Chapter 03 - Permintaan Terakhir

Kondisi Kakek dinyatakan kritis setelah dibawa kerumah sakit. Seluruh keluarga besar Dewata datang, kecuali Anna yang hanya bisa menanti-nantikan kabar baik dari Rumah sakit.

Anna melaksanakan kewajibannya, sebagai umat muslim, meminta pertolongan hanya kepadanya, sang maha pencipta. Ia tak punya tempat lain untuk mengadu hanya ialah tempat untuk Anna mengadu dan meminta.

"Ya Allah... Hamba memohon padamu, hanya engkaulah tempat untukku mengadu dan memohon. Tolong berikanlah keselamatan untuk Kakek Edward. Namun, jika yang terbaik menurutmu adalah membawanya ke sisimu. Aku ikhlas, tapi berikanlah hambamu ini kesempatan untuk berada di sisinya, disaat-saat terakhirnya," pinta Anna, tak terasa air matanya mengalir deras. Karena ia tahu betul, selama ini Kakek telah mengidam penyakit kanker yang terus menggerogoti dirinya tanpa sepengetahuan siapapun.

Hanya Anna dan Asisten Pribadi Kakek yang mengetahuinya, karena Anna yang selalu berada di samping Kakek tanpa sengaja mengetahui semuanya. Anna tahu betapa sakitnya Kakek menahan semua itu. Maka itulah Anna ikhlas jika satu-satunya orang di dunia yang menyayanginya dengan tulus, kembali ke sisi yang maha kuasa.

"Hiks... Kakek. Makasih, makasih banyak. Dan, maaf," lirih Anna, terisak. Ia menangis sesenggukan sembari berusaha menahan tangisnya agar tak terdengar.

Di rumah sakit.

**CEKLEK**!

Pintu ruang operasi telah dibuka dan dokter keluar. Membuat Lucian segera bergegas menghampiri Dokter dan bertanya.

"Bagaimana kondisinya!"

Dokter menggeleng pelan. "Tuan, harus segera mempersiapkan hati untuk kemungkinan terburuk, saya minta maaf tapi penyakit kanker Tuan Besar sudah menyebar dan tak bisa lagi----."

"Apa-apaan kau, hah! Aku membangun rumah sakit ini agar keluargaku bisa mendapatkan perawatan terbaik! Mengapa tidak ada satupun laporan jika Kakek mengidap kanker!" bentak Lucian dengan amarah yang membuncah, ia menarik kerak Dokter itu dengan emosi. Ia baru saja mendapati wanita yang di cintanya berada dalam kondisi koma dan sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa ia akan kehilangan Kakeknya juga.

Ia memang membenci sikap tak adil dan pilih kasih Edward padanya dan Anna, bahkan sebelum kedatangan Anna, Edward tak pernah menunjukkan kasih sayangnya pada dirinya.

Entah sudah berapa banyak prestasi yang Lucian dapatkan dalam dunia akting, bahkan ia harus menjalani dua peran yang sama-sama sulit yaitu menjadi Pewaris DW Entertainment juga menjadi seorang Aktor.

"Kami tak bisa berbuat apa-apa, karena Tuan Besar melarang kami untuk melaporkan keadaan beliau kepada siapapun," jelas Dokter menunduk takut.

"Cukup, Lucian! Jangan membuat keributan! Jelas-jelas Kakek yang merahasiakannya dari kita semua!" teriak Adam, Papa Lucian.

Lucian melepaskan tangannya, dan terduduk lemas.

'*Haha... Apakah sampai akhir kau tidak akan pernah memberitahukan semuanya padaku, Kek? Apakah kau sungguh sangat membenci diriku*?' batin Lucian, ia menahan sesak di dadanya dan memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

**CEKLEK**!

"Lucian! Pasien memanggil seseorang bernama Lucian! Apakah hadir?" tanya seorang suster, melirik diantara anggota keluarga Dewata.

Lucian tertegun. Ia terdiam sejenak seolah tak percaya bahwa Kakeknya akan memanggil dirinya sesaat setelah ia sadar. Lucian segera berlari memasuki ruangan dengan perasaan tak menentu berpikir bahwa mungkin Kakeknya akhirnya akan mengerti dirinya.

"Ka-Kakek," panggil Lucian, melihat keadaan Kakeknya yang sangat memperihatinkan.

Sosok **Edward Stuart Dewata**, yang sangat terkenal di industri hiburan, mantan Aktor Terpopuler dan Pendiri Perusahaan Entertainment terbesar di Asia, DW Entertainment. Saat ini sedang terbaring dengan selang infus dan oksigen di tubuhnya, dengan kulit yang memucat.

Edward menjulurkan tangan perlahan menyentuh tangan Lucian. Melihat itu Lucian merasa bahagia.

"Apa yang ingin Kakek katakan? Katakan saja, Aku akan mendengarkannya," ucap Lucian pelan, penuh dengan perasaan.

"Me-menikahlah dengan Anna, Luc," lirih Edward terbata-bata.

**DEG**!

Jantungnya seolah berhenti berdetak saat itu juga. Ia yang tadinya berharap ungkapan kasih sayang dari Sang Kakek malah mendengar permintaan paling tak masuk akal itu.

**Plak**!

Lucian menghempaskan tangan Edward dengan kasar. Wajahnya terlihat jelas menelan kekecewaan yang begitu dalam pada ungkapan Edward pada dirinya barusan.

Bukan ungkapan kasih sayang, melainkan menikahi Anna yang jelas-jelas telah mencelakai kekasihnya, yang telah merenggut semua kasih sayang Edward darinya dan sekarang ia akan merenggut kebahagiaannya juga?

"Luc---."

"Cukup! Haha... Sampai akhir pun Kakek tetap membela gadis hina itu, kan! Aku membencinya! Sejak Kakek membawanya ke rumah!" Lucian lelaki itu yang selalu tampak dingin tak berperasaan akhirnya memperlihatkan raut wajah kekecewaan yang mendalam, kasih sayang Edward adalah hal yang paling ia inginkan.

Edward adalah kebanggaannya sejak kecil. Tetapi Edward selalu bersikap dingin, acuh dan keras padanya.

"Ini permintaan terakhir Kakek. Kakek ... mohon," lirih Edward, menatap Lucian.

Edward tahu rasa benci Lucian terhadap Anna karena semua kesalahpahaman yang ia lakukan tanpa pernah ia luruskan. Tapi Edward yakin, ketulusan cinta Anna terhadap Lucian lah yang akan mengubah Lucian. Edward tahu, Anna seribu kali lebih tulus dan baik untuk Lucian daripada Mona.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!