Kabar Duka Buat Lily

Hans kembali ke kantornya setelah bertemu dengan adiknya yaitu, Mawar dan teman-temannya. Malam harinya, keluarga Hans kembali berkumpul di ruang keluarga saat selesai makan malam bersama. Semuanya bercanda dan bergurau, kecuali Lily. Wajah Lily sedang sedih, dia sedang tidak bersemangat untuk bercanda dengan keluarga Hans malam itu. Hans memperhatikan perubahan istrinya.

Hans: "Kenapa kamu diam saja, sayang? Apakah kamu sedang sakit?" tanyanya dengan rasa penasaran. Lily hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap Hans dengan tatapan dingin.

Lily: "Aku ke kamar dulu, ya ,mas. Aku ingin istirahat." ucapnya sambil beranjak dari duduknya. Mawar dan ibunya yaitu tante Meti menatap Lily dengan penuh keheranan. Biasanya Lily selalu bersemangat dan ceria.

Hans: "Aku susul Lily dulu, bu." ucapnya sambil beranjak dari duduknya dan melangkah dengan cepat menyusul Lily masuk ke dalam kamar mereka. Hans masuk ke dalam kamar, dia melihat Lily sedang duduk di tepi ranjangnya dengan wajah sedih. Hans menghampiri Lily dan ikut duduk di samping Lily.

Hans: "Ada apa, sayang?" tanyanya dengan rasa penasaran. "Mengapa wajahmu sedih?" tanyanya lagi.

Lily: "Tidak ada apa-apa, mas. Aku hanya merindukan papaku." ucapnya. Lily dan papanya yaitu, ko Along memang sudah lama tidak bertemu. Sejak ko Along menikah dan menetap di Finlandia, Lily tidak pernah melihat papanya lagi. Hubungan Lily dan ko Along tergolong cukup dekat, karena Lily anak tunggal.

Hans: "Jangan sedih, sayang. Kamu bisa mengunjungi papa di Finlandia." ucapnya mencoba menghibur istrinya. "Kita bisa pergi berdua ke sana." ucapnya sambil memegang tangan istrinya dengan lembut.

Lily: "Tidak usah, mas. Nanti aku akan cari waktu." ucapnya sambil tersenyum kecil menatap suaminya.

Hans: "Istirahatlah, sayang." pintanya dengan lembut. Setelah menceritakan tentang kerinduannya pada ko Along terhadap suaminya, hati Lily sedikit tenang. Lily mencoba tidur malam itu, sesekali dia membalikkan tubuhnya di atas kasurnya yang empuk. Lily mencoba memejamkan kedua matanya, namun tetap saja dia tidak bisa tidur. Dalam kegelisahan hatinya yang sedang merindukan papanya, tiba-tiba ponsel Lily berdering. Lily menatap layar ponselnya, dia melihat nama papanya tertera di layar ponselnya. Dengan cepat Lily menjawab panggilan telpon papanya.

Lily: "Halo, pa." sapanya dengan gembira. Namun, Lily terkejut karena yang menjawab ponselnya bukan papanya, melainkan ibu tirinya yang bernama tante Tiara.

Tante Tiara: "Ini aku, tante Tiara." ucapnya dengan jelas.

Lily: "Iya, tante." ucapnya. "Ada apa? Ke mana papa?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Tante Tiara: "Hiks... Hiks." terdengar isak tangis kecil dari suara tante Tiara. "Papamu telah tiada, Lily." ucapnya dengan penuh kesedihan. Tangan Lily gemetar, dia tidak sanggup untuk berkata-kata, seluruh tubuhnya lemas. Inilah pertanda kegelisahan hatinya, dalam sekejap ternyata Lily mendapat kabar yang kurang menyenangkan. Hans yang memperhatikan Lily, bertanya-tanya dalam hatinya. Perlahan-lahan, Hans mendekatkan tubuhnya ke arah Lily, sedangkan suara tante Tiara masih terdengar memanggil nama Lily di ponsel itu. Melihat Lily hanya menangis, Hans mengambil ponsel Lily dari tangannya dan mulai bicara dengan tante Tiara.

Hans: "Hallo." sahutnya dengan suara yang pelan.

Tante Tiara: "Hallo." sahutnya dengan suara yang pelan.

