2 # Rhea

Siang itu cuaca memang mendung di beberapa lokasi, termasuk di sebuah rumah sakit. Seorang perempuan dengan scrub suit berwarna ungu baru saja meninggalkan ruangan, suara langkah kakinya menggema di lorong-lorong rumah sakit. Dia bergegas menuju UGD setelah mendapatkan panggilan darurat, rambutnya yang terikat rapi ikut mengayun seiring dengan langkahnya yang cepat menuju ruang UGD.

Di lehernya tergantung stetoskop, tidak ketinggalan ID cardnya mengayun ke kanan dan ke kiri efek dari derap langkahnya yang mantap tanpa keraguan sedikitpun.

“Dokter Rhea, satu pasien trauma baru masuk.” Suster Gita memberikan sarung tangan lateks pada dokter Rhea.

Rhea mendekat kearah brangkar, dia melihat kearah perawat dan mengangguk. Suster Gita langsung membantu menahan kepala pasien.

Rhea langsung menempelkan stetoskopnya di dada pasien, memeriksa napas pasien. “Apa terasa nyeri?” tanya Rhea saat dia menekan dada pasien.

“I-iya dok. Sedikit,” ucap pasien yang jatuh dari motor.

Rhea mengangguk.

“Mbak Gita, pulsi oximeter” titahnya pada perawat yang bernama Gita.

“Siap, dok.” Mbak Gita memasang pulsi oximeter pada jari pasien tersebut. “97% dok,” lanjut mbak Gita.

Rhea bernapas lega. “Alhamdulillah, saturasinya bagus. Tapi tetap perlu harus kami observasi dulu,” ucapnya pada pasien. “Jangan terlalu banyak bergerak dulu,” titahnya pada pasien yang mendapat anggukan kepala dari pasien.

Dia kemudian beralih pada pasien-pasien lainnya, hari itu Rhea bahkan mengabaikan bunyi nyaring dari perutnya. Saat ini pasien-pasiennya lebih penting, hingga jam dua siang dia baru selesai.

Rhea menghempaskan tubuhnya pada sofa yang ada di ruangannya, dia mengambil ponsel dan membuka aplikasi hijau miliknya.

Beberapa jam yang lalu.

“Aku belum makan siang. Mau makan siang bareng gak, kak?”

Sebelum makan siang dia mengirim pesan pada Rega, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda di balas ataupun di baca.

“Apa hari ini dia sangat sibuk?” monolognya, Rhea iseng melihat story.

Deg

Rhea tersenyum miring, dia menghela napas.

“Hapus pesan” Rhea menghapus pesan yang dia kirim pada Rega.

“Mungkin dia memang sedang meeting di luar dan sangat sibuk,” monolognya.

Dia kemudian beranjak dari sofa, dia kembali menghela napas saat membuka laci ajaib miliknya. Biasanya Rhea menaruh beberapa snack untuk mengganjal perutnya di saat seperti ini, namun ternyata lacinya sudah kosong.

📷 Take a picture “Lupa isi ulang. Sabar lambungku,” unggahnya pada story.

Rhea duduk di balik mejanya, dia membuka leptopnya. Dia memeriksa beberapa berkas miliknya, dia sudah mendaftar ntuk melanjutkan spesialis di beberapa Universitas.

Drrrt

Drrrt

Rhea tersenyum saat melihat nama yang tertera pada layar ponselnya, dia langsung mengangkat panggilan masuk tersebut.

“Kamu belum makan siang, kan? Aku jemput,”

“Memang pak Leo dan pak Dio mengijinkanmu keluar kantor di jam-jam seperti ini?”

“Iya. Pekerjaanku sudah selesai, aku sudah ijin pada pak Dio. Aku harus menyelamatkan satu anak manusia yang sedang galau,”

“Ck … Aku tidak sedang galau, Almira. Aku hanya kelaparan,”

“Aku meluncur. Aku tutup teleponnya,”

Almira adalah sahabat Rhea dari saat mereka SMP, saat ini Almira bekerja sebagai sekertaris Leo di Hanapra atas rekomendasi dari Aruna yang tidak lain adalah istri Arshaka.

Rhea mengganti scrub suitnya dengan rok denim stret, di padu dengan blouse warna putih. Dia bercermin dan membenahi rambutnya agar lebih rapi, dia meraih sling bag dan bergegas menuju parkiran di mana Almira sudah menunggu.

Blugh

Rhea menutup pintu setelah masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kursi kemudi.

Klik

Dia selesai memasang seat belt. “Let’s go Kawan,” ucapnya pada Almira.

“Kamu mau makan apa Rhe?” tanya Almira yang sudah menginjak pedal gasnya meninggalkan parkiran kantor.

“Aku ikut saja. Perutku sudah tidak bisa diajak berpikir,” jawab Rhea.

Almira mengangguk, dia membiarkan sahabatnya tersebut memejamkan mata sejenak. Almira paham benar bagaimana pekerjaan Rhea yang sering berperang dengan malaikat maut, belum lagi Almira juga tahu kondisi hati sahabatnya tersebut sedang tidak baik-baik saja.

Tidak butuh waktu lama untuk Almira sampai di restoran yang saat ini sedang viral, untung mereka datang bukan di saat jam makan siang. Jadinya tempat tersebut sudah tidak terlalu ramai. Almira baru membangunkan Rhea saat dia sudah selesai memarkir mobil milik sahabatnya tersebut, Rhea memang sengaja meminta Almira yang lebih sering membawa mobil miliknya.

“Rhea,” Almira menyentuh lengan Rhea.

“Eumm. Sudah sampai?” tanya Rhea.

“Iya,”

Rhea melepaskan seat belt miliknya, dia merapikan rambutnya sebelum turun dari mobil.

“Mari nona muda,” Almira meraih tangan Rhea, mereka berdua memang sangat dekat. “Thank’s Ra. Aku pasti sangat kehilangan kalau kamu nanti menikah,” sendu Rhea.

Plak

“Sembarangan. Aku tetap ada untukmu meskipun nanti aku sudah menikah,” jawab Almira.

Mereka kemudian masuk ke dalam rumah makan kekinian tersebut.

“Selamat datang kakak. Untuk berapa orang?” mereka di sambut oleh karyawan tempat tersebut.

“Dua orang kak. Kalau bisa yang tidak terlalu ramai,” pinta Almira.

“Baik, kak. Mari saya antar,” mereka berdua mengikuti karyawan tersebut menuju tempat duduk.

Deg

Rasa lapar Rhea seolah menghilang begitu saja saat mendapati beberapa orang yang dia kenal ada di sana, Almira mengikuti arah pandang mata sahabatnya tersebut karena dia melihat perubahan ekspresi Rhea.

Almira menghela napas kasar, dia menepuk pundak Rhea. “Mau ganti tempat?” tanyanya.

Rhea menggeleng. “Tidak keburu. Tidak apa-apa, Ra. Mereka mungkin sedang meeting,” Rhea terkekeh sendiri, dia mengusap lengan Almira.

“Ekspresimu bisa tidak jangan seperti itu! Aku jadi merasa seperti orang yang sangat sedih,” protes Rhea yang mendapatkan tatapan kasihan dari Almira.

Yap! Rhea melihat Rega sedang makan siang dengan Karin dan beberapa orang yang cukup dia tahu siapa mereka, begitu juga dengan Almira. Di sana Rhea melihat Karin yang tidak lain adalah sekertaris Rega, sekaligus adik angkat Rhea. Karena Rhea ternyata bukan putri kandung dari keluarga Darmawan, dia adalah putri angkat keluarga tersebut. Sampai saat ini Rhea masih bungkam, karena keluarga Darmawan masih menganggap Rhea belum mengetahui tentang siapa dirinya.

Almira kemudian merangkul pundak Rhea. “Aku selalu ada untukmu, beb. Apapun keputusanmu nanti aku selalu mendukungmu,” mereka kemudian duduk di meja dan segera memesan makan siang yang sudah sangat terlambat.

Keduanya sembari mengobrol ringan sambil menunggu makan siang mereka datang, Almira bahkan mengambil foto candid Rhea yang sedang melamun.

📷 Take a picture “Makan siang yang kesorean,” unggah Almira pada storynya, dia mengunggah foto Rhea yang sedang melamun. Tidak lupa menambahkan keterangan menyindir seseorang.

“Nge bu nuh orang yang bikin sahabatku ini sedih boleh gak sih? Ada gitu tunangan malah makan siang sama orang lain dari pada sama tunangannya sendiri,” Almira menambahkan caption yang cukup menohok.

Rhea justru terkekeh melihat story yang diunggah Almira. “Kamu mau nyindir siapa, Ra? Percuma, dia tidak punya nomormu. Hal yang sia-sia,” ucap Rhea.

“Ish. Kamu kok malah ketawa sih, Rhe?” gerutu Almira.

“Memangnya aku harus gimana? Nangis? Koprol atau marah-marah?” sahut Rhea.

“Ngamuk kek,” kesal Almira yang kembali membuat Rhea terkekeh.

Bersamaan dengan itu makanan yang mereka pesan datang. “Pesanannya sudah semua ya, kak?” tanya karyawan resto.

“Sudah kak. Terimakasih,” ucap Rhea.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

sabar ya Rhea pasti jodohmu baik klo rega suka karin biarin aja sampah cocok sama sampahh

2025-10-22

0

Zea Rahmat

Zea Rahmat

Almira jodohnya dio ya🤭

2025-10-14

0

Zea Rahmat

Zea Rahmat

karin kayanya daging sepertinya... pelakor

2025-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!