Bab 4

Liliana buru-buru meraih sepotong pakaian yang tergeletak di atas bangku. Tanpa pikir panjang, ia segera menyelimuti tubuhnya. Sayangnya, pakaian itu ternyata milik Septian.

“Kak Lili, itu jas Mas Septian. Mau dipakai buat ke kantor,” seru Riana dengan wajah merah padam.

Septian menoleh, pandangannya langsung jatuh pada Liliana yang kini terbalut jasnya. Sorot matanya menajam, menahan kekaguman pada wanita yang diam-diam ia jadikan ratu di hatinya, meski ia tahu takkan pernah bisa memilikinya. Namun, deheman Riana memutus tatapannya. Ia cepat-cepat berkata dengan nada datar, “Tidak apa-apa, Riana. Kan masih ada jas lain.”

Riana hanya tersenyum tipis. Bagi Septian mungkin ini hal sepele, tapi baginya tidak. Hatinya mencelos mengingat ia baru saja menghabiskan setengah jam untuk menyiapkan jas itu, memastikan lipatannya rapi dan aromanya wangi.

Ia menunduk, menahan gejolak perasaannya. Getir itu menumpuk, menusuk dadanya seperti jarum-jarum halus.

Sementara Liliana dengan wajah penuh rasa bersalah akhirnya buka suara. “Riana, maaf... aku nggak sengaja.”

Riana hanya diam, menunduk makin dalam. Jemarinya saling bertaut, berusaha menahan perasaan yang kian menyesakkan.

“Tadi aku buru-buru keluar buat bikin susu tambahan untuk Lira. Kupikir Septian sudah berangkat, jadi asal pakai baju yang ada.” Liliana menunduk, jemarinya meremas ujung kain jas itu.

Riana mengangkat wajah sekilas, tatapannya dingin tanpa sepatah kata. Tatapan singkat itu cukup membuat Liliana semakin gugup.

“Soal jas ini... aku cuma takut kamu salah paham. Aku benar-benar nggak sadar kalau ternyata ini milik Septian,” sambungnya lirih.

Liliana menoleh ke arah Septian sejenak, lalu kembali pada Riana. “Kalau kamu keberatan, biar aku lepas sekarang.”

Septian yang tak tahan melihat Liliana merasa bersalah segera bangkit. Nada bicaranya terdengar lembut, tapi penuh dengan penekanan disetiap kalimatnya.

“Sudahlah, Riana. Ini hanya masalah sepele. Kasihan juga kakakmu. Lagian, dia melakukan itu untuk menutupi tubuhnya, supaya tidak terlihat, kan?”

Riana memejamkan matanya sejenak. Ia sudah lelah beradu pendapat dengan Septian selalu berujung sama, dirinya yang tampak bersalah. Perlahan ia menarik sudut bibirnya, membentuk senyum getir.

“Aku ambilkan jas baru,” ucapnya pelan.

Septian menatapnya sejenak ada rasa lega, ia pikir Riana sudah memaklumi hal ini jadi tak perlu berdebat lagi, ia pun mengangguk. “Terima kasih, sayang. Kamu memang yang terbaik. Nanti setelah magrib, langsung datang saja ke restoran X. Aku sudah siapkan kejutan untukmu.”

Riana hanya mengangguk singkat. Hatinya terasa makin hampa, tapi ia tetap menjaga senyum itu.

Mendengar itu, Liliana justru tampak bersemangat. “Wah... kalian mau kencan ya? So sweet!” serunya sambil terkekeh kecil.

“Septian, kamu tenang saja. Aku pasti bantu Riana berdandan secantik mungkin, biar kalian jadi pasangan tercantik dan tertampan di abad ini,” imbuhnya dengan tawa ringan.

“Memang kamu selalu perhatian, Lili. Ya sudah, aku berangkat dulu,” ucap Septian.

“Aku antar, Mas,” sahut Riana cepat. Ia segera meraih jas lain dan memakaikannya ke tubuh Septian dengan hati-hati, meski dalam dirinya perasaan getir tak terbendung.

Seperti rutinitas biasa, Riana mengantar Septian sampai ke depan pintu. Begitu sosok laki-laki itu benar-benar menghilang dari pandangan, ia menarik napas panjang. Dadanya kian sesak, dipenuhi tanya yang tak kunjung menemukan jawaban. Sebenarnya, Kak Lili ini benar-benar tidak menyukai suamiku… atau hanya berpura-pura polos?

“Tapi Kak Lili nggak mungkin seperti itu…” gumamnya lirih sambil melangkah masuk.

“Riana, apa yang kamu pikirin?” suara Liliana tiba-tiba terdengar, membuatnya tersentak.

“Hah? Enggak, Kak,” sahut Riana tergesa, berusaha menutupi kegugupannya. Ia tidak ingin sang kakak menaruh curiga jika dirinya tengah mencurigainya.

Liliana tersenyum samar. “Oh, aku tahu… kamu pasti lagi mikirin kencan sama Septian, ya?”

“Apa sih, Kak…” Riana mengerucutkan bibirnya, mencoba terdengar biasa saja.

“Aku bilang apa? Septian itu cinta sama kamu,” lanjut Liliana lembut. “Jadi jangan ada rasa curiga lagi. Maaf, ya, soal kejadian tadi.”

Riana hanya mengangguk. Meski hatinya masih kesal, tapi bukan kepada Liliana, melainkan kepada Septian.

“Sebagai gantinya… gimana kalau kita ke mal?” ajak Liliana kemudian. “Kita beli baju, sekalian perlengkapan Lira.”

Riana terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Oke.”

***

Sekitar jam makan siang, Riana dan Liliana tiba di sebuah mal besar di pusat kota. Senyum mereka merekah melihat suasana ramai, deretan butik dengan merek-merek ternama berjejer rapi, memamerkan gaun, sepatu, hingga aksesoris berkilau seolah siap merayu siapa pun yang lewat.

“Ah… sudah lama banget aku nggak ke mal.” Liliana terkekeh kecil, matanya berkeliling penuh antusias. “Em, gimana kalau kita beliin baju buat Lira dulu, Ri?”

Riana mengangguk pelan. Baginya, membeli baju untuk dirinya sendiri bukan prioritas. Selama kebutuhan keponakannya tercukupi dan bayi kecil itu tidak kelelahan, ia rela mengalah.

“Ri, kamu masuk dulu ke toko itu, ya. Aku ke toilet sebentar.” Liliana buru-buru menyerahkan kereta dorong bayi pada Riana. Seperti biasa, tanpa menunggu persetujuan, ia sudah menghilang begitu saja ke arah lain.

Riana menatap punggung kakaknya yang menjauh, lalu menghela napas tipis. Ia sudah terlalu terbiasa ditinggalkan begitu.

Riana menuntun kereta bayi memasuki toko perlengkapan anak. Matanya sibuk memilih popok, botol susu, hingga pakaian kecil dengan motif lucu. Tangannya berhenti pada sebuah gaun mungil berwarna biru muda.

Ia tersenyum kecil lalu menunduk menatap ke arah Lira yang terlelap di dalam kereta.

“Lira suka yang ini, nggak? Cantik, ya… nanti kalau kamu pakai, pasti semua orang bilang kamu boneka hidup,” bisiknya lirih, seolah bayi itu bisa menjawab.

Ia menaruh gaun itu ke dalam keranjang, lalu mengambil sepasang sepatu kecil berwarna putih.

“Ini juga deh, biar lengkap. Lira nanti jalan-jalan cantik sama mama Lili, ya? Karena Tante gak bisa menemanimu,” suaranya pelan, nyaris bergetar, ada rasa bersalah sekaligus getir terselip di sana.

Setengah jam berlalu. Kantong belanja di tangannya sudah penuh, tapi Liliana tak kunjung kembali. Riana melirik jam di ponselnya, perasaan gelisah mulai menyelinap.

'Ke mana sih Kak Lili?' pikirnya sambil menoleh ke kanan-kiri.

Ia mendorong kereta keluar dari toko, menyusuri koridor mal. Pandangannya mencari-cari sosok kakaknya di antara kerumunan pengunjung. Langkahnya terhenti mendadak. Dari kejauhan, matanya menangkap pemandangan yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak.

Liliana berdiri di depan sebuah butik mewah, wajahnya begitu sumringah sambil menenteng beberapa kantong belanja. Dan tepat di sampingnya ada Septian.

Riana mencengkram kuat pegangan kereta dorong itu, lalu menarik napasnya dalam-dalam, tak lama ia segera mengambil ponselnya lalu menelpon sang kakak. Cukup lama Riana menunggu kakaknya mengangkat telepon darinya, saat sudah tersambung ia langsung bertanya, "Kakak dimana?"

"Riana, apa Lira rewel? Maaf toilet antri banget ini, jagain sebentar ya," jawab Liliana.

Riana tak lagi bisa membendung rasa sakitnya. Suaranya bergetar, saat berkata, “Kamu nggak lagi berbohong kan, Kak? Aku lihat kamu bersama Mas Septian.”

Terpopuler

Comments

Ida Sriwidodo

Ida Sriwidodo

Astaghfirullah.. ada yaa kk modelan Lili ini
Dah ditolong malah menusuk dari belakang
Septian pun sama

Dah benar keputusan Riana pergi
Ngapain bertahan dengan keluarga dan suami toxic gini
Apalagi Riana dokter.. hempaskan manusia2 penghianat seperti Septian dan Liliana
Penghianat dan pengecut cocok berjodoh 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2025-09-24

2

Bun cie

Bun cie

ya Allah...Riana kuatkan hati bulatkan tekad mu..mundur bukan berarti kalah tetapi memuliakan diri dari org2 yg munafik dan tak tahu diri 🙏

2025-09-24

0

arniya

arniya

cepat pergi Riana, tinggal kan cowok kaya gitu.....

2025-09-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!