Lepas Sendiri atau Aku yang Lepas?

“Astagfirullah, malah telat segala.”

Pagi ini .... Langkah Aluna terdengar terburu-buru di sepanjang lorong lantai atas gedung menjulang di kota Surabaya. Nafasnya sedikit tersengal, wajahnya pucat, keringat dingin menempel di pelipis. Ia tahu, terlambat meski hanya beberapa menit adalah dosa besar di hadapan Arsena Kusumawardhana, CEO dingin yang reputasinya setajam pisau.

Rok span selutut warna krem yang membungkus kakinya terasa seperti belenggu, membuat ia harus menahan sakit di pergelangan kaki yang memar karena kejadian tadi malam. Kemeja biru muda yang ia kenakan tampak sangat rapi, dari segi penampilan, Luna memang tidak pernah mengecewakan.

Begitu sampai di ruangan besar dengan pintu tinggi, ia menarik napas panjang, lalu membuka pintu.

“Assalamualaikum,” ucapnya lirih. “Maaf, Pak Arsen... saya terlambat.”

“Wa'alaikumsalam.”

Pria yang sedang berdiri membelakangi meja kerjanya itu perlahan berbalik. Arsen menatap Aluna dengan sorot mata yang sulit ditebak, hitam, dalam, dan penuh kuasa. Pandangannya jatuh pada sekretaris pribadinya itu, yang biasanya selalu anggun, mata cerah bak sinar mentari pagi, tapi kali ini terlihat kacau.

Aluna berjalan ke arah mejanya, berusaha menyembunyikan betapa sulitnya ia melangkah. Sesekali ia menahan napas, menutupi rasa sakit di kakinya. Namun, mata tajam Arsen tidak bisa dibohongi.

“Duduk.”

Aluna menggeleng pelan, bibirnya tersenyum kikuk. “Saya... bisa berdiri, Pak. Tidak profesional kalau saya ....”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Arsen sudah melangkah cepat mendekatinya. Pria itu berdiri tepat di hadapan Aluna, tubuh tinggi tegapnya menebarkan aura dominan.

Aluna menelan ludah, tubuhnya refleks mundur setengah langkah. Tapi Arsen lebih dulu meraih tangannya. Sentuhan itu kuat, tak memberi ruang untuk menolak.

Tanpa sepatah kata, Arsen menarik Aluna ke arah kursi kebesarannya, kursi kulit hitam di belakang meja CEO. Ia mendudukkannya di sana, meski Aluna berusaha menahan.

“Pak... Pak Arsen! Ini tidak pantas, kursi ini ....”

“Tutup mulutmu, Luna.”

Glek!

Dengan situasi yang tidak menyenangkan itu, Aluna hanya bisa menelan ludah. Meskipun gugup, dia menatap wajah serius Arsen yang selalu dan sangat tampan, meskipun dia galak, tidak ada yang bisa melunturkan karisma Duren Sawit ini.

Arsen kemudian berjongkok tepat di depan Aluna. Dengan gerakan tenang masih dengan wibawa, ia meraih tumit kecil itu, mulai membuka heels yang terpasang cantik di kaki Aluna.

“Pak, tolong jangan lakukan hal seperti ini! Ini keterlaluan!” Aluna berusaha menarik kakinya, namun tatapan Arsen sangat tajam, membuat ia urung. Nafasnya langsung tercekat, jantungnya berdegup kencang. Bukan kali pertama Arsen bersiap baik, tapi ... Ini adalah kali pertama dia menyentuhnya secara terang-terangan. Aluna malu, dia takut kalau orang-orang akan berpikir yang tidak-tidak.

“Aku tidak yakin kalau mereka tidak pernah naninu, cewek secantik itu, sama duda, empat tahun lho mereka sama-sama, masa sih enggak saling kepancing.” Itulah kalimat-kalimat yang selalu Luna dengar dan dia muak. Apalagi, kalau dia selalu dikatai bermimpi menjadi Cinderella, padahal ... Ya mana mungkin duda 38 tahun ini suka pada perempuan miskin sepertinya.

Heels itu terlepas. Arsen meletakkannya ke samping dengan hati-hati, heelsnya saja diperlakukan seperti itu, apalagi orangnya....

Tanpa basa-basi, setelah berdiri, pria itu menekan tombol telepon kabel di meja. “Danar.” Ia memanggil seseorang. “Belikan sepatu perempuan. Ukuran tiga puluh delapan. Warna netral, Sekarang juga!”

“Baik, Pak,” jawab seseorang di sebrang sana dan panggilan pun berakhir.

Keheningan menyelimuti ruangan, Aluna menunduk, wajahnya kian memanas. Ia bisa merasakan tatapan Arsen menelusuri setiap detail dirinya.

“Sekarang.” Suara itu kembali terdengar, kali ini lebih rendah dari sebelumnya. “Lepaskan stockingmu!”

“Apa?!” Aluna mendongak, matanya melebar sempurna. Apa-apan pria matang ini, dia pikir Aluna perempuan murahan atau bagaimana.

“Lepas,” ulang Arsen singkat, matanya menatap langsung ke dalam milik Aluna, tak memberi ruang untuk tawar menawar.

Seketika itu jug, Wajah Aluna merona merah. “Bapak keterlaluan! Saya sekretaris Bapak, bukan... bukan ....” Suaranya bergetar, antara marah dan malu.

Ia hendak bangkit, tapi tiba-tiba sebuah tangan kuat menahan bahunya, menekannya kembali ke kursi. Sentuhan itu membuat tubuh Aluna membeku. Kini jantungnya malah berdebar sangat kencang ketika Arsen mendekatkan wajahnya.

“Duduk.”

“Pak Arsen, saya....” Aluna berusaha menolak, tapi suaranya mengecil, nyalinya ciut karena tatapan pria ini.

“Lepas sendiri... atau saya yang lepas?”

Terpopuler

Comments

DianWulanDari

DianWulanDari

nah loh si bos main lepas² aja🤣🤣🤣

2025-09-22

3

༄⃞⃟⚡𝐒𝐇𝐔𝐓 𝐔𝐏🤫🍀⃟🐍

༄⃞⃟⚡𝐒𝐇𝐔𝐓 𝐔𝐏🤫🍀⃟🐍

ini lepas mau apa dulu harus jelas biar s Luna kgak ketakutan begitu 🤣🤣🤣

2025-09-24

0

Eka ELissa

Eka ELissa

skrtris spsial Yo PK Arsen

2025-10-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!