Bab 3

Rendra menggenggam jemari Alluna, terlihat Alluna kurang bersemangat melangkah menuju kantin, Rendra ingin segera bertanya tapi melihat banyak para siswa yang menuju ke kantin, Rendra takut tidak kebagian bangku, Hingga pertanyaan itu di tunda.

Setibanya di kantin, Rendra memesankan Alluna makanan, dan saat memesan makanan mata Rendra tak berhenti menatap Alluna seperti orang menahan kesakitan.

Dan di depan meja mereka ada Alaska, yang sama-sama memperhatikan Alluna dalam diamnya.

Pandangan Alaska saat melihat Alluna sama seperti Rendra, tapi apa daya Alaska hanya mampu memandanginya dari jauh.

"Ke mana?" tanya Gisel melihat Alluna berdiri.

"Ke toilet," singkat Alluna menjawab.

"Mau gue antar?" tawar Gisel.

"Jangan, nanti mejanya ada yang embat, tunggu ya, gue ke toilet bentar," ujar Alluna.

Alaska memperhatikan ke mana Alluna pergi, lalu dirinya beranjak dari duduknya.

"Ke mana Al?" tanya sahabatnya yang berada di sampingnya.

"Gue ke toilet bentar," ujar Alaska sambil sedikit berlari.

Saat hendak memasuki toilet, tiba-tiba Alluna di hadang seseorang.

"Heh ... kamu ..., berani-beraninya deketin pacar gue, udah bosen hidup Lo?" gertak Friska dengan mencengkram kerah kemeja Alluna.

Alluna mengerutkan keningnya, "Hey ... ada apa ini? gue mau ke toilet, mau apa gue kencing di sini dan kena baunya sama kalian?" cecar Alluna tanpa rasa takut.

"Lepas gue pengen ke air kebelet," ucap Alluna kembali.

"Cepat kita tunggu lo di sini," ujar Friska sewot.

Alaska memperhatikan kedua wanita itu secara diam-diam, dengan jarak yang cukup aman.

Setelah selesai Alluna kembali keluar, "Maaf ada apa ya Ka?" tanya Alluna santai.

"Hey Lo ..., jauhi pacar gue, jangan ganjen Lo?' cecar Friska kembali.

Alluna mengerutkan keningnya, Pacar?. pikir Alluna heran.

Gue kan cuma dekat sama Rendra, ko bisa sih Rendra punya pacar model begini.

"Heh dengar ga?" cecar Friska kembali.

"Dengarlah ka ... kan punya telinga, sudahkan cuma tanya itu?" tanya Alluna santai.

"Yee ... bisa ga lo jauhi pacar gue?" geram Friska.

"Soal itu ... ok, maaf ni Ka, aku lapar udah dulu ya," pamit Alluna santai sambil melambaikan tangan bergegas meninggalkan Friska dan kawan-kawannya.

"Ha ... itu orang ...," heran Friska dan kawan-kawannya melihat tingkah Alluna yang santai, padahal Friska biasanya membuat orang ketakutan tapi Alluna memang lain.

Alaska tersenyum di balik tiang tembok sekolah ...

Lun ... Lo memang sudah berubah .... Gumam Alaska dan ikut meninggalkan tempat itu.

Setibanya Alluna di kantin, Rendra dan Gisel telah menunggu kedatangan Alluna.

"Lama amat sih Lun ... dari mana aja sih," protes Gisel sambil menyuap makanannya.

"Ga ke mana-mana habis dari toilet,"

"Oya Ren ... jangan dekat-dekat deh sekarang sama gue, pacar lo protes tadi sama gue, rese banget sih cewe lo," ucap Alluna, dengan seketika Rendra terhenti makan dan menatap Alluna tanpa berkedip.

"Lo bilang pacar gue?," tanya Rendra sambil menunjuk ke dirinya sendiri.

"Iya jauh-jauh deh dari gue, kalau ga selesaikan baik-baik biar dia ga cemburu sama gue," sahut Alluna sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya.

"Lun ...," membalikkan tubuh Alluna menjadi berhadapan dengan Rendra, dan interaksi mereka tak lepas dari pandangan Alaska.

"Apa sih, lagi enak makan ini," protes Alluna sambil memandang ke arah Rendra.

"Kapan gue punya pacar?, kalaupun punya pacar ya lo Lun," protes Rendra tidak terima.

