02 Jauh dari riuh intrik

...Jauh dari riuh intrik gelap Naomi, suasana berbeda menyelimuti kamar yang kini menjadi kamar pengantin. Warna monokrom mendominasi ruangan yang begitu luas. Abu-abu dan putih tulang yang menenangkan....

...Sstt!! Tarian intim untuk ritual suci Pengantin baru sedang dimulai....

AA- AAKHH~

Desahan manis meluncur seiring bunga terindah yang akhirnya mekar. Naru menyentuh istrinya. Seolah membuka taman rahasia yang hanya bisa mekar di bawah cahaya bulan. Jemarinya menyusur lembut dan menggenggam erat memberi kekuatan.

Tak seperti yang dikatakan Naomi, Naru mengungkapkan, "Ini pertama kalinya bagiku, Nuha. Ma- maaf kalo sedikit membuatmu sakit."

Gerakan pinggulnya cukup berat dan sulit, tapi seiring melembutnya, dia mulai bisa bergerak leluasa. Sungguh luar biasa. Gejolak hasrat bercampur nikmat yang tiada tara itu menghimpit kuat kejantanannya yang kian mengembang.

Nuha menahan dada suaminya sejenak untuk berhenti dan memberi jawaban, "Enggak, Naru. Kamu-- kamu udah berhasil membuatku merasa nyaman berkat ciuman yang terus kamu berikan tadi."

Jawaban itu membuat Naru senang. Pipinya bersemu merah di mata sang istri. Nuha pun cukup dibuat menggeliat merasakan sensasi itu. "Eungghh... Ahhh," Nafasnya naik turun, "ini juga... Emhhh... Pertama bagiku... Aakhhh!! Naru... Aku bingung..." Gadis itu menutup matanya dengan lengan kiri karena merasa sangat malu.

"Sakit ya?"

"Sakit tapi--"

"Stttt," Naru perlahan menyingkirkannya, "Lihat aku, sayang. Kita akan lakukan ini sama-sama, tanpa membuatmu merasa kesulitan."

Nuha mengangguk. Keduanya akhirnya melepas masa lajang bersama setelah 'sah' nya pernikahan mereka. Menyalurkan segala rasa cinta yang telah terjalin selama 1 tahun dan rindu yang tertahan selama 3 tahun karena harus LDR.

Naru mengecup kening istrinya dan membingkai wajah imut itu dengan kedua telapak tangan yang hangat. Menciuminya dengan penuh kasih sayang. "Nuha," suaranya nyaris berbisik, "aku nggak pernah menyangka… ruang kamarku ini bisa terasa lengkap hanya karena kamu ada di dalamnya."

Nuha terkekeh.

Tentu saja kekehan renyah itu kembali membangkitkan gejolak adrenalin sang suami. Naru dengan cepat meraih pinggangnya. Dalam sekejap, tubuh mungil Nuha terangkat ke atas suaminya.

"Naru!"

"Aku nggak bisa biarin kamu gembira gitu aja setelah terkekeh segitu frontalnya," bisik Naru di telinganya. Senyumnya nakal, "Inikah cinta setelah nikah? Hm? Apa kamu menikmatinya? Hm?"

Wajah Nuha merah padam. "Aku nggak--"

Tapi sebelum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Naru sudah membungkam mulut itu dengan kecupan panasnya. Jemarinya menahan kepala sang istri dengan erat. "Hari ini, aku ingin membuka seluruh misteri tentangmu pokoknya," bisiknya. "Sebelum kamu bakal kecapekan sama pestanya, terus tidur ninggalin aku sendirian."

"Naru, jangaaann…" Nuha meronta kecil.

“Jangan lama-lama, kan?” sahut Naru, lalu "Cuph~" bibirnya terus singgah di bibir Nuha. Nuha terperanjat. Belum sempat ia menarik napas, Naru berbisik lembut, “Sekarang, giliran kamu yang masuk dari atas?”

"Nggak-- nggak mau--,"

Tak sabar menunggu jawaban, Naru kembali mendekat. Kecupan berikutnya hadir penuh dengan debaran hati. Kedua tangannya menuntun pinggul sang istri untuk bisa kembali memasukkan miliknya ke dalam inti penuh kenikmatan itu.

"AKHH!!"

Naru membiarkannya dan terus menciumi bibir Nuha dengan sangat lama, jauh lebih lama dari yang pernah Nuha bayangkan. Hangat perlahan sensasinya menjalar ke seluruh tubuh. Degup jantungnya kian kencang.

"Boleh aku pegang buah da danya?"

"Ja-- jangan!!"

Ada getar-getar aneh yang membuat keduanya gelisah sekaligus tak ingin lepas. Pipi Nuha merona di antara kecupan dan remasan yang tak kunjung putus. Ada sesuatu yang asing, namun begitu kuat, bangkit dari dalam dirinya. Membuatnya semakin salah tingkah. Meski wajahnya dipenuhi rasa malu, hatinya tahu betul ia sedang menikmati sentuhan dari satu-satunya orang yang paling ia percaya.

Naru mengusap lembut pipinya yang memerah. "Kamu tau nggak, Nuha… senyum malu-malumu itu bikin aku nggak bisa berhenti jatuh cinta."

Nuha menunduk, gigitan kecil di bibir bawahnya menunjukkan gugup yang tak bisa ia sembunyikan sebagai seorang introvert, "Kenapa?" tanyanya.

"Karena aku suka lihat kamu begini. Deg-degan, tapi tetap nggak lari dari aku." Naru tertawa pelan, lalu menyentuh ujung hidungnya ke hidung Nuha, membuatnya makin salah tingkah. "Aku janji, aku akan menjagamu seumur hidupku untuk membuatmu selalu aman disisiku. Bahkan saat aku lagi nakal sekalipun."

"Dasar Naru mesum!”

“Astaga…” Naru mendesah geli, lalu menyeringai. “Kamu ketawa gitu malah bikin aku makin nggak tahannnn. Jangan nolak kalo aku semakin mesum yaaa~”

"Tapi, tapi jangan bikin aku ham--"

"Naru!"

Naru kembali membalikkan tubuh istrinya di bawahnya untuk kembali melakukan penyatuan. Meraih bibir istrinya dalam ciuman yang membuat tawa kecil itu perlahan larut jadi debaran manis. Sentuhan demi sentuhan membuat keduanya basah dalam peluh dan kenikmatan.

"Kamu basah banget, Cinta. Ini udah nggak sakit kan?" tanyanya sambil terus menciptakan irama sendu nan memabukkan di bawah sana.

"Eunghhh... Naru... Jangan berhenti..."

"Cinta... Kamu luar biasa. Kehadiranmu bagai galaksi yang merengkuhku… candu banget bikin aku ingin terus mencumbumu."

"Aahhh!!"

Tiga hari mereka berbagi peluh bersama. Menanamkan rasa sayang dan kepercayaan akan dicintai tanpa henti. Hingga pesta pernikahan megah di malam ini pun tiba...

Lampu kristal menggantung berkilauan di setiap sudut aula besar kediaman Rudi Hartono. Musik klasik lembut mengiringi langkah para tamu undangan yang berjalan anggun dengan balutan gaun mewah dan setelan jas rapi. Topeng kupu-kupu beraneka warna menutupi wajah mereka, menyisakan hanya mata yang berkilau di bawah cahaya lampu.

Nuha berdiri di sisi Naru, jemari mereka saling bertaut, seolah genggaman itu adalah jangkar yang menahan Nuha agar tidak terhanyut oleh keramaian. Nafasnya sedikit memburu, dada terasa sesak oleh campuran gugup dan canggung.

“Aku tahu kamu nggak menyukai ini,” suara Naru lembut, penuh pengertian, telinganya mendekat agar hanya Nuha yang bisa mendengarnya. “Tapi tolong bertahanlah, Nuha. Ini demi kita, dan juga kebahagiaan kedua keluarga kita.”

Nuha mengangguk pelan. Senyum tipis tercipta, meski jelas ada gugup yang mengendap. “Aku mengerti, Naru.”

Ketika pengumuman pembukaan pesta terdengar, sorot lampu tertuju pada pasangan pengantin. Semua mata, meski tersembunyi di balik topeng tertambat pada mereka. Tepuk tangan bergemuruh, memenuhi ruangan yang megah itu.

Nuha menelan ludah.

Musik berganti menjadi alunan lembut, biola dan piano menyatu dalam harmoni yang meresap ke dada. Lampu-lampu kristal meredup perlahan, digantikan oleh permainan cahaya 3D yang memenuhi aula: bayangan kupu-kupu beterbangan, paus biru berenang anggun di atas langit-langit, dan kelinci kecil melompat-lompat di lantai seolah hidup.

Nuha menatap sekeliling, matanya berkilau kagum. Dunia nyata terasa perlahan memudar, digantikan imajinasi yang menari-nari. Ia memang selalu lebih betah bermain dengan khayalannya daripada menghadapi tatapan banyak orang.

Naru meraih pinggang Nuha dengan hati-hati, menuntun tangan istrinya ke dadanya. "Kita dansa ya," mulai bergerak perlahan, satu dua langkah mengikuti alunan musik. Gaun putih brokat Nuha berayun ringan setiap kali ia berputar dalam bimbingan tangan Naru. Jemarinya masih kaku di genggaman, tapi Naru meremas lembut, memberi sinyal bahwa semua baik-baik saja.

Bayangan kupu-kupu menari di sekeliling mereka, seolah-olah ikut merayakan cinta yang baru saja terikat. “Nah, lihat,” suara Naru rendah, penuh kebanggaan. “Kamu bisa. Dan kamu cantik sekali malam ini.”

Wajah Nuha memerah. Hatinya berdentum-dentum, karena merasa benar-benar dilihat, benar-benar dihargai, benar-benar dicintai.

Nuha tampak seperti gadis yang nyaris sempurna. Meski sang ayah telah tiada, ia masih dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang penuh kasih. Dalam hidupnya, pun akhirnya Nuha menemukan cinta sejati. Lelaki yang dulu menjadi pacar, kini resmi menjadi suami yang sepenuh hati mencintai dan menjaganya.

Kedua orang tua Naru juga sangat menerima kehadiran gadis manis nan baik hati itu. Rui Dina sangat senang akhirnya dia memiliki seorang kakak ipar yang sangat cantik jelita. Ramah dan selalu nyambung dengan obrolannya meski Nuha tetap dengan ketenangannya.

Di tengah riuh tawa, tiga sahabat Nuha datang, menyalami dan mendoakan kebahagiaan pengantin baru. Wajah Nuha berbinar menerima doa mereka. Lalu, sosok yang paling ia rindukan pun muncul: Ibu dan Kak Muha bersama istrinya.

Namun di balik semua keceriaan, momen bahagia itu terpantul di manik mata cokelat kemerahan Naomi. Rasa iri menjalar, menusuk batinnya seperti duri yang tak kenal ampun.

.

.

.

. ~Bersambung...

Terpopuler

Comments

Aksara_Dee

Aksara_Dee

like, komen dan iklan sdh meluncur ka, dukung juga novel baruku yaa ❤️

2025-10-06

2

Aksara_Dee

Aksara_Dee

ka.. baru bab dua aku udah di ajak traveling

2025-10-06

2

Destira Chan

Destira Chan

Alhamdulillah ya nak, akhirnya sah halal bisa mesraaa… tapi plis jangan lupa masih ada si Naomi ngegas di luar sanaaa 😱😱😱😱😱

2025-10-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!