Tante Tiara: "Papa telah tiada, Hans. Tante menantikan kedatangan kalian." ucapnya sambil mematikan ponselnya. Hans melirik ke arah Lily, dia melihat istrinya sedang menangis tersedu-sedu.

Hans: "Malam ini juga aku akan memesan tiket lewat aplikasi, sayang." ucapnya. Hans mencoba menenangkan hati istrinya yang sedang berduka. Hans memeluk Lily dengan erat, dia menghapus air mata Lily yang berderai di kedua pipinya.

Hans: "Sabar, ya, sayang. Aku akan tetap ada untukmu." ucapnya dengan lembut.

Lily: "Apakah kamu akan ikut denganku, mas?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Hans: "Tentu saja, sayang. Aku akan ikut denganmu." ucapnya dengan penuh keyakinan.

Lily: "Bagaimana dengan pekerjaanmu, mas?" tanyanya dengan ragu-ragu.

Hans: "Aku akan cuti, sayang. Jangan khawatir." ucapnya. Setelah menenangkan hati istrinya, Hans mulai memesan tiket lewat aplikasi malam itu juga. Hans memesan 2 tiket dan jadwal keberangkatan mereka adalah sore hari. Setelah memesan tiket, Hans dan Lily melanjutkan tidur mereka. Keesokan paginya, Hans sibuk menelpon para staf kantor untuk mengambil cuti dadakannya, sedangkan Lily menelpon salah satu asistennya untuk menjaga toko selama dia berada di Finlandia. Setelah selesai menelpon, keduanya sibuk mengemasi barang-barang mereka masing-masing. Tante Meti mengetuk pintu kamar mereka, tante Meti belum mengetahui tentang kematian ko Along.

"Tok... Tok." terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras.

Tante Meti: "Hans, Lily. Sudah jam 9 pagi, loh." teriaknya dari depan pintu kamar Hans dan Lily. Tante Meti mengetuk pintu kamar itu beberapa kali, hingga akhirnya Hans membukakan pintu untuk ibunya.

Hans: "Masuklah, bu." pintanya. Tante Meti menatap Hans dengan tatapan tajam.

Tante Meti: "Kalian tidak kerja? Ada apa?" tanyanya dengan rasa penasaran dan penuh keheranan. Tante Meti melihat koper Hans dan Lily yang sudah tertutup rapat.

Tante Meti: "Kalian mau ke mana?" tanyanya lagi dengan rasa penasaran.

Hans: "Papanya Lily meninggal, ma." ucapnya dengan wajah yang sedih. Tante Meti terkejut, dia berjalan pelan menghampiri menantunya yang duduk di dekat meja rias.

Tante Meti: "Ibu turut berduka cita, ya, Lily." ucapnya dengan suara yang pelan.

Lily: "Iya, ma. Terima kasih." ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Tante Meti: "Kapan kalian akan berangkat?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Lily: "Sore ini, ma. Aku titip rumah ini, ya, ma." ucapnya. Rumah yang mereka tempati adalah milik Lily.

Tante Meti: "Iya, nak. Kamu jangan cemas." ucapnya. "Kalian sarapan dulu, ya." ucapnya lagi.

Lily: "Iya, ma. Kami mandi dulu, ya." ucapnya sambil tersenyum dingin menatap tante Meti. Tante Meti melangkah keluar dari kamar Hans dan Lily, sedangkan Lily bersiap untuk mandi.

Lily: "Kamu makan duluan saja, mas." ucapnya.

Hans: "Iya, sayang. Kamu mandi saja dulu." ucapnya dengan lembut. Hans melangkah keluar dari kamarnya, lalu duduk bersama dengan ibunya dan adiknya di ruang makan.

Mawar: "Mana mbak Lily, mas? Kok, tidak ikut sarapan?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Hans: "Mbakmu mandi dulu." ucapnya.

Mawar: "Kasihan mbak Lily. Dia pasti sedih, mas." ucapnya dengan rasa iba.

Hans: "Doakan saja perjalanan kami lancar, ya." ucapnya dengan penuh harap.

Mawar: "Amin, mas." ucapnya dengan penuh ketulusan. Lily keluar dari kamarnya, dia melangkah dengan pelan menghampiri Hans, Mawar, dan tante Meti yang lebih awal berkumpul di meja makan. Lily duduk di samping suaminya, wajahnya tenang, tanpa banyak bicara Lily mengambil piring.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!