Alluna menatap Rendra dengan menautkan kedua alisnya.

"Maksud lo gue?"

"Pake otak lo, gue sehari-hari cuma sama lo, kapan lagi gue jalan sama cewe selain lo, kalaupun gue punya pacar lo pastinya tahu," jelas Rendra.

"Terus ... cewek tadi bilang gue suruh jauhi pacarnya?, terus kalau bukan lo? siapa Ren? kan gue cuma dekat sama lo?" pertanyaan demi pertanyaan menghinggapi otak Alluna.

Rendra mengangkat bahunya, lalu memakan kembali makannya.

Sedangkan Alluna juga enggan memikirkan itu, dia pikir mungkin kakak kelasnya itu telah salah menegur orang.

Dan Alluna pun kembali menyantap makanannya, sedangkan gisel hanya menjadi pendengar setia.

Tanpa di sadari mereka, dari arah depan yang jaraknya cukup jauh, Alaska masih sesekali melirik ke arah Alluna, lalu tiba-tiba jalan seorang wanita dari arah Alluna dengan gaya yang angkuh dengan langkah kaki yang berlenggak-lenggok.

Membuat semua mata memandang, terkecuali Alluna yang tidak terganggu asik dengan dunianya.

Gisel menyenggol lengan Alluna, membuat Alluna sadar dari kefokusannya. Lalu mengerutkan keningnya, dan mengikuti arah pandangan Gisel.

Tanpa di sadari Alluna, Alluna pun akhirnya mengikuti wanita itu berjalan, begitu juga dengan yang lain.

Lalu ... wanita itu dengan seenaknya meminta dengan kasar orang yang tengah duduk bergeser, padahal tempat itu sudah penuh oleh orang yang sedang menikmati makannya.

Alluna hanya menggelengkan kepalanya, ini adalah wanita yang tadi dia temui, dan kini wanita itu duduk di depan laki-laki yang telah menolongnya saat terjatuh.

Dari sana Alluna paham, dia menganggukkan kepalanya, lalu menggelengkan kepalanya, lalu kembali menyantap makanan yang ada di hadapannya.

"Kenapa lo Lun?" tanya Gisel melihat gerakan Alluna.

"Nanti aja gue cerita,"

"Apaan Lun?" tanya Rendra kepo.

"Haha lo lihat cewek itu?, nanti gue cerita jelasnya tentang cewek itu, sekarang kita makan gue lapar, badan gue juga ingin santai pegal-pegal ini," ucap Alluna santai sambil menyuap ke dalam mulutnya.

Sedangkan Alaska ..., memutar ke dua bola matanya dengan malas.

"Lihat siapa si Al? sampai segitunya ... memang ada ya wanita yang bisa menarik perhatian lo lebih dari gue? kan gue di sini yang paling cantik," ujar Friska kepedean lalu melirik ke arah belakang.

Dia lagi ... cewek kaya gitu ga ada cantik-cantiknya di lirik. Gerutu Friska dalam hatinya, kriteria Friska cewek cantik itu yang suka dandan menor dan bukan kaya Alluna dengan penampilan cuek tanpa ada riasan berlebihan.

Sedangkan Alaska hanya mengerutkan keningnya ....

Ada ya cewek sepede dia ... ih ..., batin Alaska menggidigkan bahunya lalu beranjak dari tempat itu.

Alluna yang sedang makan tidak sepenuhnya fokus kepada makanannya, melainkan ujung matanya menatap ke arah depan yang tepat ada Alaska di hadapannya.

Alluna menahan tawanya saat melihat tingkah Pria yang telah menolongnya itu pergi begitu saja meninggalkan perempuan itu.

Membuat Alluna tidak tahan dengan menahan tawanya hingga akhirnya terbatuk-batuk, membuat Rendra dengan cekatan memberikan segelas air untuk Alluna.

"Terimakasih," Alluna menerima air tersebut, namun dengan bibir yang masih menahan tawanya yang siap kapan saja bisa meledak.

Rendra mengerutkan keningnya, entah apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti menahan tawa yang siap meledak kapanpun.

"Sudah ... tahan dulu, lebih baik cepat habiskan nanti kamu ceritakan semuanya," saran Rendra yang tahu ada sesuatu di balik sikap Alluna.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!