Tinggal Di Rumah Istri Pertama

“Ran.” Panggil Dimas dengan lembut, karena melihat Ranti yang setelah mendengar ucapannya tentang alasan ia akan menceraikan Ani. Hanya terdiam terpaku.

“Oke... aku setuju, izinin Ani tinggal sementara di sini.” Ucap Ranti akhirnya, saat sudah mulai tersadar dari lamunannya karena panggilan sang suami barusan.

Dimas yang mendengar ucapan istrinya itu. Tentu saja merasa senang. Terlihat ia mulai tersenyum manis pada Ranti dan berucap.

“Yaudah kalo gitu aku pamit. Buat jemput Ani dirumah sakit.” Ucap Dimas cepat-cepat, karena memang merasa takut, istri pertamanya itu berubah pikiran.

“Kenapa ga sekalian aja tadi waktu kamu kesini, kamu langsung bawa dia?” Ucap Ranti dengan suara yang masih sedikit ketus, karena sesungguhnya. Ia hanya setengah hati dalam mengizinkan Ani untuk tinggal sementara di rumahnya.

“Aku juga maunya gitu! tapi aku tahu Ran, gimana kamu dan gimana Ani. Aku gamau aja kalo aku bawa Ani langsung ke sini urusannya pasti bakal jadi runyam.” Ucap Dimas, karena ia sungguh mengetahui sifat bertolak belakang istri pertama dan ketiganya itu. Dimana jika Ranti, istri pertamanya itu, memiliki sifat pemarah dan tidak bisa mengontrol emosinya. Sedangkan sifat istri ketiganya, lebih cenderung selalu merasa tidak enakan pada seseorang.

Maka itu, ia hanya berpikir jika ia langsung membawa Ani tanpa izin terlebih dahulu pada istri pertamanya itu. Tentu hanya akan membuat istri pertamanya marah dan menolak kehadiran Ani dan disisi lainnya pun, Ani pasti akan merasa tidak enak jika kehadirannya sudah di tolak oleh Ranti.

Ranti yang mendengar ucapan suaminya itu hanya bisa kembali memutar bola matanya malas.

Lalu ia mulai berucap. “Yaudah sana, bukannya kamu mau jemput istri ketiga kamu itu atau lebih tepatnya calon mantan istri ketiga kamu.”

“Ya, tapi aku izin ke dalam dulu ya Ran. Soalnya aku mau ngambil kunci motorku.” Ucap Dimas, meminta izin pada Ranti. Karena memang ia memiliki motor yang selalu ada di bagasi rumahnya dan Ranti.

“Gausah ke dalam, takutnya Dira yang liat kamu mau pergi. Bakal Nangis. Kunci motornya biar aku yang ambilin.” Ujar Ranti dengan cepat, serta masih sedikit ketus.

Dimas hanya bisa pasrah mendengar ucapan istrinya itu, karena ia juga merasa takut. Jika Dira melihatnya yang akan pergi.

Setelah menunggu beberapa menit, Ranti yang masuk ke dalam untuk mengambil kunci motornya.

Terlihat setelahnya, istrinya itu mulai keluar dengan membawa kunci di tangan kanannya. Saat sampai di depannya, istrinya itu segera menyerahkan kuncinya dengan gerakan sedikit kasar.

Setelah menerima kunci mobil itu, Dimas kemudian kembali berbicara. “ Yaudah kalo gitu aku pamit ya.” Ucapnya, lalu tanpa berniat mendengar kembali balasan ucapan dari Ranti. Karena ia juga tahu Ranti tidak akan membalas ucapannya. Ia bergegas pergi dengan menggunakan motornya, yang terparkir di garasi kecil samping rumah mereka.

***

“Ani...” Ujar Dimas dengan lembut pada Ani, yang sedang tidur si kursi samping ranjang yang di isi Susan yang terbaring kaku dengan banyaknya selang di badannya.

“Mas Dimas.” Ucap Ani kemudian, dengan suaranya yang sedikit serak, khas orang bangun tidur dan mulai mendongakkan kepalanya yang tadi sedang dibaringkan di samping ranjang.

Setelah itu, terlihat Ani mulai mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuk yang masih terasa sangat.

Setelah itu, ia mulai berucap pada Dimas yang masih berdiri memandanginya dalam diam. “Mas gimana, udah bilang sama tuan Kevin. Kalo aku udah setuju buat nikah sama dia?” tanya Ani dengan penasaran, karena memang tadi setelah ia menyetujui untuk menikah dengan atasan suaminya itu. Suaminya itu bergegas pergi dengan alasan akan menyampaikan hal itu pada atasannya.

“Sebenarnya tadi mas ga ke rumah pak Kevin, mas tadi ke rumah Ranti Ni.” Ucap Dimas dengan suara yang masih terdengar lembut.

“Loh ko malah ke rumah mbak Ranti? bukannya tadi kamu bilang mau langsung minjem uangnya biar bisa langsung bayar biaya operasi mbak Susan, malam ini juga?” ucap Ani yang tidak mengerti, kenapa suaminya itu malah ke rumah istri pertamanya bukannya ke rumah atasannya.

“Mas sebenarnya ga tahu di mana rumah pak Kevin Karena mas ini cuman pegawai kantor biasa Ni. Sedangkan tadi mas ke rumah Ranti, karena emang mas mau izin sama dia buat izinin kamu, buat sementara tinggal di sana.”

“Kenapa mas minta izin sama mbak Ranti, buat Ani bisa tinggal sementara di sana. Ani kan ga minta itu mas?” Ujar Ani yang merasa heran kenapa suaminya itu meminta izin pada madunya. Untuk ia bisa tinggal sementara di sana.

“Ani emang ga minta, ini cuman inisiatif mas, karena mas pasti kedepannya bakal sering tidur di rumah sakit. Mas gamau aja, kalo Ani harus tinggal sendiri di rumah kita.” Jelas Dimas dengan panjang lebar.

“Ouh gitu... tapi kenapa tadi harus bohon mas, dengan alasan kalo mas keluar. Karena mau langsung minjem uang sama tuan Kevin buat bayar biaya operasi mbak Susan. Kenapa mas ga langsung bilang kalo mas keluar buat ke rumah mbak Ranti?” Ucap Ani yang merasa heran kenapa suaminya itu tadi berbohong padanya.

“Karena mas tahu, kalo misalkan tadi mas bilang mau ke rumah Ranti buat minta izin, agar kamu tinggal sementara di sana. Kamu pasti bakal berusaha halangi mas, karena ngerasa ga enak kalo harus nyusahin Ranti dengan kamu tinggal di sana.” Ujar Dimas panjang lebar, karena ia tahu dengan pasti hal itu benar-benar akan di lakukan Ani. Karena istri ketiganya itu adalah type orang yang selalu merasa tidak enakan.

Ani yang mendengar ucapan suaminya, hanya terdiam. Karena memang ia membenarkan, bahwasannya ia akan berusaha mencegah suaminya itu, jika suaminya itu tadi bilang padanya. Ingin meminta izin pada istri pertamanya untuk ia tinggal sementara tinggal di sana.

“Tapi mbak Ranti ga setuju kan?” Ujar Ani menebak.

“Engga Ni, Ranti udah setuju ko? malah sekarang mas ke sini karena mau jemput kamu buat ke rumah Ranti.” Balas Dimas dengan tersenyum manis pada istri ketiganya itu.

“Ko bisa, emang mas buat alasan apa sampai mbak Ranti bisa setuju gitu?” ucap Ani yang merasa heran kenapa istri pertama suaminya itu yang ia tahu tidak terlalu menyukainya. Malah menyetujui untuk ia tinggal sementara di sana.

“Ga ada alasan khusus Ni, sekarang udah ya. Ini kan udah malam, kamu pasti perlu istirahat. Sekarang kamu, mas anterin ke rumah Ranti ya. Untuk baju-baju kamu, besok siang bakal mas ambil dan anterin.” Ucap Dimas cepat-cepat pada istri ketiganya itu.

“Tapi mas..” Sanggah Ani kembai, karena memang ia masih merasa penasaran dengan alasan Ranti yang mengizinkannya untung tinggal sementara di rumah madunya itu.

“Ni..” Panggil Dimas yang sekarang terdengar sangat tegas.

Ani, yang sudah hafal. Bahwa saat suaminya sudah menggunakan suara yang tegas, itu pertanda tidak ingin kembali di bantah. Akhirnya mengalah.

“Yaudah deh, tapi mas sebelumnya aku mau tanya! Terus kamu kapan mau minjem uang sama tuan Kevin nya? bukannya kalo besok, mbak Susan belum juga di operasi, dokter udah bilang kalo nyawanya terancam?” Ucap Ani kemudian, karena merasa khawatir pada Susan yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri.

“Besok pagi-pagi aku bakal temuin dia.” Ucap Dimas kemudian.

“Kenapa ga sekarang aja?” tanya Ani dengan penasaran.

“Ni... inget ini udah hampir larut malam, mas cuman ga mau, kalo mas hubungi beliau sekarang. Beliau bakal ngerasa ke gangga dan mutusin buat ga jadi minjemin uangnya.” Jelas Dimas dengan menekan setiap kata-katanya.

Ani hanya bisa terdiam karena membenarkan ucapan suaminya itu.

Saat Ani masih terdengar, terdengar kembali ucapan Dimas di telinganya. “ Yaudah yu sebelum keburu tengah malam, sekarang aja mas anter Ani ke rumah Ranti.”

Ani hanya bisa menghela napas, setelahnya. Ia mulai mengangguk dan setelah mengangguk itu, suaminya, Dimas mulai menggandeng tangannya untuk ke luar dari ruangan itu.

“Tapi mas, ini gapapa kalo mbak Susan sendirian.” Ucap Ani di tengah langkahnya, karena merasa khawatir pada Susan.

“Ani kamu kan tahu, jarak rumah Ranti ga terlalu jauh sama rumah sakit ini. Jadi satu jam lagi juga pasti mas udah balik lagi ke sini. Buat jagain Susan.” Ujar Dimas yang, sekarang berusaha mempercepat langkahnya. Agar segera sampai di parkiran.

“Terus kalo mas yang jagain mbak Susan, mas berarti ga bakal istirahat?” tanya Ani yang merasa penasaran. Namun, terlihat masih mengikuti langkah suaminya.

“Ani... mas gapapa ko. Lagian mas ga butuh istirahat sekarang.” Balas Dimas yang masih berusaha sabar untuk menjawab setiap pertanyaan Ani di tengah kondisinya yang sedang lelah.

“Ani ga ada lagi pertanyaan. Sekarang udah kamu, cepet pake helmnya.” Ucap Dimas, saat mereka sudah sampai di depan motor miliknya dan saat melihat Ani akan kembali membuka mulutnya, seperti ingin kembali berbicara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!