Dua orang laki-laki berbadan kekar, dengan pakaian serba hitam mendekat, sudah seperti bodyguard. Wajahnya menyeramkan, mirip tukang pukul.
"M-mau apa kau memanggil preman-preman itu, hah?" Azusa seketika protes kepada Eireen.
Bukannya menjawab, Eireen hanya fokus kepada kedua orang laki-laki berbadan kekar yang akrab disapa dengan sebutan Double J itu.
"Ada apa? Kenapa memanggil kami mendekat?"
tanya Jimmy, laki-laki di luka codet di pipi kanan.
"Security, tolong bawa keluar semua orang ini!"
Eireen tiba-tiba memerintah mereka.
Kedua laki-laki itu menatap satu sama lain.
Tanpa suara, tatapan mata Jimmy seolah berkata, 'Security? Sejak kapan kita jadi security?'
Joey yang ditatap hanya bisa menaikkan pundak, seolah tidak mengerti juga, kenapa Eireen begitu.
"Enak saja kau mengusir kami, hah?" Suara Anabia terdengar, membuat semua mata fokus kembali padanya.
"Putriku akan menikah di sini. Ini resepsi pernikahannya. Kau itu yang harus diusir, karena bukan calon pengantin!" imbuhnya sambil menunjuk-nunjuk kasar ke arah Eireen.
"Maka bayarlah semua biayanya, sekarang, tidak nanti-nanti. Enak saja aku yang menyiapkan semuanya, pengkhianat yang justru menikmati. Tenang, murah kok, cuma 120 juta. Masa' si paling sarjana dan jaksa tidak punya?" jawab Eireen dengan santainya, seringaian mengejek tidak ketinggalan.
"Kau itu sudah hutang budi kepada keluargaku ya. Harusnya kau... balas budi, bukan malah meminta uang yang tidak seberapa itu kepada kami. Ingat, tanpa kami, kau hanya anak haram yang terbuang!"
"Cukup!" Savero segera menyergah kasar ucapan adiknya. "Kau sudah sangat keterlaluan, Anabia!"
Tangan Eireen mengepal, menahan amarah yang sudah sangat menggebu dalam dirinya. Rasa tersakiti, mungkin tidak tergambar jelas di wajahnya. Tapi, hatinya sudah seperti tergores di mana-mana, karena saking bertubi-tubi hal buruk menyerangnya hari ini. Bayangkan saja, bertahun-tahun, kau berusaha melakukan yang terbaik untuk orang, berusaha menganggapnya seperti keluarga, tapi dijatuhkan, dikhianati bahkan dihinakan di depan banyak orang begini.
Dari dulu, Eireen paling benci disebut sebagai anak haram yang terbuang. Ia sering kena masalah, saat memberi pelajaran orang yang menghinanya seperti itu.
Anabia tahu, tapi justru melakukannya, di depan banyak orang begini pula.
"Keterlaluan apa?" Anabia menantang kakaknya. Ia menunjuk dengan tangan ke arah Eireen. "Dia yang keterlaluan. Aslan lebih memilih menikahi Zeya, tapi dia bahkan tidak terima dan iri, sampai-sampai mengungkit biaya seperti ini. Harusnya dia..."
PLAK!
Sebuah tamparan menyasar pipi Anabia, membuat perkataannya tercekat.
"Paman!" Zeya terkejut, protes seketika kepada pamannya itu.
"Jangan berteriak di depanku!" Suara lantang Savero terdengar menggelegar, membuat Zeya dan beberapa orang terdekat dengannya sampai terjingkat.
Anabia memegangi pipi, menatap kakaknya nanar. "Kau menamparku demi anak haram itu, Kak? Iya?!"
"Tutup mulutmu, Anabia. Jangan sebut Eireen seperti itu lagi!"
"Heh. Kau selalu membelanya. Lihat, apa yang dia lakukan..."
"Eireen sudah lebih dari cukup!" Savero menyela perkataan adiknya. "Membalas budinya. Bertahun-tahun ini dia sudah menanggung biaya hidup kita sekeluarga. Bahkan, Zeya bisa kuliah dan lulus sarjana juga berkat Eireen yang membiayainya."
"Tapi apa? Anakmu itu justru jadi pengkhianat, yang berselingkuh dengan calon suami orang yang sudah begitu baik padanya?!" Savero melirik begitu marah kepada Zeya.
Anabia diam, memegangi pipinya yang semakin sakit dengan dua kali tamparan. Merasa dipermalukan, Zeya berteriak, "Paman!"
"Kubilang jangan teriak di depanku!" Savero berteriak lebih keras lagi, membuat Zeya beringsut mundur, takut.
Eireen justru terharu. Savero lagi-lagi membelanya, bahkan di depan keluarga kandungnya sendiri. Satu alasan, kenapa ia selalu ingin melakukan yang terbaik untuk Savero dan keluarganya dulu, adalah yang seperti ini.
Savero seolah menyayanginya, seperti ayahnya sendiri. Di saat ayah kandungnya, mungkin telah dengan tega membuangnya. Atau, seperti kata semua orang, jika dia adalah anak haram yang dibuang oleh ibunya, karena tidak diinginkan ayahnya.
"Entah kenapa kalian berdua bisa menjadi setidak tahu diri ini. Bukan Eireen yang hutang budi, justru kita yang hutang budi padanya sekarang!"
Mendengar ucapan Savero, Eireen mulai berkaca-kaca matanya. Ia paling tidak bisa, menahan rasa haru, karena melihat ketulusan orang padanya. Mungkin, itu satu kelemahan yang dimanfaatkan oleh orang lain atasnya.
