Sementara di London, Zidan terus berpikir bagaimana caranya ia bertahan hidup tanpa dukungan keluarganya lagi.
"AKu harus apartemen, untuk mengambil pakaian yang aku titipkan di sana."
Dalam kebingungan Zidane menatap jam tangan mewah di pergelangan tangannya. Masih tersisa jam tangan branded limited edition yang dibelikan oleh sang mommy. "Hanya jam ini satu-satunya harta ku yang tersisa. Aku akan menjualnya."
Zidane mencari taxi untuk membawanya ke sebuah toko jam tangan termahal di kota London, sebab Ia membelinya dengan harga fantastis.
Zidan masuk ke dalam sebuah galeri toko jam tangan dan seorang pelayan menyapanya dengan ramah "Silakan Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin menjual jam tangan rolex, dulu saya beli di galeri ini."
"Bisa saya lihat dulu kwalitas jam nya."
Zidan melepas jam tangannya dan menyerahkan jam rolex tersebut pada sang pelayan toko.
"Apa masih ada surat resminya?"
"Saya lupa menaruhnya."
"Baiklah, tunggu sebentar."
Tak lama kemudian sang pelayan toko datang bersama kepala tokonya.
"Tuan, Harga jam ini sekitar 200 juta."
Zidan terkejut "Apa?! Tidak mungkin, jam rolex ini berlapis Emas murni. Saya bersama mommy saya beli di sini, setahun yang lalu dengan harga 10 milyar."
"Jam ini sudah tidak mulus lagi, juga tidak ada suratnya, kami tidak berani menjual di atas 200 juta."
"Sial! Ku pikir bisa sampai setengahnya kalau di jual!" pekik Zidan dalam hati. "Aku membutuhkan uang untuk kebutuhan sehari-hari ku disini."
"Tolong pak, satu milyar akan saya lepas." kata Zidane memelas.
Sang kepala toko menggeleng "Saya tidak berani, kalau ingin harga bagus, bawa suratnya ke sini."
Zidan terus mengingat-ingat surat pembelian jam rolex tersebut. "Saya lupa menaruh nya. Baiklah kirim uangnya sekarang, saya sangat membutuhkannya."
Setelah serah terima uang dengan jam kesayangannya. Pria berwajah tampan berkulit putih itu menuju apartemen yang sudah ia jual. Tujuan nya kesana hanya ingin mengambil pakaian dan barang-barang yang masih ia titipkan.
Zidane berencana ingin menyewa kos-kosan dan memanfaatkan uang yang ada untuk kebutuhannya selama di London. Sampai ia berhasil membujuk sang mommy memberikannya fasilitas kembali.
Sampai di apartemen yang sudah ia jual, Zidan mengambil barang-barangnya dan mencari kos-kosan yang tidak jauh dari kampusnya.
Zidane bertemu pemilik kos-kosan tersebut dan membayar untuk tiga bulan kedepan.
"Kos-kosan ini lumayan bagus, sebulan hanya 20 juta. Daripada aku jadi gelandangan di jalan, lebih baik sewa di sini dulu untuk sementara."
Zidane merebahkan tubuh nya keatas kasur berukuran 120x200. Pikirannya terus menerawang jauh kemana-mana dan penyesalan baru datang sekarang. Setelah semua miliknya dan fasilitas dari kedua orang tuanya hilang, bahkan keluarga menjauhinya.
"Mommy.. maafkan Zidane." tangisnya semakin dalam, karena kelelahan seharian menangis akhirnya Zidan tertidur pulas.
Keesokkan harinya.
Pagi itu, suara dering ponsel membangunkan tidurnya. Zidane meraih ponsel yang di letakkan di samping bantal, lalu meraihnya dan melihat nama kekasihnya Felicia, dengan cepat Zidane menggeser tombol hijau.
"Hallo.. Felly!"
"Alvaro, semalam kamu menghubungi ku? Sorry aku sudah tidur."
"Iya, semalam telepon mu tidak aktif."
"Aku lupa cash ponsel ku, kebetulan baterei nya habis.
"Ya sudah tidak apa-apa."
"Satu jam lagi kita masuk kampus, kamu jemput aku ya sekarang."
Zidane lupa kalau mobilnya sudah tidak ada, gara-gara di buat taruhan mobil sport kesayangan nya raib dalam sekejap. Ia menyesali semua yang sudah terjadi, bahkan kedua orang tuanya sudah tidak perduli dengan nasibnya.
"Felly, maaf aku tidak bisa menjemput hari ini."
"Kenapa?! Biasanya kamu selalu jemput aku tanpa aku minta."
"Nanti aku ceritakan di kampus."
"Baiklah, tapi nanti antarkan aku ke Mall Johnson ya, ada tas yang sedang aku taksir." katanya dengan nada ceria.
