Rumah adalah tempat ternyaman
Memberikan cinta dan kehangatan yang tinggal di dalam nya, kebahagiaan yang menjadi sebuah kata terindah
Tapi saat rumah itu tidak memberikan kehangatan maupun kebahagiaan, melainkan kesepian
Bertahan atau pergi adalah pilihan tersulit nya
Namun jika kita mencoba menciptakan kehangatan itu sendiri dan berusaha bersabar
Akan indah pada waktunya, dimana rumah tak hanya memberikan sebuah kata kehangatan dan kebahagiaan, tetapi juga ada kata perlindungan yang terselip.
Rumah ternyaman adalah sebuah keluarga yang lengkap.
🩵🩵🩵
Laras tercengang, mendapati dirinya berada di depan sebuah Mansion bak istana raja yang sering dia lihat dalam sebuah cerita barbie atau kartun kerajaan.
Di depan nya, terdapat sebuah rumah bertingkat dengan taman luas dan berbagai macam tanaman hiasan, ada juga kolam renang di bagian taman itu. Kenapa dirinya bisa berada di depan rumah itu?
Apakah dia harus berterima kasih kepada kedua anak yang tanpa sengaja dia pungut?
"Mommy! Mommy! Ayo cilakan macuk, ini lumah Daddy, bental lagi jadi lumah na Mommy, kalo Mommy tak nyaman, kita bica ngusil Daddy dali cini." Ucap Bunga dengan polos nya.
"Apa katamu Bunga? Hei! Yang ada Daddy yang mengusir kalian berdua, sembarangan kalo ngomong." Angkara tidak menerima perkataan putrinya. Dia pun merasa bodoh karena membawa wanita jalanan untuk ikut bersamanya setelah wanita itu melukai bokong nya yang sangat putih dan mulus, hanya tertutup oleh celana.
Niat nya mencari kedua anak kembarnya yang hilang entah kemana, justru di saat dia menemukan nya di Cafe itu, kedua anak nya mengancam tidak mau pulang jika tidak bersama Mommy nya. Lagi - lagi masalah Mommy yang membuat kepala Angkara menjadi pusing.
Tak ingin membuat kepalanya bertambah sakit, Angkara terpaksa membawa Laras.
Raja dan Bunga mengabaikan Angkara dan menyematkan jemari kecil mereka pada Laras, membawa wanita itu masuk ke dalam rumah. Laras kembali di buat terperangah dengan interior yang ada di dalam ruangan itu.
Seorang wanita lanjut usia tapi masih terlihat cantik menghampiri anak dan cucunya."Eeeh, cucu Oma udah pulang. Gimana pencarian Mommy nya, sudah berhasil?"Tanya Oma Safitri (Ibu dari Angkara) dengan senyum menggoda.
"Cuda Oma, lah ini kita bawa Mommy na, cantik ndak?" Tanya Raja dengan polos, tangan nya dengan manja menggandeng tangan Laras.
Oma Safitri tertegun, dia melihat penampilan Laras dari atas sampai bawah, terlihat sangat sederhana."Kalian ketemu dimana?"
"Di dalan Oma, tadi kita mau di culik cama anak buah na Daddy, telus Mommy nolongin kita. Bawa kita kabul, telus kita tawalin, Mommy mau beli duda ndak, beli catu glatis dua. Beli Duda dapet anak na." Oma Safitri terkekeh mendengar jawaban Bunga yang begitu polos nya.
Cantik juga. Batin Oma Safitri.
"Asalamualaikum, Nyonya." Laras mengulurkan tangan, ingin menyalim tangan Oma Safitri, dengan senang hati Oma Safitri menerimanya.
"Jadi, kapan kalian menikah?"
"Haa?!" Tak hanya Laras, bahkan Angkara pun tercengang mendengarnya. Oma Safitri ingin tertawa melihat reaksi keduanya.
"Mom, jangan mulai deh." Angkara sangat geram dengan Mommy nya. Gak anak, gak Mommy nya sama - sama membuat pusing.
"Ah, sudahlah," Oma Safitri mengibaskan tangan nya."Tunggu kamu yang cari lama, untung dua cucuku lebih gercep dari pada bapak nya."Oma Safitri menarik tangan Laras."Ayo sayang, kita duduk dulu."
Di kirain cuma cucunya yang aneh, ternyata Omanya lebih parah. Baru pertama kali Laras bertemu dengan nyonya keluarga kaya yang model nya seperti Oma Safitri. Karena sebelum kekasih nya ketahuan selingkuh dan baru putus, kekasih nya adalah anak dari keluarga Wiraguna, salah satu keluarga yang sangat besar. Tapi sayang, kehadiran Laras bagaikan sebuah butiran debu yang tidak terlihat dimata mereka.
Laras duduk di tengah - tengah Raja dan Bunga, kedua anak itu seperti tidak mau jauh."Maaf Nyonya, sepertinya anda salah faham, saya tidak punya hubungan apa - apa sama Tuan penculik ini."
Mata Angkara melotot tak terima."APA KAMU BILANG? HEI, MEREKA ANAK SAYA, SIAPA YANG KAMU BILANG PENCULIK."
Laras garuk - garuk kepala."Ya lagian bapak maksa banget buat bawa Raja dan Bunga. Jadinya kan saya pikir bapak ini penculik."
"Ya terserah saya dong, anak - anak saya, suka - suka saya mau di apain. Di buang kek, di jual kek bahkan kalo saya mau meminta anak saya bekerja, itu bukan urusan kamu." Tunjuk Angkara pada Laras dengan kesal.
Laras berdiri, dengan mata yang tajam."Nggak bisa gitu dong, itu namanya KDBA, kekerasan dalam bimbingan anak. Bapak bisa saya laporkan atas kasus pemaksaan. Orang anak gak mau kok di paksa."
"Kamu tidak tau siapa saya? Negara saja bisa saya beli." Angkara menyombongkan dirinya sendiri.
"Hahahaha," Laras tertawa sumbang sambil bertepuk tangan."Hebat banget ya, belum apa - apa udah percaya diri banget. Inget Pak, uang itu cuma titipan Allah, kalo bapak menyala gunakan nya untuk hal yang di benci Allah, maka semua kemewahan ini bisa dia ambil."
"Kalo di ambil ya tinggal saya cari lagi, apa susah nya." Jawab nya enteng.
"Emang nya bapak kira cari uang sama kaya cari rongsokan, tinggal di ambil, di simpen sampai berserakan. Saya aja yang udah bekerja sejak kecil tetap saja dompet saya tipis, nggak tebel - tebel isinya." Angkara tertawa meledek mendengar nya.
"Itu sih derita kamu, bukan saya, pokok nya besok kamu harus pergi dari rumah ini." Seru Angkara seakan tidak peduli.
"Ndak boleh," Bunga memasang badan untuk melindungi Laras."Udah cucah - cucah di cali kok malah main usil aja. Ya cudah, Daddy caja yang pelgi, "Bunga menatap Laras dengan senyum mengembang." Mommy! Cali Daddy balu yuk."
"Haa?" Entah sudah berapa kali Laras kaget dengan perkataan kedua anak itu. Baginya Raja dan Bunga sangat polos dan menggemaskan
"Cetuju, Daddy ndak ucah ucil - ucil, cekalang tugas Daddy kumpulin uan buat kita. Daddy kelja, kita yang nikmati hasil na. Pelcuma caja Daddy kelja tapi ndak ada yang habisin uang na. Makana kita cali Mommy bial cekalian bica habisin uang Daddy." Raja tersenyum polos, Laras sangat ingin mencubit pipi gemoy itu saking lucunya. Berbeda dengan Angkara yang sudah naik pitam.
"Cekalian Daddy. Mommy ada utang, Daddy tolong bayalin yak." Sebisa mungkin, Oma Safitri menahan tawanya, meskipun perut nya terasa seperti di gelitik, ingin sekali tertawa.
"HAPAAA?!" Angkara sangat ingin pingsan saat ini, entahlah, jika dia lebih memilih, lebih baik menjadi duda tanpa anak dari pada punya anak model Raja dan Bunga. Sementara Laras sudah sangat malu hingga tak berani menatap Angkara.
"Heh,kamu menghasut kedua anak saya agar saya membayarkan hutang mu?"Tuduh Angkara menatap tajam Laras.
Laras dengan cepat menggeleng. Wajah nya terlihat panik."Nggak, Pak. Suwer."Laras mengangkat dua jari.
"Cekalian Daddy, kacih uan ke Mommy, Mommy olang miskin, ndak puna uang. Kacihan yak?" Bunga dengan wajah memelas menatap Angkara. Oma Safitri sudah mau tertawa mendengar ungkapan kedua cucunya itu.
Aduh! Malu banget. Ingin sekali Laras menenggelamkan dirinya ke dasar lautan saat ini saking malunya mendengar perkataan Bunga.
Angkara tersenyum paksa."Kalian nggak kasihan sama Daddy?"Tanya nya, ingin sekali dia menangis saat ini.
Raja dan Bunga sama - sama menggelengkan kepala."Kita lebih kacihan cama dili cendili."
" Laja benel loh, Daddy cibuk bekelja, Opa juga bekelja, Oma celing alisan cama temen - temen na. Makana kita cali Mommy balu bial bica temenin kita. Lah calah na dimana loh?"Seru Bunga dengan cadel nya.
Angkara menghela nafas berat, dia lalu beralih menatap Laras, dari wajah oke, meski pakaian nya sangat murahan dan kampungan. 'Kedua anak itu akan terus cerewet jika keinginan nya tidak di turutin. Apa aku pekerjakan saja wanita kampung ini.' Pikiran Angkara mulai menimbang - nimbang
"Heh, kamu!" Laras menoleh ke arah Angkara." 20 juta sebulan! Jadi Ibu dari anak saya!"
Mata Laras terbelalak, sementara Oma Safitri menganga."HAPAAA???"
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Princesa Khun Ria
Ngga bisa move on!
2025-10-02
0