_____
Saat ini Nazra dan Caca sedang duduk berdua di pinggiran jalan depan tempat praktek menunggu jemputan. Dan terlihat pula gelagat aneh dari Nazra sejak kepergian lima driver ojol tadi.
"Ra kamu sehatkan? Waraskan?" Tanya Caca yang menatap bingung kearah Nazra yang masih aneh.
"Sehat kok mbak, waras banget malah." Jawab Nazra dengan senyum senyum nggak jelas.
"Kok kamu senyum senyum sendiri gitu, emang ada yang lucu? Apaan sih Ra?" Tanya Caca sambil mengarahkan pandangan kemana Nazra memandang. Namun tetap sama tak ada hal yang sekiranya lucu.
"Nggak ada apa apa kok mbak." Jawab Nazra tersenyum.
"Kamu lagi seneng gak mau cerita sama mbak nih? Kok kamu jahat banget." Gerutu Caca dengan memasang raut wajahnya cemberut.
"Belum saat nya cerita mbak, masih tunggu kelanjutan nya." Jawab Nazra.
"Soal apasih Ra? Bikin mbak penasaran aja." Ucap Caca.
"Kak ayok pulang jangan ngerumpi mulu, ntar panci tetangga ilang lagi." Ucap Fatih yang sudah berada tepat dihadapan Nazra dan Caca.
"Hayoklah." Jawab Nazra mendekati sang adik.
"Kalian berdua nyepeda?" Heran Caca.
"Lah iya mbak, yang lagi viral itu lo goes goes." Jawab Fatih cengegesan.
"Semerdeka mu lah, oh ya mbak titip kakak mu. Kayaknya dia lagi kurang waras." Ucap Caca kepada Fatih.
"Lah emang pernah kapan kakak waras mbak? Kan otaknya udah digadein buat biaya kuliah nya." Jawab Fatih ngasal sehingga membuat Nazra sedikit esmony dibuatnya.
"Tuh mbak calon dah dateng, buruan dek ayok pulang jangan ngerumpi ntar kolor tetangga ilang." Ketus Nazra.
"Lah kan gatian kakak yang ngonthel lah masak Fatih lagi." Ucap Fatih seraya turun dari sepeda nya.
"Yodah sini lah." jawab Nazra yang kemudian beralih menjadi driver dan Fatih sebagai boncengers.
_____
Sesampainya dirumah, Nazra masih tetap senyam senyum nggak jelas. Bahkan saat masuk garasi, tanpa sadar sepeda yang dikendarai nya kebablasan menabrak mobil sang ayah yang terpakir hingga mengakibatkan terjungkalnya Fatih.
Gubrak!!!!!
"Allahu Akbar, kakak konsentrasi dong nabrak kan." Pekik Fatih yang sudah terduduk dilantai.
"Kamu ngapain kok lesehan digarasi dek?" Tanya Nazra dengan polosnya.
"Lah kakak nabrak mobil ayah, aku kaget teros jatoh gini." Jelas Fatih seraya berdiri dari duduknya.
"Makanya hati-hati dek." Ucap Nazra tanpa dosa.
"Bener kata mbak Caca kalo Kak Nara lagi nggak waras." Gumam Fatih.
"Kamu masih percaya aja sama mbak Caca, lagi halu dia tuh." Sanggah Nazra.
"Oalah kak, sadar diri kenapa. Kakak aja loh dari tadi bengong sambil senyum senyum gak jelas masih nggak mau ngaku lagi." Gerutu Fatih saat Beriringan dengan Nazra memasuki rumah.
"Dek, kakak kamu sehat?" Tanya Pak Rizal dari ruang keluarga.
"Lagi kurang waras Yah, barusan aja nabrak mobil ayah sampek Fath kejungkang." Sewot Fatih menjawab sang Ayah.
"Kakak mau kekamar aja deh, semua pada bilang kakak gak waras masaknya." Gumam Nazra yang berlalu menuju kekamarnya.
"Emang gak waras." Balas Fatih ketus.
"Lagi jatuh cinta kayaknya Yah." Sambung Bu Tika yang baru datang dari arah dapur.
"Kalik aja gitu bun, biar gak kelamaan jomblo tu bocah." Jawab Pak Rizal.
_____
Dirumah yang berbeda, kini Faiz masih tergelatak lemas diatas sofa sederhana di ruang keluarga. Dirinya tak sendiri disana, melainkan ditemani Bu Leni dan Pak Aji.
"Kok bisa gini sih Iz?" Tanya Bu Leni sedikit cemas.
"Ya namanya musibah buk, mau gimana lagi." Jawab Faiz apa adanya.
"Lah kok bisa kamu keracunan makanan mahal toh Iz?" Sambung Pak Aji.
"Itu makanan dari cewe yang pernah Paiz tolak pak, buk. Kalik aja emang niat ngeracunin Paiz karena sakit hati." Jelas Faiz kepada orangtuanya.
"Untuk selanjutnya kamu yang hati-hati ya Iz." Ucap Bu Leni perhatian.
"Tapi kok kamu keliatan seneng gitu Iz? Kan kamu lagi sakit?" Tanya Pak Aji dengan heran.
"Ya seneng aja pak." Jawab Paiz apa adanya.
"Iya senengnya kenapa? Sampek senyum senyum gitu sejak pulang tadi." Sambung Bu Leni.
"Ya karena Paiz sakit jadi bisa ketemu sama bu dokter cantik." Jawab Paiz dengan cengiran kudanya.
"Lah halah, anak bujang baru juga ketemu dokter cantik udah langsung gak waras." Ucap Bu Leni seraya geleng kepala.
"Emang kamu berobat kemana Iz? Perasaan kebanyakan dokter umum tu laki-laki." Ucap Pak Aji.
"Yang dideket SMA itu Pak, dokter nya cantik asli paket manis pulak." Jawab Faiz.
"Oalah Dokter Nara ya Iz?" Antusias Bu Leni saat mendengar penuturan sang anak.
"Belom kenalan, kalo di plangnya sih Dr. Nazra." Jawab Faiz mengingat.
"Iya itu, nama panggilannya dokter Nara, dokternya udah cantik ramah lagi." Jawab Bu Leni berbinar bahagia.
"Lah ibu kok tau.?" Tanya Pak Aji.
"Iya kan waktu ada penyuluhan di puskesmas dokter Nara sempet dateng." Jawab Bu Leni.
"Idaman kan Bu?" Tanya Faiz.
"Idaman banget Iz." Jawab Bu Leni yakin.
"Iya calon istri idaman, menantu idaman. Tapi sayangnya gak mungkin." Gumam Pak Aji.
"Kok gak mungkin pak?" Tanya Bu Leni.
"Ya iyalah, emang bu dokter mau sama anak kita buk, yang cuma tukang ojek online?" Tanya Pak Aji kepada sang istri.
"Iya juga ya pak, apalagi keliatan nya bu dokter anak orang berada." Ucap Bu Leni yang menerawang jauh ntah kemana.
"Dengan pesona Paiz yang manis abis kayak brownis gini pasti ada jalan menuju hati bu dokter cantik." Jawab Paiz percaya diri.
"Manis kayak brownis? Bentuk kayak lemper gagal kukus gitu kok." Ketus Bu Leni.
"Mending, bentukan kayak lele kecemplung aer garem gitu mau deketin bu dokter." Sinis Pak Aji.
"Dukung gitu lo pak buk, bukannya malah dihina begini Ya Allah nasib anak kandung serasa anak tiri." Ucap Faiz mendrama.
"Bapak sama ibu cuma bisa bantu doa aja Iz, kedepannya ya Allah yang atur." Jawab Pak Aji menasehati.
"Iya juga sih pak, jadi insecure kan. Ah bapak sama ibuk." Lemas Faiz seketika.
"Makanya jadi bujang jangan buluq buriq gini lah Iz." Ucap Bu Leni menilai penampakan sang anak.
"Hitam manis ini Buk." Bela Faiz yang tidak terima dengan ucapan sang ibu.
"Hitam sepet lah Iz, bapak aja muak liat kamu." Lanjut Pak Aji tanpa merasa bersalah.