Zidane menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Biasanya dia akan menyetujui semua permintaan kekasihnya tanpa pernah menolak. Ia bingung harus berkata apa? Sedangkan Zidane sudah tidak memiliki apa-apa lagi selain sisa penjualan jam kesayangannya.
"Oke, kalau gitu sampai jumpa nanti." ucap Felly sambil mengakhiri panggilan telepon.
Zidane mendesah kasar "Sial! Aku sudah tidak punya apapun. Daddy sudah blok ATM ku!" kesal Zidane sambil menjambak rambutnya sendiri.
Selesai mandi Zidane meraih baju dalam koper. kaos distro putih dan celana jeans hitam serta sepatu Kets adalah andalan Zidane bila ke kampus. Namun hari ini ada yang berbeda dari biasanya, dia tidak mengunakan mobil sport miliknya ke kampus lagi. Tetapi hari ini harus menggunakan taxi untuk sampai di kampus yang menempuh jarak 15 menit dari kos-kosan.
Suasana di University College London (UCL), tampak ramai seperti biasanya. Kebanyakan yang bersekolah di sana adalah anak-anak konglomerat, kelurga pembisnis dan pejabat kota. Mereka adalah anak-anak bergengsi yang memiliki fasilitas dari keluarga nya. Termasuk Zidane, di latar belakangi oleh keluarga mapan dan kaya raya, tidak akan habis harta kelurga Reno sampai tujuh turunan.
Zidane yang sudah sampai gerbang kampus mulai melangkah masuk. Dari belakang punggungnya seseorang memanggilnya.
"Alvaro!"
Zidan menoleh. Tentu saja di kampus ia menggunakan nama tengahnya (Zidane Alvaro Mahesa), agar indentitas dari anak Macan Asia yang berkuasa di Asia tenggara tidak di ketahui oleh banyak musuh Ayahnya.
"Wah... Wah.. Kemana mobil mu? Kenapa ke kampus jalan kaki?" ejek Julian sambil berdecih
"Mana mobil Sport yang kamu bangga-bangga kan? Apa sudah kamu jual untuk judi?" sahut Revan teman satu kampus nya
"Sepertinya Varro sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Buktinya dia sudah tidak tinggal di apartemen, tapi di kos-kosan terpencil." cetus Carlos sambil terbahak.
Ketiga teman Zidane saling mengejek dan mengolok-olok dirinya. Namun Zidane tidak memperdulikan mereka. Kenyataan memang dia tidak memiliki apapun sekarang.
"Sudah lah Varro, enggak usah belaga jadi orang kaya. Sebenarnya kamu itu tidak punya apa-apa, jangan-jangan mobil sport yang kamu bangga-banggakan cuma sewa saja." Carlos terus menyindir, sebab ia adalah rival Zidane dalam memperebutkan gadis tercantik di kampus yaitu Felicia.
Zidane menatap mereka satu-persatu dengan tatapan tenang, ia tidak ingin terbawa emosi dan akan semakin membuatnya terpuruk. Berjudi sudah membuatnya hancur dan kehilangan kelurga nya, Zidane tidak ingin hidupnya semakin rusak oleh perbuatan nya sendiri. Andaikan saja ia tidak mudah di bujuk oleh temannya yang menjerumuskan dirinya kedalam perjudian yang menyesatkan. Sudah pasti apartemen di bilangan elit dan mobil sport hitam berharga fantastis tidak akan hilang begitu saja.
"Sudah kalian mengejek ku?" tanya Zidane datar "Mungkin sekarang aku berada di bawah, tapi apa kalian tahu kedepannya? Aku bisa dengan mudah membalikkan keadaan." balas Zidane.
Ketiga nya serempak terbahak-bahak dan menganggap Zidan sedang membual. Tidak ingin semakin terpojok, Zidan meninggalkan mereka bertiga dan masuk kedalam kelas.
Sayang.. Bantu RATE BINTANG 🌟 5 YA DAN SERTAKAN KOMENTAR KALIAN. Supaya bunda semakin rajin update 😍 JANGAN LUPA UNTUK LIKE, VOTE, GIFT.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Call me Vi
Ayoo Zidane bangkitlah cari uang sendiri sampai kamu bisa membuktikan kpd orangtuamu bahwa kamu pun mampu dan bisa berhasil mencapai kesuksesan sendiri tanpa dibantu keluarga mu💪semangat up bunda👍
2025-10-10
3
Rhodhiyatul Umazza
kamu sudah buat keputusan yang tepat untuk ank mu reno ,suatu saat zidan akan berubah jadi baik dan mandiri tampa terus meminta uang ortunya....terimaksih bunda udah update tiap hari 🙏
2025-10-10
2
Irma Juniarti
makanya sekarang kamu harus bisa membuktikan nya dengan giat membuat hidupmu yg lebih baik lagi,biar tak di pandang sebelah mata oleh orang2 yg sudah membuat dirimu hancur Zidane.
2025-10-10
2