-laporan tersebut.
Saga mengangguk-anggukkan kepalanya, menunjukkan tanda puas. Ia memanggil satu per satu perwakilan dari masing-masing divisi untuk menjelaskan secara detail laporan yang telah mereka buat. Beruntungnya, hari ini suasana hati bos mereka sedang baik, sehingga kesalahan sekecil apapun tidak dipermasalahkan oleh Saga. Ace pun merasa heran dengan sikap bosnya yang beberapa hari ini sering berubah-ubah.
"Ace, bagaimana kabar dengan wanita itu?" tanya Saga tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas di tangannya.
Kening Ase berkerut bingung. "Siapa, Tuan?" tanyanya hati-hati.
"Itu, wanita aneh," ucap Saga sambil terus memeriksa berkas.
"Oh, nona Nirmala. Dia baik-baik saja, Tuan. kabar terakhir yang saya terima, dia diantar oleh Oma menuju kiosnya. Kiosnya berantakan sekali, seperti terkena puting beliung," jawab Ase, menjelaskan dengan detail.
Mendengar ucapan Ace bahwa kios bunga milik Nirmala seperti terkena puting beliung, Saga langsung memalingkan wajahnya, menatap Ace seolah meminta penjelasan yang lebih detail.
Ace yang paham dengan maksud Saga, langsung bercerita bahwa kios bunga Nirmala sempat diacak-acak oleh pria. Dan kabar terakhir yang ia dapat, Oma membantu Nirmala membersihkan kios tersebut dengan mengerahkan orang-orang dari mansion secara langsung.
"Hmm, menarik," gumam Saga pelan, tampak berpikir.
Hari semakin siang, dan tibalah jam makan siang. Saga meminta Ace untuk membelikannya makan siang.
Entah mengapa, tiba-tiba ia seperti merindukan masakan Nirmala, jadi ia meminta Ace membelikan capcay dari restoran langganan mereka.
Ace kemudian menyuruh office boy untuk membeli capcay yang diinginkan Saga.
Setelah sampai, Saga langsung menyantap capcay tersebut. Namun, baru satu suapan, ia langsung memuntahkan makanan tersebut. "Wek, makanan apa ini?!" serunya dengan nada jijik. "Ace, buang semua!" ucap Saga yang langsung berdiri dari duduknya dan meminum air putih untuk menyegarkan tenggorokannya.
Ace dengan sigap mengemasi makanan yang ada di meja kerja Saga, lalu membawanya keluar dan membuangnya ke tong sampah di dapur kantor.
"Jemput wanita itu sekarang, Ace," perintah Saga dengan nada tegas.
Ace mengangguk patuh, lalu undur diri dan menghilang dari balik pintu. Saga kembali duduk di kursinya.
Ace baru saja menginjakkan kaki di kios bunga Nirmala, aroma sedap mawar dan melati langsung menyambutnya.
Namun, keharuman itu seketika terusik oleh suara bentakan seorang pria yang menggema dari dalam. Firasat buruk langsung menghantam benaknya.
Benar saja, di tengah lautan warna-warni bunga, Lucky, mantan kekasih Nirmala, sedang mengamuk.
Jari telunjuknya menusuk-nusuk udara di depan wajah Nirmala, ekspresinya penuh amarah dan penolakan. "Kalau bukan aku, siapa yang mau sama kamu?!" hardiknya, kata-kata itu bagai duri yang siap melukai. Nirmala, bagai bunga teratai di tengah badai, tetap duduk tenang, tak bergeming sedikit pun.
Ace masih membisu, matanya lekat mengamati interaksi keduanya, bagai elang mengawasi mangsanya. Baginya selama Lucky tidak menyentuh Nirmala dengan kekerasan, Ace merasa tak punya hak untuk mencampuri urusan mereka.
Amarah Lucky semakin membara melihat ketenangan Nirmala yang seolah tak terpengaruh oleh emosinya. Dengan brutal, ia menggebrak meja di hadapan Nirmala, membuat gadis itu terlonjak kaget dan berteriak. "Akh.. "
Kesabaran Ace mencapai titik didih. Tanpa ragu, ia menerjang masuk, mencengkeram kerah baju Luki dengan kasar, dan menariknya mundur dengan paksa.
"Jangan kasar dengan wanita, Bung!" seru Ace, memperingatkan Lucky.
Namun, Lucky bukanlah orang yang bisa diingatkan dengan mudah. Ia justru semakin menjadi-jadi, mencoba melayangkan pukulan ke wajah Ace.
Tapi Ace bukan sembarang orang. Sebagai asisten pilihan Tuan Saga, ia memiliki kemampuan di atas rata-rata. Dengan sigap, Ace menangkis setiap serangan Lucky, gerakannya lincah dan taktis, membuat Lucky kewalahan.
Hingga akhirnya, dengan gerakan cepat dan terukur, Ace berhasil melumpuhkan Lucky. Ia melipat kedua tangan pria itu ke belakang, menguncinya dalam posisi yang menyakitkan hingga Lucky meringis kesakitan.
"Ah, lepaskan aku!" raung Lucky, suaranya bercampur antara amarah dan rasa sakit.
Ace masih berdiri tegak, kedua tangannya mencengkeram erat pergelangan Lucky, mengunci setiap gerakannya meski pria itu terus meronta.
Tak lama kemudian, seorang ibu pemilik warung nasi di samping kios Nirmala datang tergopoh-gopoh, napasnya tersengal-sengal bagai lokomotif tua.
Tubuhnya yang gempal membuatnya terengah-engah hanya karena berlari sedikit. "Huh... huh... huh... Mbak, kenapa ini? Ada apa toh? kenapa mereka?" tanyanya panik sambil menghampiri Nirmala. Matanya menyapu tubuh Nirmala dari ujung kepala hingga ujung kaki, mencari tanda-tanda bahaya. "Mbak baik-baik saja?" tanyanya lagi dengan nada khawatir.
Nirmala tersenyum lega, hatinya menghangat karena perhatian yang diberikan ibu pemilik warung. "Nggak papa, Bu," jawabnya lembut. "Itu, ada teman saya datang bantu saya."
Nirmala menunjuk ke arah Lucky yang masih dalam cengkeraman Ace. "Dia itu Lucky, mantan kekasih saya. Dia nggak terima kalau saya putusin, padahal dia sendiri yang sudah selingkuh, Bu." Nada bicaranya tenang, namun tersirat kekecewaan yang mendalam.
Kening ibu pemilik warung nasi berkerut dalam, matanya menyipit seolah sedang menggali ingatan yang terkubur lama. "Loh, Mbak," ujarnya dengan nada terkejut, "ini sepertinya orang yang waktu itu masuk dari pintu belakang kios. Dia juga yang mengobrak-abrik isi kios kamu, Mbak!" Ibu itu menatap Lucky dengan tatapan menyelidik, seolah mencoba memastikan ingatannya tidak salah.
"Jangan asal omong kamu, orang tua!" hardik Lucky dengan nada kasar, berusaha membungkam ibu pemilik warung nasi.
"Hey, anak muda!" seru ibu pemilik warung nasi sambil berkacak pinggang, tak gentar sedikit pun dengan hardikan Lucky. "Ya, saya memang sudah tua, tapi saya ingat betul muka kamu! Kamu yang waktu itu masuk dari pintu belakang kios bunga milik Mbak Nirmala, kan? Aku ingat kamu! Ayo ngaku!" Ibu itu kemudian mulai memukuli lengan Lucky dengan gemas, meluapkan kekesalannya.
Lucky semakin mengerang kesakitan akibat siksaan bertubi-tubi. "Ah, stop, Sakit! Sakit! Hei! Lepaskan aku!" teriak Lucky histeris. Sudah cukup menderita karena cengkeraman kuat Ace, kini ia juga menjadi sasaran pukulan gemas dari ibu pemilik warung nasi.
Ace hanya tersenyum tipis melihat kelakuan ibu pemilik warung nasi yang begitu bersemangat menghukum Lucky. Ia tertegun sejenak. Padahal, ibu pemilik warung dan Nirmala tidak memiliki hubungan darah atau ikatan keluarga apa pun. Namun, ibu pemilik warung nasi itu terlihat begitu menyayangi Nirmala, seolah gadis itu adalah anaknya sendiri.
Anak buah Ace masuk ke dalam kios bunga Nirmala. Dengan sigap, mereka membawa paksa Lucky keluar dari kios tersebut, menyeretnya dengan kasar.
Ibu pemilik warung nasi, juga berpamitan kepada Nirmala karena warung nasinya yang ia tinggalkan masih ada pelanggan yang sedang makan.
Ace berdeham pelan, memecah keheningan. Nirmala pun mengalihkan pandangannya dan menatap wajah Ace. "Ya, Tuan Ace, ada perlu apa Anda kemari?" ucap Nirmala dengan senyum manisnya, mencoba mencairkan suasana yang sedikit tegang.
Wajah Ace tetap datar, tanpa ekspresi. "Tuan Saga meminta saya menjemput Anda sekarang, Nona," ucapnya tegas. "Tidak ada penolakan."
"Harus sekarang ya?" tanya Nirmala dengan nada sedikit kecewa. "Tapi aku baru saja buka lho. Ini baru mengerjakan satu bucket bunga dan belum selesai," ucapnya sambil memperlihatkan bucket bunga yang masih setengah jadi kepada Ace, berharap pria itu bisa mengerti situasinya.
Ace tanpa ekspresi mengambil ponsel dari saku celananya. Jari-jarinya dengan cepat mengetikkan sesuatu pada layar. Tak lama kemudian, kring! Suara notifikasi pesan berbunyi dari ponsel Ace.
Kira Kira siapa ya yang dikirimkan pesan oleh Ace? apakah tuan saga?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments