Bab 3

Buku catatannya dengan kening berkerut. Angka dan simbol itu seakan menari-nari mengejeknya. Ia baru saja menyelesaikan les tambahan dan kini harus berjuang sendirian untuk memahami materi persiapan ujian. Kamarnya yang bernuansa pastel terasa sunyi, hanya terdengar suara gesekan ujung pensil di atas kertas.

Tiba-tiba, keheningan itu pecah oleh getaran singkat dari ponselnya yang tergeletak di samping buku.

Sebuah notifikasi pesan dari Instagram. Erencya meliriknya sekilas, mengira itu dari salah satu teman sekelasnya yang mungkin menanyakan tugas. Namun, nama yang tertera di layar membuatnya menghentikan gerakan pensilnya.

Akbar.

Nama itu asing. Ia tidak punya teman atau kenalan bernama Akbar. Rasa penasarannya yang lebih besar dari pusingnya pada pelajaran Kimia, membuatnya meraih ponsel itu. Ia membuka ruang pesan.

“Assalamualaikum. Maaf, profil kamu lewat di explore saya. Salam kenal dari Padang.”

Erencya membaca kalimat itu dua kali. Assalamualaikum. Sebuah sapaan yang sangat familiar ia dengar dari teman-temannya yang Muslim, sebuah ucapan doa yang damai. Menerimanya dari orang yang sama sekali asing terasa sedikit berbeda, namun tetap sopan. Lalu matanya menangkap kata "Padang". Jauh sekali.

Sebelum membalas, nalurinya menuntunnya untuk membuka profil pengirim pesan itu. Akbar. Foto profilnya adalah siluet seorang pria yang berdiri di tepi pantai, dengan langit senja berwarna jingga sebagai latar belakangnya. Wajahnya tidak terlihat jelas, namun ada kesan tenang dan puitis dari foto itu.

Jemarinya menggulir ke bawah. Galeri Akbar tidak seperti kebanyakan profil pria yang ia tahu. Tidak ada foto pamer kendaraan atau swafoto berlebihan. Isinya justru menenangkan: pemandangan bukit yang hijau, detail secangkir kopi dengan uap yang masih mengepul, tumpukan buku-buku tebal, dan beberapa foto candid bersama teman-temannya di sebuah danau. Pria ini tampak dewasa, punya dunianya sendiri.

"Siapa itu, Ren?"

Suara Mamanya dari ambang pintu kamarnya yang sedikit terbuka membuatnya terkejut. Erencya buru-buru meletakkan ponselnya.

"Bukan siapa-siapa, Ma. Cuma notif dari teman," jawabnya sedikit gugup, berharap mamanya tidak bertanya lebih jauh.

Mamanya hanya mengangguk kecil, mengingatkannya untuk tidak tidur terlalu malam, lalu kembali ke ruang tengah. Erencya menghela napas lega. Ia menatap kembali layar ponselnya. Orang tuanya selalu berpesan agar hati-hati dengan orang asing di dunia maya.

Namun, pesan dari Akbar tidak terasa mengancam. Justru terasa begitu sopan dan tulus. Tidak membalasnya rasanya akan sangat tidak sopan. Lagi pula, ini hanya sebuah sapaan perkenalan. Apa salahnya?

Jemarinya yang lentik mulai menari lincah di atas keyboard. Ia tahu sapaan pembuka yang paling tepat untuk membalas pesan itu.

“Wa'alaikumsalam. Iya, tidak apa-apa. Salam kenal juga. Erencya dari Jambi.”

Singkat. Ramah. Dan sopan.

Dengan sedikit debaran di dada, ia menekan tombol kirim. Pesan itu terkirim, dan dalam sepersekian detik, dua centang abu-abu di sampingnya langsung berubah menjadi biru. Dibaca.

Dan bahkan sebelum Erencya sempat meletakkan ponselnya, tiga titik kecil muncul dan berkedip-kedip di sudut bawah.

Dia sedang mengetik balasan.

Sebuah senyum tipis tanpa sadar terukir di bibir Erencya. Ternyata, pria dari Padang itu sedang menunggunya. Dan di sudut hatinya yang paling dalam, ada getaran kecil yang terasa menyenangkan. Getaran yang memberitahunya bahwa malam yang membosankan karena rumus Kimia ini mungkin akan menjadi sedikit lebih menarik.

Terpopuler

Comments

Fitriani

Fitriani

awal cinta rasa emang gimana tu kwwk

2025-10-01

2

👣Sandaria🦋

👣Sandaria🦋

nama gurun banget ya?😆

2025-10-06

0

Putra

Putra

behhhh😄

2025-10-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!