"Bu Dokter cantik tolong lah Mas Faiz ini yang dibully orang tua sendiri." Gumam Faiz dengan gaya yang memelas.
"Males, buluq aja kenapa harus ditolongin." Jawab Bu Leni yang seakan berperan menjadi dokter cantik.
"Huahahaha suntik mati aja langsung." Sambung Pak Aji yang membuat Faiz semakin kesal.
"Bully aja teros, hina teros, sakitin teros. Anak bujang yang malang ini cuma bisa pasraaahhhhh." Ucap Faiz kesal.
"Baperan jadi orang." Sinis Bu Leni dan diangguki oleh Pak Aji.
Pasrah, begitulah Faiz jika sudah dibully kedua orang tuanya. Bukannya membully sebenarnya, hanya meluapkan beberapa kalimat yang bertujuan menyadarkan Faiz tentang siapa dirinya. Namun jika dikaji lebih mendalam memang lebih menyerupai sebuah bullyan, atau lebih tepatnya ya body Shaming.
Setelah mempasrahkan diri menjadi bahan bullyan orangtuanya, Faiz membersihkan dirinya dan kembali rebahan didalam kamarnya yang sangat terlihat sederhana namun rapi dan nyaman. Otak Faiz memang hanya sepertiga, tapi Faiz sangat mencintai kebersihan dan itulah sebabnya kamar Faiz terlihat rapi dan bersih dibandingkan dengan kamar anak bujang pada umumnya.
"Andaikan engkau menjadi milikku." Faiz merebahkan tubuhnya diatas kasur yang mana disana sudah banyak tercetak pulau Sumatra Jawa Kalimantan dan Papua.
"Tapi kata bapak bener, emang bu dokter cantik mau sama aku yang dekil buriq bulug gini?" Gumam Faiz sedih.
"Kumis cuman ujung kanan kiri doangan yang keliatan kayak lele kenak setrum, pengen punya pacar buk dokter cantik seksi putih mulus kayak bongkahan salju." Kekanan dan kekiri Faiz berguling ria seraya bergumam mencurahkan uneg-unegnya.
"Sadar toh Iz, Paiz. Otakmu aja cuma seperempat kok ngayal teros." Lanjut Faiz yang sudah merubah posisi menjadi nungging.
Ck ck ck!
"Ya Allah cak, cecak. Kamu aja prihatin kan liat aku." Ucap Faiz yang mendengar suara cicak dikamarnya.
"Ngenes banget, sekalinya suka kok ya buk dokter toh. Harta Tahta Nggak Ada kalo aku mah cak." Curhat Faiz, dan cicak yang di ajak curhat malah melarikan diri lewat ventilasi.
"Oalah jangkrek!!!!" Umpat Faiz saat menyadari bahwa si cicak teman curhat nya sudah kabur ntah kemana.
"Kan, kan kumat kan. Itu cicak Paiz, bukan jangkrik. Tolong." Ucap nya lagi dengan penuh penekanan menyadarkan kebodohan diri sendiri.
Malam semakin larut dan Faiz semakin nggak waras dikamarnya. Dalam otak kecilnya yang sudah menciut akibat terlalu sering kepanasan terlintas bayangan senyum indah nan manis milik dokter cantik yang bernama Nazra.
Ntah bagaimana awal mulanya hingga Faiz dibuat seolah telah dimabuk CINdua TApai alias CINTA. Berguling kekanan dan kekiri seraya terus tersenyum semanis gula tebu yang sudah dikerubungi semut, Faiz mengahayalkan jika dirinya bisa berjumpa lagi dengan dokter manis nan cantik itu.
___
🙄Oalah, si Paiz lah kanai virus CINdua TAbayak nampak e maaa. Labiah bahayo daripado Corona😁
Arti kata yang asli ini gaes😁
*Cindua Tapai \= Cendol Tape
*Cindua Tabayak \= Cendol Tumpah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
BOIEL-POINT .........
niCe ............
2022-08-18
1
Peenky Ceepy
nympek sni pipi dah sakit nahan tawa... 🤣
semangan thor...
2021-12-23
1
Puspita Sari Kurniawan
asyik jg nich yg buat crt pintar bahasa nya
2021-08-02
1