**
" Plisssss ini ustadz gala kapan balik nya sih, betah amat umrohnya. Udah muak banget ini belajar penjas sama Gus Zindan. "
Mendengar keluhan diva, membuat ketiga temannya yang masing masing fokus belajar mengerjakan PR, lantas beralih padanya.
Diva sudah tiduran di lantai, dengan posisi tubuh yang sangat tidak singkron, meliuk liuk bak ulat di bunga. Rambutnya pun sudah acak-acakan, berhubung mereka berempat berada di dalam kamar asrama, jadi tidak ada yang memakai hijabnya satupun.
" Sabar div, orang sabar ujiannya Gus Zindan. " Sisi menahan tawanya, ia pun sama pusingnya seperti diva.
Bayangkan saja, entah ada berapa pertemuan mata pelajaran dengan Gus Zindan, yang tentunya menimbulkan rasa bosan, apalagi Gus Zindan begitu kaku, sulit di ajak bercanda.
" Udah lah div, jangan ngeluh terus. Kerjain gih, biar cepet selesai. Semakin banyak mengeluh cuman buat pr kamu ga siap siap. " Titah Kayla pula. Ia kembali fokus mengerjakan tugasnya sendiri usai memberikan peringatan pada diva.
Terdengar helaan nafas berat dari seorang gadis yang sedari tadi hanya mengeluhkan pr yang banyak itu, bahkan hingga menggeret geret nama Gus Zindan.
Dila menahan tawanya, melihat wajah diva yang ketara sekali jengahnya.
" Kalau kata sopo, yang sabar ya bosss " celetuknya, Dila pun pada akhirnya kembali fokus mengerjakan pr nya.
Bukannya tidak mau mengerjakan pr bersama sama, ataupun tidak mau memberikan contekan pada diva, tapi sedari awal mereka kenal, mereka sudah membuat perjanjian bahwa di pertemanan mereka tidak ada yang namanya mencontek.
Jika ada sesuatu yang tidak di pahami, maka bisa bertanya, tapi bukan berati bisa meminta jawaban dan berujung mencontek. Salah satu alasan mereka membuat perjanjian tersebut adalah agar mereka bisa sama sama pintar dan memahami pelajaran, agar saat ujian tidak kebingungan mengerjakan soal hanya karena sudah terbiasa mencontek.
Nilai positif lainnya adalah tanpa sadar mereka membiasakan diri untuk bersikap jujur. Mengerjakan tugas sendiri, dengan tidak mencontek teman adalah salah satu perbuatan jujur, nilai urusan belakangan.
" Kangen lingga plizzzz, bawain lingga di depan ku dong teman teman yang baik hati dan tidak sombong. " Diva bangkit dari tidurannya yang tidak beraturan, ia meletakkan kepalanya di atas meja belajar mini bongkar pasang di depannya dengan tangan sebagai bantalan.
" Malas ah, minimal official dulu lah statusnya. " Dila melirik sebentar, untuk melihat komuk wajah diva ketika di beri sindiran.
" Tau tuh, hts dilarang kecintaan, nanti endingnya asing. " Sahut sisi pula.
Diva kian bertambah murung dan lemas tak memiliki semangat. Dalam hati ia mencibiri perkataan perkataan kedua temannya yang jelas jelas memberikan sindiran, namun mau bagaimana lagi, sampai sekarang lingga tak kunjung memberikan kejelasan pada hubungan mereka.
" Yang nikah aja bisa cerai, div. Apalagi cuman hate'es, semua akan prettt pada waktunya. " Kayla dengan santainya menimpali, namun matanya tidak pernah beralih sedikitpun dari buku tulisnya, dengan jari yang bergerak lincah mengisi jawaban untuk setiap pertanyaan.
" Kalian mah bisa bilang gini karna kalian ga ngerasain jadi aku, ngerasain gimana baiknya lingga.... Gimana cara dia ngetreat aku.... Effort dia ke aku... Kalo kalian yang ada di posisi aku, kalian juga pasti bakalan kecintaan sama dia. " Diva menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya di atas meja belajar mini bongkar pasang miliknya.
Sebagai remaja yang labil, yang masih begitu Maruk pada percintaan, diva terlihat begitu melebih lebihkan, ia kelihatan begitu kecintaan dan begitu merindukan lingga, hingga hampir di setiap kegiatan maupun kalimatnya, pasti ada sangkut pautnya dengan nama lingga.
" Kagak juga, kalo aku jadi kamu... Justru aku bakalan berfikir matang buat jatuh cinta ke dia. Bayangkan aja, orang bodoh mana yang ngecrush-in seseorang tapi ga tau orangnya yang mana, cuman tau namanya doang. "
Kayla menutup bukunya, merapikan beberapa bukunya yang berserakan, serta pena dan printilan lainnya.
" Dey! Diam lah! Lupain yang bagian itu plisss, ya wajar aja lah dia ga tau muka aku dulu, kan aku jarang keluar kelas dulu. " Balas diva. Kayla memutar bola matanya dengan malas.
Dila dan sisi hanya bisa menjadi pendengar saja, sebab mereka berasal dari SMP yang berbeda dengan Kayla dan diva.
Pikiran diva tiba tiba kembali mengingat kejadian itu.... Kejadian konyol dimana lingga hendak menyatakan perasaannya pada diva namun malah salah orang.
Flashback on.....
" Div, tadi di kantin ada yang cariin kamu tau "
Diva yang tadinya sedang asik mengobrol dengan Kayla, lantas menatap pada satu circle teman temannya yang baru saja kembali dari kantin.
Wajah diva tampak kebingungan, benar benar seperti orang bodoh. Teman temannya yang baru saja kembali dari kantin ini justru mengatakan suatu kabar yang sangat aneh untuk di dengar.
" Siapa? " Tanyanya dengan wajah penuh tanda tanya dan kelihatan begitu polos.
Dulu diva memang gadis yang polos, tidak banyak tingkah, bukan juga sosok gadis yang lasak. Ia lebih sering menghabiskan jam istirahat nya di kelas dengan memakan bekal yang telah di siapkan oleh orang tuanya, atau paling tidak untuk bercerita dengan Kayla, walaupun topik pembahasan mereka suka ngalur ngidul.
Kalaupun keluar kelas, paling paling hanya untuk membeli gorengan di kantin, kemudian kembali ke kelas untuk menyantapnya di dalam kelas.
Jadi ketika ada seseorang yang menyukainya atau apapun itu sejenisnya, diva tentu saja bingung.
" Bang lingga, anak dua belas 2 MIPA. " Jawab salah satu di antara mereka.
Kening diva tampak berkerut bingung, ia tidak kenal dengan makhluk bernama lingga itu, entah seperti apa wajahnya pun diva tidak tau.
" Lingga? Memang nya di sekolah ini ada yang namanya lingga? "
" Ada cuy, makanya jangan di kelas aja biar bisa punya banyak kenalan. "
Diva memutar bola matanya dengan malas, tak hanya diva, Kayla pun ikut tampak kebingungan karena ia sama seperti diva. Bahkan dimana ada diva maka di situ ada Kayla.
" Kau tau.... Tadi tuh di kantin temennya ada yang nanyain kau, penasaran yang namanya diva tuh yang mana. "
" Terus? " Wajah diva masih menampilkan ekspresi yang sama yaitu bingung sekaligus penasaran.
Siapa sih yang tidak penasaran ketika di hadapkan dengan kabar seperti ini, sekalipun orangnya acuh tak acuh, pasti tetap memiliki sedikit rasa penasaran, walaupun hanya sedikit.
" Masak di pikir Abang Abang itu.... Si anggun itu kau. Kan oon " ujar ayu menyeletuk dengan hebohnya.
Suaranya yang melengking dan cempreng, membuat teman temannya langsung was was dan menutup mulut ayu dengan tangan mereka, takut ada yang mendengar obrolan mereka.
" Gimana maksudnya? " Tanya diva yang masih tidak paham.
" Is ya gitu lah intinya tuh bang lingga itu nyariin kau, tapi dia cuman tau nama mu, ga tau muka mu, karna katanya pernah liat kau pas Bawak acara siroh kemarin. "
" Ohh, gitu. " Diva manggut-manggut, paham atau tidaknya ia memilih untuk terlihat seperti orang yang sudah paham saja, dari pada memancing emosi teman temannya.
Tak ada lagi percakapan ataupun obrolan mengenai hal tersebut, ayu dan yang lainnya sibuk menyantap gorengan yang mereka bawa dari kantin tadi, apalagi kondisinya masih hangat.
Para siswa laki-laki yang hendak masuk ke kelas bahkan hingga harus putar balik, pasalnya sebagian besar siswi di kelas itu duduk tepat di depan pintu. Mereka juga tau, larangan duduk di depan pintu, namun rasanya kurang afdol saja jika tidak duduk di depan pintu sehari saja.
" Bukannya bang lingga lagi deketin indah ya? Adek kelas yang cantik kali itu. "
Tiba tiba saja Rahma buka suara dan kembali membahas topik yang sudah sempat berhenti dan berakhir.
Karena ucapan Rahma, mereka tampak kembali heboh dan bersemangat untuk membahas hal tersebut.
" Iya Weh, denger denger si lingga tuh pacaran sama adek kelas yang namanya indah. "
" Apa pulak, ga bener itu gosip nya. Aku udah nanya sandi, katanya bang lingga sama indah itu ga pacaran, tapi indahnya aja yang berharap pacaran sama bang lingga. Kalo bang lingga sih cuman nganggap indah itu sebagai adeknya. " Celetuk melati tiba tiba saja. Ia berbicara dengan begitu panjang lebarnya.
" Cuman di anggap adek wehh, bayangkan aja. Indah yang secantik itu aja cuman di anggap adek, bah jadi kita yang jelek ini di anggap apa ya kira kira kalo Deket sama dia. " Celetuk ayu kembali heboh.
Anggun refleks menepuk paha ayu agar merendahkan nada bicaranya sedikit saja, takut jika pihak yang di bicarakan ternyata tak sengaja dengar.
" Pelankan ngapa suaramu, udah kayak pake toa bah, sekalian aja pake toa Sono. "
Ayu menyengir kuda mendapatkan teguran dari anggun, ia pun lantas kembali duduk dengan anggunli, dan tidak banyak berbicara lagi, dari pada terkena amukan dari anggun.
Waktu terus berlalu jam pulang pun sudah tiba, suara lonceng menggema ke seluruh penjuru lingkungan sekolah, membuat para murid bersilih ganti keluar kelas untuk menuju jemputan mereka masing masing.
Disaat semuanya sudah sibuk berpulangan, tersisa lah diva dan Kayla di kantin, mereka sengaja pulang terakhir, apalagi jemputan mereka belum tiba hingga mengharuskan mereka menunggu lebih lama lagi.
" Itu Ling cewe yang kau cari. "
Kayla menyipitkan matanya dengan tajam, menatap dua pria yang berjalan santai menuju kantin hingga duduk di salah satu kursi.
Kalau diva dan Kayla belum pulang karena menunggu jemputan, maka lingga dan Ipan belum pulang karena mereka memang selalu pulang terakhir, mereka memang selalu berada di kantin dan bermain gitar menunggu sore tiba.
" Diva! "
Diva reflek mendongakkan kepalanya, ia yang tadinya sibuk mengubel meja di depannya yang terdapat bolongan, tampak kebingungan ketika ada yang memanggil dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments