Part. 3- KSA, KDC

Penolakan gadis yang Arga cintai beberapa hari lalu masih membekas jelas di hatinya. Wajah itu, kata-kata dingin yang menusuk, dan cincin yang akhirnya terbuang begitu saja.

Namun, Arga bukan tipe pria yang meluapkan amarah dengan teriak atau mengamuk. Ia tetap tampak tenang, meski di dalam dadanya ada bara yang membakar.

"Kalau memang cinta harus dipaksakan, lebih baik aku simpan sendiri perasaanku."

Maka, seperti biasa, ia memilih kembali ke rutinitas.

Dosen muda itu berdiri di depan kelas, menjelaskan materi dengan suara rendah tapi sangat mudah di mengerti oleh para murid. Mahasiswanya mendengar dengan serius, beberapa mencatat, beberapa malah terkesima dengan karisma dinginnya.

Beberapa saat kemudian...

Di luar pagar kampus, Keira sedang berdiri sambil menuntun sepedanya. Pandangannya terpaku pada gedung tinggi dan halaman luas di depannya.

“Wah… ini toh rasanya kampus beneran,” gumamnya, kagum.

Ia berjalan pelan di sekitar area, meski hanya di jalur umum yang terbuka. Matanya berbinar penuh harapan, membayangkan menjadi salah satu mahasiswa kampus tersebut.

“Kalau aku kuliah di sini… gimana rasanya, ya? Duduk di kelas, pakai buku catatan baru, ketemu dosen-dosen pintar. Ah, pasti menyenangkan banget.”

Keira tersenyum sendiri sambil membayangkan hari itu tiba. Namun senyumnya hilang saat ia hampir menabrak seseorang di tikungan lorong kecil dekat taman kampus.

“Eh! Maaf—”

Ucapan Keira terhenti begitu matanya bertemu dengan sosok yang baru saja ia hindari.

Dialah Arga.

Mereka kembali saling menatap, untuk kedua kalinya.

Arga mengerutkan dahinya, tatapannya tajam seperti hendak menembus isi kepala Keira.

Sedangkan Keira buru-buru menunduk lalu bergumam, “Ya ampun, kenapa aku harus ketemu dia lagi di sini?!”

Arga menatapnya beberapa detik. Tidak berkata apa-apa, tapi sorot matanya penuh tanda tanya. Seakan ia ingat sesuatu… atau seseorang.

Dengan wajah yang memerah, Keira segera melangkah mundur. “Maaf! Aku nggak sengaja…” ucapnya cepat, lalu berbalik hendak pergi.

Namun langkahnya terhenti saat ia merasakan sesuatu di jarinya. Cincin yang ia kenakan kemarin masih melingkar di sana dan mata Arga jelas melihatnya.

Keira pun langsung menunduk karena canggung, dan berusaha melewati Arga tanpa menimbulkan masalah.

Tapi tatapan dingin pria itu terarah tepat pada jemarinya. Cincin yang berkilau di jari manisnya sama persis dengan cincin yang sempat ia buang dengan penuh amarah.

Kemudian, Arga melangkah maju dan bertanya, “Dari mana kau dapat cincin itu?”

Keira terlonjak dan langsung menatap cincin di jarinya, lalu buru-buru menyembunyikan tangannya di belakang.

“A-apa? Cincin ini?” tanyanya gugup, sambil mencoba tersenyum untuk menutupi kepanikannya.

“Jawab,” tegas Arga, dengan tatapan yang menusuk. “Itu punyaku.”

Keira berkedip dengan cepat, otaknya berkeliaran mencari alasan. “Ehm… aku—aku hanya menemukannya. Beneran, aku nggak—”

Belum sempat ia menjelaskan, Arga langsung mengulurkan tangannya. “Kembalikan," serunya dingin dan kasar.

Keira terperangah, matanya pun membesar.

“Heh? Kembalikan gitu aja? Dasar aneh! Aku kan baru mau cerita, kamu malah main asal perintah,” balasnya kesal.

Arga melipat kedua lengannya, lalu menunduk dan menatap Keira dengan tajam. “Itu bukan hakmu. Tidak perlu penjelasan. Lepas, dan berikan sekarang.”

"Huh!" Keira mendengus kesal, sedangkan jari tangannya meremas cincin itu semakin erat.

“Eh, maaf ya, Tuan Dingin. Aku memang bukan siapa-siapa, tapi aku bukan pencuri! Aku cuma nemuin cincin ini nggak sengaja. Bukannya terima kasih, kamu malah marah-marah?”

“Terima kasih?” Arga menaikkan alisnya lalu membalas dengan suara yang meninggi. “Aku tidak perlu belas kasihan darimu. Yang aku butuh hanya cincin itu kembali!."

Keira melotot, lalu kedua tangannya berkacak di pinggang. “Ya ampun! Kamu tuh kenapa sih? Dikit-dikit nyuruh, dikit-dikit nada tinggi. Apa semua mahasiswa di kampus ini kelakuannya kayak gini?”

Arga tertegun sesaat, rahangnya mengeras lalu membalas, “Tidak semua orang punya waktu untuk bermain-main seperti dirimu.”

Keira merengut, hatinya panas mendengar ucapan merendahkan itu. “Main-main? Jadi menurut kamu aku sengaja pakai cincin ini buat apa? Buat gaya? Buat ngerampok?!”

“Cukup!," Bentak Arga, seraya menatapnya lebih tajam. “Lepas. Sekarang.”

Tidak mau kalah, Keira pun membalas tatapannya tanpa gentar. “Kalau kamu minta baik-baik, mungkin aku bakal kasih. Tapi kalau caranya begini? No way! Aku bukan budakmu, ngerti?”

Hening...

Dua kepribadian yang bertolak belakang saling beradu. Keteguhan Arga yang dingin melawan keberanian Keira yang spontan dan keras kepala.

Di tengah diam yang menegangkan itu, cincin mungil di jari Keira berkilauan, seolah menjadi saksi awal pertentangan panjang yang akan menyatukan dua dunia mereka.

Tanpa mereka sadari...

Suara debat antara Keira dan Arga makin lama makin meninggi. Beberapa mahasiswa yang lewat langsung berhenti, saling berbisik, dan mulai berkerumun.

“Eh, itu kan Pak Arga, dosen killer yang super dingin itu?” bisik seorang mahasiswi.

“Iya bener! Astaga, siapa tuh cewek yang berani ngomelin dia begitu?” sahut yang lain, dengan mata yang berbinar penuh kepo.

Tak lama, sebagian mahasiswi lain langsung histeris.

“Aaaaa! Dia bisa bicara sedekat itu sama Pak Arga?!”

“Gila, aku aja kalau ketemu dosen itu gemeteran, ini malah debat?! Hebat banget ceweknya!”

Keira menoleh ke sekitar, wajahnya pun mulai panas karena disorot begitu banyak mata.

“Ya ampun… sekarang aku jadi tontonan, kan?!” desisnya sambil menutup wajah dengan sebelah tangan.

Dengan ekspresi dingin, Arga pun menyadari kerumunan yang semakin ramai itu. Lalu, pikirannya langsung terbayang pada satu hal, jangan sampai ada yang tahu tentang lamaran gagal dan cincin itu.

Tanpa banyak kata, ia meraih pergelangan tangan Keira. “Jangan banyak bicara. Ikut aku.”

Keira pun terperanjat dan berusaha melepaskan diri. “Eh, lepaskan! Kamu pikir aku boneka bisa seenaknya ditarik begitu aja?!”

Namun Arga tetap menyeretnya melewati kerumunan.

“Lepas, aku bilang! Hei! Sakit tau—!” Keira mencoba menepis-nepis tangannya, sementara wajahnya memerah penuh emosi.

Melihat kejadian itu, mahasiswa di sekitar pun malah makin heboh.

“Ya ampun, mereka jalan bareng!”

“Cowok dingin itu… narik cewek? Aku nggak percaya mataku!”

Di sepanjang jalan Keira terus mendumel dan mencoba melepaskan diri.

“Dasar pria menyebalkan! Aku udah telat kerja, malah ditarik-tarik kayak kriminal. Nanti kalau tanganku memar gimana, hah?!”

Tapi Arga tidak menjawab. Langkahnya malah semakin cepat dan penuh tekanan, hingga akhirnya mereka berhenti di depan mobil hitam mewah yang terparkir di dekat gerbang kampus.

Kemudian Ia membuka pintu mobil dengan kasar, lalu menoleh tajam ke arah Keira.

“Masuk.”

Keira pun melongo karena tak habis pikir dengan perlakuan Arga.

“Hah?! Kamu kira aku apaan?! Aku nggak mau!” seru Keira penuh emosi.

Arga pun menghela napas seraya menahan emosinya yang hampir meledak. “Kamu mau semua orang tahu soal cincin itu?” ujar Arga dengan suara yang merendah tapi tetap dingin.

Keira tidak menjawab, namun matanya melotot tak percaya.

“Jadi gitu ancamanmu?!” Ia mengepalkan tangannya sementara napasnya naik-turun karena jengkel. “Sombong banget sih kamu! Baru kali ini aku ketemu orang segila ini!”

Arga menatap Keira tanpa berkedip. “Aku tidak punya waktu berdebat di depan umum. Pilihanmu cuma dua, masuk… atau semua rahasia terbongkar.”

"Cih!." Keira mendesis, dan wajahnya pun kini merah padam.

Dengan kesal, ia pun menunduk dan melangkah masuk ke dalam mobil, lalu membanting pintu keras-keras.

BLUG!!

“Arrghh! Kalau bukan karena cincin bodoh ini, aku nggak akan pernah berurusan sama kamu, Tuan Dingin!”

Arga pun masuk dari sisi lain, lalu menyalakan mesin mobil tanpa ekspresi.

“Diam. Kita bicara di tempat lain.”

Keira menoleh dengan cepat, dan matanya menyipit. “Diam? Kamu pikir aku bisa diam setelah diperlakukan kayak gini?! Hah! Jangan mimpi!”

Mobil pun melaju, meninggalkan kampus yang masih gaduh oleh bisik-bisik mahasiswa yang baru saja menyaksikan pemandangan luar biasa itu.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Mia Camelia

Mia Camelia

lanjut thor ,makin seru nih😍😍😍

2025-09-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!