Bab 2. Sempat Ditentang

Setelah membawa Raisa ke rumah dan di rawat selama beberapa hari. Keanu dan Vania mengurus tes kesehatan untuk Raisa. Setelah semua itu, mereka juga mengurus surat adopsi. Namun kabar itu terdengar sampai telinga ibunya Keanu. Vivian tampak sangat tidak senang. Dengan keputusan anak dan menantunya itu.

"Kalian ini, kalian sudah punya Camelia kan? dia sangat sehat, sangat pintar. Kenapa juga kalian harus adopsi anak lain. Anak pemulung pula!" kesal Vivian.

Sebenarnya bukan Vivian membenci pekerjaan itu. Tapi dia lebih takut latar belakang lain di pekerjaan orang tua Raisa yanga telah meninggal itu.

"Ibu, Raisa sebarang kara..." Keanu baru mau menjelaskan, tapi Vivian kembali menyela putranya itu.

"Memangnya kenapa kalau sebatang kara? memangnya kamu pikir kenapa ada panti asuhan? kenapa ada day care? kenapa ada ratusan yayasan yang berdiri di negara ini dengan donatur seperti keluarga kita? tentu saja untuk mengatasi masalah seperti ini! tinggal bawa dia ke salah satu panti asuhan dimana kita menjadi donatur Keanu! bukan mengadopsi seperti ini!" Vivian masih sangat tidak suka.

"Bu, Camelia yang pertama kali melihatnya. Anak itu juga baik, dia bersih. Kami sudah melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh ke rumah sakit!" jelas Vania.

Vivian menghela nafas panjang.

"Menantu, makanya kamu dan Keanu itu jangan sibuk kerja saja. Pada akhirnya Camelia kesepian kan? kalau dia memang butuh teman, atau saudara, kalian kan bisa memberikannya adik lagi..." Vivian menjeda ucapannya.

Untuk sesaat dia lupa, kalau menantunya itu memang sangat tidak disarankan untuk hamil lagi. Karena saat melahirkan Camelia, terjadi komplikasi akibat dia yang hampir keguguran karena saat dia hamil besar, kota ini terkena wabah yang cukup parah saat itu.

Menyadari dia telah salah bicara, Vivian segera mengusap lengan menantunya.

"Menantu, maafkan ibu. Ibu tidak bermaksud..."

Vania segera membalas uluran tangan ibu mertuanya itu.

"Tidak apa-apa Bu" kata Vania yang langsung tertunduk diam.

Sebenarnya dia juga sangat ingin punya anak lagi. Berpikir jika dewasa nanti, atau jika terjadi sesuatu pada dirinya dan suaminya. Dia juga memikirkan Camelia. Anaknya itu akan sendirian. Dia juga tidak ingin Camelia jadi anak tunggal.

Namun, suaminya yang tidak mau punya anak lagi. Ya, karena Keanu sangat mencintai istrinya. Dia tidak mau sampai terjadi sesuatu pada istrinya saat hamil atau saat melahirkan. Dia seorang dokter, tentu saja dia paham betul apa resiko yang harus istrinya tanggung nanti jika kehamilannya bermasalah.

Oleh karena itu, Keanu yang selalu menolak saat Vania mengungkapkan keinginannya untuk punya anak lagi.

Vivian tadi sedikit emosi, dari pertama dia melihat anak yang di adopsi oleh Keanu dan Vania itu. Dia sudah tidak simpatik sama sekali. Rasanya ada pandangan yang aneh di mata anak itu. Dia tidak menganggap anak itu nakal atau bawa siall. Namun sebagai seorang yang sudah hidup sangat lama, yang sudah sering bertemu dengan orang, dan banyak memandang mata orang. Vivian merasa pandangan anak itu berbeda.

Seseorang yang mungkin saja tidak bisa menilai apa yang baik dan tidak. Dari caranya menatap Keanu dan Vania, tak seperti cara Camelia menatap kedua orang tuanya itu.

Namun rasa bersalah, karena tadi dia sudah mengungkit masalah anak. Membuat Vivian tidak bisa berkata-kata lagi.

"Terserah kalian saja. Tapi jangan samakan apa yang kalian berikan pada Camelia dengan apa yang kalian berikan pada anak itu. Bagaimana pun, Camelia kan anak kandung kalian. Cucu kandung ibu, paham!"

Mendengar apa yang dikatakan Vivian, Keanu dan Vania tersenyum senang. Mereka saling pandang, dan langsung setuju dengan apa yang dikatakan oleh Vivian.

"Iya Bu" jawab keduanya bersamaan.

Sementara Camelia dan Raisa yang duduk di pagar pembatas lantai dua melihat dan mendengarkan percakapan dari ketiga orang dewasa itu.

"Kamu dengar itu kakak, mulai sekarang aku akan panggil kamu kakak. Kamu adalah kakakku!" kata Camelia meraih tangan Raisa dan menggenggamnya.

Sementara Raisa, dia masih melihat ke arah tiga orang di bawah itu. Usianya lebih dewasa dari Camelia. Dia paham tadi apa yang dikatakan oleh Vivian.

Yang dia tangkap dari pembicaraan ketiga orang di bawah itu bukan seperti Camelia yang menangkap kalau orang tuanya telah berhasil membujuk neneknya untuk setuju dengan keinginan Camelia dan kedua orang tuanya untuk mengadopsi Raisa.

Tapi, yang gadis berusia 8 tahun itu tangkap adalah. Ketiga orang di bawah sana itu. Tidak akan pernah memberikan hal yang sama padanya, seperti apa yang akan mereka berikan pada Camelia.

Raisa menoleh ke arah Camelia.

"Nanti, kalau aku minta barang darimu. Kamu akan berikan padaku kan?" tanya Raisa.

Camelia yang sama sekali tidak merasa harus menolak apa yang dikatakan oleh Raisa itu pun mengangguk dengan cepat.

"Tentu saja, kakak bisa minta apapun dariku! tapi pasti apa yang diberikan padaku oleh ayah dan ibu, ayah dan ibu akan berikan juga pada kakak!" jelas Camelia kecil yang sangat polos dan baik hati.

"Iya, misalkan yang diberikan padamu nanti lebih bagus. Jika aku minta, kamu mau tukar kan?" tanya Raisa lagi.

Camelia pikir itu sama sekali tidak masalah. Maka gadis kecil itu pun kembali mengangguk dengan cepat.

"Iya" jawabnya polos.

Barulah setelah mendengar jawaban itu dari Camelia. Raisa tersenyum.

"Bagus, kalau begitu aku mau jadi kakakmu. Apa kamu punya makanan enak? aku lapar!" kata Raisa memegang perutnya.

"Makanan enak?" tanya Camelia yang memang tidak pernah menyimpan makanan di kamarnya.

Camelia tidak pegang di ijinkan oleh orang tuanya jajan sembarangan.

"Kalau kakak lapar, kita ke dapur saja. Minta buatkan makanan pada bibi Minah"

"Kamu tidak punya permen?" tanya Raisa dan Camelia langsung menggelengkan kepalanya.

Raisa menghela nafas.

"Kalau coklat?" tanya Raisa lagi.

Dan lagi-lagi Camelia menggeleng kepalanya.

"Kamu benar-benar payah. Seharusnya kamu gunakan uang jajanmu untuk membeli semua itu!" gerutu Raisa yang merasa tidak senang.

Karena menurutnya percuma saja Camelia itu jadi anak orang kaya, tapi bahkan permen dan coklat saja tidak ada di kamarnya.

"Kakak, apa aku harus punya semua itu? kata ibu permen dan coklat tidak baik untuk anak kecil. Gigi kita bisa berlubang, aku pernah ikut ibu ke klinik paman Salam, dia dokter gigi dan ada gambar gigi berlubang yang menyeramkan..."

"Kamu sudah di bohongi oleh mereka. Kalau memang berbahaya, kenapa masih ada yang menjual semua makanan itu?" tanya Raisa mempengaruhi Camelia.

Camelia terdiam. Sebenarnya apa yang dikatakan Raisa benar juga. Tapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kakak, ibu tidak pernah berbohong!" tegas Camelia.

"Terserah! cepat antar aku ke dapur. Aku lapar!" kata Raisa mengajak Camelia berdiri.

"Baiklah"

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Zhafran Althaf

Zhafran Althaf

waooowwwww bakat iri dan jahatnya sudah tertanam sejak dini

2025-10-07

2

Azahra Rahma

Azahra Rahma

judul babnya typo kak bukan ditengtang tapi di tentang

2025-10-09

2

lina

lina

buseh. udah d tolongin. d pungut. ngelunjak. tendabg bae

2025-10-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!