Bagian 4.
Rahul tidak membalas omong kosongnya, ia langsung menendang bagian bawah tubuh Ajay.
"AAARRRHHH.....!"
Jeritan Ajay seperti suara baby di sembelih, sebelum akhirnya pingsan.
Rahul segera mengambil baju Pretty yang berserakan di lantai kamar mandi dan memakainya pelan.
Ia tau pemuda itu Anak orang kaya dan meskipun resikonya besar, yang penting sekarang adalah menyelamatkan Pretty.
Rahul pun mengangkat tubuh Pretty dan keluar lewat pintu belakang.
Sampai di gang yang sepi, Rahul berhenti sejenak untuk menarik nafasnya.
Namun yang tidak di sangka sangka, Pretty melingkarkan tangan di lehernya, matanya sayu dan bibirnya mencari bibir Rahul, ia menciumnya.
Bibir perempuan cantik itu harum dan manis, membuat Rahul hampir hanyut, tapi ia segera sadar.
Ini bukanlah yang pantas, Pretty masih di bawah pengaruh obat dan ia tidak boleh memanfaatkan situasi seperti, ia bukan lelaki seperti itu.
Rahul menolak dengan lembut dan langsung mencari dalam ingatannya teknik pengobatan untuk menghilangkan pengaruh obat.
Ia menemukan satu teknik akupuntur mengeluarkan racun dari tubuh.
Beberapa menit kemudian suhu tubuh Pretty menurun dan nafasnya mulai teratur, ia berhenti mengeliat dan matanya kini jernih kembali.
Tapi saat Rahul berpikir mendapatkan ucapan terimakasih, yang datang malah.
PLAK....!
Sebuah tamparan mendarat di pipinya.
"Itu kamu, Rahul...?"
"Apa yang kamu lakukan ke aku, dasar bajingan!"
Wanita cantik itu menatapnya marah dan mendorong tubuhnya.
Rahul terdiam, matanya menyipit. Apa apa an ini, aku baru saja menyelamatkannya dari pemerkosaan.
ia membalasnya dengan nada tinggi.
"Apa kau gila, Kalau bukan karena aku kau sudah di lecehkan habis habisan! Pikir lagi siapa yang mengajakmu ke bar tadi!?"
Pretty membeku, dalam benaknya bayangan Ajay muncul, ia perlahan mengingat segalanya.
Dari undangan Ajay, minuman aneh yang di berikan dan tubuhnya yang berubah lemah penuh gairah mengebu gebu.
Ia sadar, semuanya adalah rencana Ajay, dan pria yang telah menyelamatkannya malam ini adalah Rahul.
Si cowok pendiam dan tidak banyak bicara di kelas.
Pretty menunduk merasa malu "Maaf...Aku telah salah paham, terimakasih telah menyelamatkanku!"
"Hmph...Ngak usah sok akrab, yang penting aku bukan penjahat. Selamat tinggal" Rahul mendengus dingin, ia berbalik berlalu dari tempat tersebut.
Pretty mengigit bibir bawahnya. " Kenapa cowok ini malah muak sama aku? Padahal aku ini bunga kampus yang belum layu sebelum berkembang, masih tumbuh segar dan harum semerbak. Apa keharumanku mulai menurun?"
Namun melihat sekelilingnya yang gelap dan sepi, serta tidak mudah mencari taksi tengah malam, ia mulai ketakutan.
"Rahul, tunggu!" Teriaknya sambil mengejar.
Rahul menoleh dan berkata dengan nada ketus.
"Ngapain ikut ikut aku, balik aja kesekolah?"
"Aku takut!" Jawab Pretty lirih.
"Please deh, sekolah tinggal sepuluh menit jalan kaki. Aku tinggal di luar asrama karena harus bekerja maka, jadi kamu jalan kaki sendiri aja!"
Tapi Pretty menatapnya dengan wajah ketakutan.
"Ini sudah hampir jam tiga pagi, gerbang sekolah pasti sudah tutup. Rahul...Bisa ngak temenin aku ke hotel? Kita sewa kamar"
"Apa...Apaan ini!"
Mata Rahul membelalak lebar.
Ia sama sekali tidak menyangka Pretty akan mengucapkan permintaan seperti itu.
Melihat ekpresi tak percaya dari Rahul, Pretty menyadari bahwa ia telah di salah pahami.
Menyalahkan diri sendiri karena tidak menjelaskan dengan benar, ia menatap tajam dan berkata.
"Hey, Rahul! Kau pikir apa sih? Maksudku, aku tidak bawa KTP. Kau bantu aku bukakan kamar hotel dengan identitasmu"
Setelah jeda sebentar ia menambahkan.
"Tapi, ya tentu. Setelah kamu membukakan kamar untukku, kamu langsung pulang"
Rahul merasa sedih, kecewa, tapi juga merasa lega. Ia hampir mengira bahwa Pretty gadis sembarangan.
Setelah mendengar penjelasan itu, ia berseru.
"Hampir mati kaget aku! Tapi aku juga tak bawa KTP, tadi tinggal di kamar kontrakan"
"Kalau begitu aku ikut ke kamar kontrakanmu mengambil KTP, ya. Masak iya kamu mau membiarkan aku tidur di jalanan hanya karena tidak bisa pulang ke asrama kampus"
Ucap Pretty dengan wajah memelas.
"Ribet amat sih, ayo ikut!" Jawab Rahul melangkah pergi.
Hari ini benar benar membuka mata Pretty. Sejak kapan si penyendiri Rahul berubah begitu tegas.
Dalam hati ia mengumpat, dasar cowok tak tahu cara memperlakukan wanita.
Tubuhnya yang lemah seolah melayang saat berjalan, tapi cowok itu tidak sedikitpun menawari bantuan, langsung saja jalan sendiri.
"Apa pesonaku sedemikian menurun, ya? Atau Rahul memang tidak suka sama perempuan?"
Saat pikiran liar itu muncul, Pretty buru buru mengejar. Merasa takut karena jalanan terlalu gelap.
Namun baru beberapa langkah mendadak kepalanya pusing, mungkin efek samping dari obat yang ia konsumsi.
Dengan kesal ia berteriak "Rahul Tunggu!"
"Apa lagi sih...?" Rahul yang kesal karena wajahnya masih terasa panas akibat tamparan itu sebelumnya, jadi nada bicaranya pun tak ramah.
Pretty yang sejak kecil di perlakukan bak putri raja dan belum pernah ada seorang pun yang membentak, menghinanya.
Di kampus pun ia primadona, kemanapun pergi semua mata tertuju padanya.kapan ia pernah di perlakukan begini oleh seorang laki laki.
Melihat ekspresi jengkel dan jijik di wajah Rahul, Pretty merasa amat tersinggung dan air mata mulai berkaca di sudut matanya.
Ia mengamuk seperti gadis manja, berteriak.
"Rahul, aku pusing! Setidaknya bantu pegang tanganku, kenapa sih kau begitu pelit?"
Kebanyakan pria akan luluh saat wanita menangis dan Rahul tak terkecuali melihat mata Pretty berkaca kaca, sebagian arahnya langsung lenyap.
"Yasudah lah, anggap ini adalah utangku" Gumamnya lalu bergerak melangkah menopang tubuh Pretty.
Awalnya ia hanya ingin memegang lengannya saja, ternyata cewek cantik itu malah menyandarkan seluruh lengan kebahunya.
Berjalan seperti ini adalah siksaan yang sangat berat buat Rahul.
Kau takut pegang tanganku dan menopang tubuhku di bahuku, aku ini perempuan bukan harimau.
"Masak kau lelaki segede itu, justru yang malu!" Goda Pretty geli melihat wajah merah padam Rahul, ia tidak menyangka cowok ini begitu kolot. Tangannya malah menggantung di samping.
Seolah takut menyentuhnya, padahal seharusnya tangan kiri yang memegang tangannya dan tangan kanan memeluk pinggangnya, seperti adegan di film laga dan film percintaan.
Namun ekpresi Rahul berkata "Jangan, jangan sentuh aku, nanti kamu koto"
Sikapnya membuat Pretty jadi jengkel sekaligus geli.
Rahul sendiri merasa tidak nyaman, tak tau harus menaruh tangannya di mana, mau di taruh di bawah, jadi tidak enak, mau di bawa keatas lebih merasa tidak enak lagi. Akhirnya menggantung agak lama dan ia jadi nekat juga memberanikan diri dan berkata.
"Apa kamu tidak takut aku ambil kesempatan" Katanya sambil tersenyum.
"Ah, kecil banget! Aku tau kau tidak suka perempuan kan? Udah, ngaku aja. Kau suka sama lelaki kan? Tenang saja, aku tidak akan kasih tau siapa siapa "
Ucap Pretty penuh semangat gosip.
Simak terus kelanjutan cerita ini dan natikan pada episode selanjutnya, pada bagian ke 5.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
🇮🇩2Z◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟dí́ժαհᄂ⃟ᙚ🥑⃟𝐐⃟
haishhh mana bisa Ajay nahan tendangan Rahul..mana di bagian paling berharga lg 🫣
2025-10-06
1
2Z🤎⃟Indi◌ᷟ⑅⃝ͩ●ᄂ⃟ᙚ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ☘𝓡
bukan cewek kalo gk ribet 😄
2025-10-17
1
2Z🤎⃟Indi◌ᷟ⑅⃝ͩ●ᄂ⃟ᙚ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ☘𝓡
nah baru inget kan 🤭
2025-10-17
1