Sementara, orang-orang di sekitarnya mulai bergunjing, Zeya menatap ke arah Aslan, meminta dia melakukan sesuatu.
Laki-laki itu pun berkata, "Sudahlah, terserah kalau Paman Savero lebih memilih membela orang lain dibandingkan dengan keluarga Paman sendiri. Tentang biaya, aku... akan membayarnya, tapi nanti, setelah acara ini selesai."
"Heh." Eireen melangkah maju, sambil bersedekap tangan. "Enak saja, kau pikir, akan bisa menipuku untuk kedua kali, hah?"
"Tidak!" Eireen menggelengkan kepala. "Lagipula, jaman sekarang uang segitu, tinggal transfer pakai mobile banking, selesai urusan. Ya, kecuali, Pak Jaksa ini tidak punya uang."
"Enak saja, kau jangan hina putraku ya!" Azusa berceletuk tidak terima. "Putraku ini jaksa, uangnya banyak!"
"Maka suruh putramu itu transfer uangnya sekarang juga. Sekalian dengan semua hutang, yang katanya untuk tambahan biaya kuliah tiga tahun terakhir. Mungkin, hanya sekitar 300 juta total dengan biaya pernikahan ini. Kecil lah, untuk jaksa sepertinya. Ya, kan?" Sekali lagi, Eireen menyeringai mengejek ke arah Aslan.
Dia tahu benar, laki-laki itu, walau jaksa tapi tidak punya tabungan banyak, karena gaya hidupnya dan sang ibu sudah seperti orang kaya raya.
"Iya-iya, dia benar. Sudah cepat suruh bayar saja pengantinnya. Biar pernikahan ini segera dilaksanakan. Kami sudah lelah menunggu. Niat jadi tamu, malah melihat drama tidak ada ujungnya begitu!" Salah seorang tamu berceletuk, mendesak, membuat orang lainnya ikut-ikut juga.
Suasana mulai riuh, oleh gunjingan yang semakin mengeras, menyudutkan kubu Zeya dan Aslan.
Kedua pasangan pengkhianat itu tampak saling tatap. Ini tidak sesuai dengan rencana mereka, yang ingin mempermalukan Eireen tadinya.
Bahkan, Savero pun sampai semarah ini untuk membelanya. Di tengah kebingungan mereka, Eireen menyeringai. "Terlalu lama. Tidak punya uang bilang saja. Security.... cepat usir mereka semua dari sini!"
Double J tampak mau protes, karena dipanggil security lagi oleh Eireen.
Namun, ketika gadis itu melotot ke arah mereka, kedua laki-laki, yang merupakan rekan kerja Eireen itu seketika cosplay menjadi security.
"Ayo-ayo, semua keluar dari sini!"
Tamu undangan, terkhusus yang dari pihak Aslan menatap protes, seolah berkata, 'Ini sungguhan kita diusir begini?'
Melihat dirinya dan sang ibu jadi kehilangan muka begitu, Aslan segera dengan lantang berkata, "Aku....!"
Semua pergerakan orang terhenti. Mata-mata kembali fokus ke arah Aslan.
"Bukannya tidak punya uang. Tapi... akan menggelar pernikahan lebih mewah dari ini. Lihat saja nanti!" imbuh Aslan sambil masih saja membusungkan dada.
"Oh ya?" Eireen bertanya dengan nada mengejek.
"Ya. Aku... tidak sudi menggelar pernikahan di tempat dengan preferensimu yang kampungan ini. Karena pernikahanku dengan Zeya akan lebih mewah dari ini!"
Zeya menganggukkan kepala mantap. "Benar. Kami hanya harus mengundur tanggal pernikahan. Tapi kau? Astaga... tidak akan ada yang mau menikah denganmu. Karena kau... tetap dan akan selalu menjadi orang tidak diinginkan, Eireen!"
Sekali lagi seperti tergores belati, hati Eireen tersakiti. Tapi, ia masih dengan percaya diri, memasang wajah dingin, seolah tidak terpengaruh sama sekali.
Ia tatap kedua pengkhianat di depannya dengan berani. "Kata siapa? Kau itu hanya sarjana tidak punya pekerjaan, sedang laki-laki ini, butuh banyak bantuan, yang tidak mungkin kau berikan. So, aku bahkan ragu, kalian bisa menggelar pernikahan."
"Kau
"Tapi!" Eireen menyela dengan nada tegas. Ia menyempatkan menyeringai sekilas, agar terlihat lebih tenang. "Bagaimana kalau kita buktikan? Mari kita lihat, seberapa mewah pernikahan kalian nanti?"
"Siapa takut? Dan ya... saat pernikahan kami, kau akan datang, walau hanya seorang diri bukan? Mana ada laki-laki yang mau dengan perempuan buangan sepertimu?" sindir Zeya berbagi senyum mengejek dengan Aslan yang juga melakukan hal sama.
Mereka melakukan itu, agar Eireen marah-marah seperti orang gila.
Namun, yang terjadi justru Eireen tetap tenang, masih sempat juga terkekeh. "Ya-ya. Akan kubuktikan juga, kalau aku... akan datang ke pesta mewah kalian bersama dengan pengganti yang jauh lebih dari si pengkhianat itu!"
Aslan tertawa. "Astaga... halu dia?"
Eireen beranjak mendekat ke arah Aslan, semua orang di dekat mereka mundur.
Aslan yang menjaga harga diri hanya mundur sedikit-dikit. Jadi, dengan gerakan cepat, Eireen berhasil menarik kerah pakaian laki-laki itu.
Dengan nada terbata, Aslan protes, dengan wajah ketakutan. "H-hei kau mau apa, hah?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments