"Apa kau tidak punya mulut sekarang ? Apa kau bisu ?" Teriak Aldric karena sedari tadi ia tidak mendengar suara Naora. Seperti ada yang kurang jika Naora tidak bersuara saat ia disiksa.
"Memangnya, jika aku bersuara apa kau akan melepaskan ku ?" Tanya Naora. Mendengar ucapan Naora bertambah marah lah Aldric. Ia mendorong Naora kearah ranjang dan kembali melakukan penyatuan seperti tadi.
"Mendesah lah Naora. Keluarkan sara indahmu. Untuk apa kau menutup mulut mu ?" Bisik Aldric di telinga Naora.
Ia menjilat dan menyesal leher Naora di tengah penyatuan itu. Naora merasakan sakit yang luar biasa. Ia merasa sangat kotor mendapatkan perlakuan menjijikkan dari Aldric seperti ini.
Sepanjang penyatuan itu, Naora hanya memejamkan matanya. Air mata mengalir di kedua matanya yang membuat Aldric tertawa puas.
"Walaupun aku meniduri mu, jangan harap karena aku suka. Aku hanya ingin melihatmu tidak berdaya". Kata Aldric semakin menyayat hati Naora.
'Lanjutkanlah Al, lanjutkan sampai kau puas. Jika aku sudah menjadi mayat kau tidak akan bisa melakukan ini lagi'. Hati Naora menjerit keras.
Aldric menikmati penyatuan itu. Walaupun mulutnya mengatakan tidak suka, tapi kenyataannya ia begitu memuja tubuh Naora. Tangannya tidak tinggal diam. Ia mencengkram leher Naora hingga meninggalkan bekas merah kebiruan.
"Bersihkan dirimu". Kata Aldric saat ia selesai mengeluarkan cairan kenikmatan diatas perut Naora.
Naora segera berlari ke kamar mandi menggunakan handuk kimono yang dipakainya tadi. Ia tidak ingin melihat wajah Aldric saat ini.
Aldric mengatur nafasnya yang berantakan. Ia masih meresapi sisa-sisa kenikmatan.
"Naora..." Kata Aldric menatap langit-langit.
Aldric memejamkan matanya yang terasa berat sesudah percintaan mereka.
Naora keluar dari kamar mandi dan melihat Aldric yang masih berada diatas ranjang. Ia melangkah dengan perlahan agar tidak membangunkannya.
Naora berganti baju kemudian keluar dari kamar. Tujuannya adalah dapur. Ia ingin mengisi perutnya yang kosong sejak tadi.
"Naora, aku tadi ingin ke kamar mu. Tapi aku melihat Tuan Aldric lebih dulu masuk. Jadi aku kembali lagi". Kata Bibi Ashley.
Naora hanya mengangguk dengan wajah pucat. Tanpa bertanya, Bibi Ashley sudah tau apa yang terjadi.
"Duduklah. Bibi akan mengambilkan mu makanan". Bibi Ashley menuntun Naora duduk di meja dapur.
Sejak dulu, Naora makan bersama dengan para pelayan. Ia tidak diperkenankan makan di meja makan bersama dengan Aldric.
"Ini makanlah sup ini. Habiskan semuanya". Bibi Ashley menyajikan semangkuk sup yang masih mengepulkan asap. Tanpa banyak bicara Naora mengambil sendok dan memakannya. Tangannya gemetar sebab belum makan sejak siang.
"Setelah ini Aldric akan mengajakku keluar". Naora bercerita.
"Berhati-hatilah". Itulah pesan Bibi Ashley tiap kali Naora berpamitan ingin keluar bersama Aldric.
"Selalu bawalah pisau kecil yang ku berikan padamu". Bisik Bibi Ashley. Naora menganggukkan kepalanya.
"Nyonya, Tuan mengatakan agar Nyonya segera bersiap". Asisten Aldric yang bernama Henry datang memberitahu.
"Iya". Balas Noara.
"Bibi aku pergi dulu". Kata Naora. Bibi Ashley hanya memandang Naora dengan mata yang berair. Ia tidak tega melihat Naora yang berjalan seperti kesakitan. Apalagi lehernya yang terdapat bekas cengkeraman baru.
"Entah mengapa aku merasakan sesuatu buruk akan menimpanya. Tuhan, lindungilah dia". Doa Bibi Ashley.
Naora dengan cepat bersiap. Ia mengenakan gaun hitam yang diberikan oleh Aldric tadi.
Gaun hitam panjang dengan belahan dada yang rendah itu benar-benar membuat penampilan Naora sangat sempurna. Ditambah lagi satu set perhiasan berlian yang melengkapi penampilannya.
Ia mengenakan sepatu hak tinggi transparan dari brand ternama. Tidak lupa sebuah tas tangan kecil dengar harga yang fantastis.
Naora merias wajahnya dengan natural. Tidak terlalu menor tapi benar-benar menunjukkan aura cantiknya.
Ia akan membuka pintu kamarnya tapi rupanya Aldric lebih dulu membukanya dari luar. Untuk sesaat, Aldric menatap Naora dengan tatapan kagum. Hatinya berdesir tapi segera ia alihkan pandangan itu.
Aldric menggunakan setelan jas warna senada dengan gaun Naora lengkap dengan dasi kupu-kupu.
"Lama sekali". Omelnya.
Naora tidak menjawab. Ia hanya diam dan melihat Aldric.
"Cepatlah. Jangan membuang waktuku". Aldric menarik tangan Naora dan membawanya menuju mobil.
'Apa selingkuhannya sudah pergi ?' Gumam Naora yang tidak melihat keberadaan Almire.
"Disana jangan bicara jika tidak ku suruh". Kata Aldric tegas.
"Iya". Jawab Naora.
Mereka berangkat dengan diantar oleh Henry. Sepanjang perjalanan hanya diisi oleh pembicaraan antara Henry dan Aldric mengenai bisnis yang tidak dimengerti oleh Naora.
"Jika sudah sampai, jaga sikap dan pandanganmu. Jangan melakukan sesuatu yang akan mempermalukan ku. Jangan sampai karena ulahmu, aku mengalami kerugian". Kata Aldric.
Naora menjawabnya dengan anggukan kepala. Ia mengerti. Sudah sering kali Aldric mengatakan itu.
Padahal jika pergi ke pesta Naora selalu mengikuti kemanapun Aldric pergi. Ia bahkan tidak mengambil makanan atau minuman sedikit pun sebelum Aldric menyuruhnya.
Mereka sudah tiba di dekat danau buatan. Pesta diadakan di luar ruangan. Banyak sekali orang-orang penting yang datang. Mereka kebanyakan membawa pasangan mereka.
Di tempat seperti inilah banyak sekali orang yang mencari kenalan untuk melakukan kerja sama. Termasuk Aldric.
Henry menunggu di mobil. Ia tidak ikut bergabung dengan Aldric.
Naora melangkahkan kaki jenjangnya mengikuti langkah Aldric. Mau tidak mau Aldric harus menggandeng tangan Naora dan menampakkan kemesraan mereka di depan banyak orang.
Naora melihat tangannya yang digenggam oleh Aldric kemudian melihat kearah Aldric.
'Andai saja aku bisa dicintai olehmu, maka tidak ada lagi yang kuinginkan di dunia ini selain menghabiskan sisa usiaku denganmu, Aldric'. Batin Naora.
Tapi nyatanya, hal itu tidaklah menjadi kenyataan. Suaminya yang tampan itu tidak lebih seperti iblis yang memberikan neraka untuknya sejak hari pertama pernikahan.
"Tuan Aldric, senang bertemu denganmu". Seorang pria menyapa Aldric dan mengulurkan tangannya.
Tapi Aldric hanya menatap sekilas tanpa berniat membalasnya. "Aku tidak tertarik menjalin kerjasama denganmu. Pergilah dan jangan melihat istriku dengan tatapan seperti itu". Kata Aldric penuh penekanan. Aura menakutkan menguar dari pancaran matanya.
Jika dulu, Naora melihat Aldric seperti ini mungkin akan merasakan jatuh cinta lagi dan lagi. Tapi kali ini ia merasa biasa saja.
Pria yang menyapa Aldric tersenyum remeh kemudian meninggalkan mereka dengan tatapan mata yang tidak lepas dari Naora.
"Kau senang dipuja oleh banyak pria ?" Bisik Aldric di telinga Naora.
Naora menggeleng. Tidak berminat menjawab yang nanti ujung-ujungnya akan disalahkan juga.
"Kau sangat jelek. Ingat itu. Tanamkan di otakmu". Kata Aldric lagi. Sekali lagi, Naora hanya mengangguk tanpa senyum dan suara.
Tanpa mereka berdua sadari, gerak-gerik keduanya menarik perhatian seorang pria yang sudah menatap mereka sejak pertama kali tiba.
Pria itu tersenyum dengan misterius. Tatapan tajamnya mengarah kearah Aldric. Dan Aldric merasakan tatapan itu.
Pandangan mereka beradu. Sorot mata tajam keduanya begitu menakutkan. Tidak ada yang berani mengganggu dua orang yang sedang saling perang melalui tatapan mata itu.
..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments